Header Ads

500 Orang Tewas di Nigeria, Konflik Kristen-Islam?

Bentrokan yang melibatkan komunitas Muslim dan Kristen di Nigeria menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. Data yang dihimpun oleh para aktivisi hak asasi manusia dan sebuah masjid mempekirakan jumlah korban tewas akibat konflik antar agama yang sudah berlangsung selama empat hari ini mencapai 500 orang yang tewas.

Bentrokan yang pecah sejak hari Minggu (17/1) di kota Jos dan merambat ke wilayah sekitarnya itu, menurut warga setempat, dipicu oleh rencana pembangunan masjid di distrik yang mayoritas dihuni golongan Kristen di kota tersebut. Saksi-saksi mata mengatakan, warga Muslim dan Kristen yang terlibat bentrokan membawa senjata tajam, bom molotov dan batu yang digunakan untuk menyerang siapa saja yang lewat dan melawan aparat keamanan yang berusaha meredam pertikaian.

Sebuah masjid nampak masih mengepulkan asap dan menaranya menghitam akibat dibakar oleh kelompok Kristen. Para korban bergelimpangan di jalan-jalan atau dibawa ke masjid-masjid. Pemerintah Nigeria menerapkan jam malam dan mengerahkan ratusan polisi serta tentara untuk berjaga-jaga. Akibatnya kota yang terletak di Nigeria tengah itu seperti kota mati dan aktivitas bisnis terhenti.

Juru bicara pemerintah negara bagian kawasan dataran tinggi Jos, gregory Yenlong mengatakan, aparat keamanan sudah mengendalikan situasi. "Tapi ada perusuh yang mengenakan menyamar dengan mengenakan pakaian polisi dan tentara yang ingin menimbulkan kekacauan," ujarnya.

Pengurus masjid di Nigeria, Muhammad Tanko Shittu menyatakan, pihaknya sudah melakukan penguburan massal para korban dari pihak Muslim yang jumlahnya dipekirakan lebih dari 200 orang. "Kami menemukan lebih dari 200 jenazah di sebuah masjid di Kuru Gada Biu dan 22 jenazah lainnya di Mai Adiko.

"Bentrokan di Jos sudah berhenti, tapi kami masih mendengar suara letusan senjata di wilayah-wilayah pemukiman sekitarnya. Kami menduga masih banyak jenazah korban yang belum dievakuasi dan akan dibawa ke masjid ini beberapa hari lagi," kata Shittu.

Sementara organisasi HAM, Human Right Watch (HRW) menyebutkan sekitar 151 jenazah dibawa ke masjid kota sejak bentrokan terjadi hari Minggu kemarin. Sedangkan korban tewas di pihak Kristen berjumlah 65 orang.

Rumah sakit utama Jos University Teaching Hospital kewalahan menangani para korban dan terpaksa menolak beberapa pasien. "99 persen korban mengalami luka tembak, sebagian kecil luka akibat benda tajam seperti pisau atau panah," kata Dokter Dabit Joseph yang bekerja di rumah sakit itu.

Sejak hari Minggu, polisi Nigeria sudah menangkap 168 orang dalam bentrokan berdarah di kota Jos, yang terbelah menjadi dua wilayah yang didominasi Muslim di sebelah utara dan didominasi umat Kristiani di sebelah selatan.

Nigeria yang berpenduduk sekitar 150 juta jiwa yang terbagi dalam lebih dari 200 kelompok etnis awalnya hidup berdampingan dengan damai, baik yang memeluk Islam maupun Kristen. Konflik antar agama dan etnik sering terjadi setelah pecah perang sipil antara tahun 1967 dan 1970. HRW mencatat, 13.500 orang tewas dalam konflik agama maupun etnis sejak berakhirnya kekuasaan militer di Nigeria pada tahun 1999.

Masalah Politik


Tapi sejumlah pengamat bentrokan yang terjadi di Jos sebagai bentrokan berlatarbelakang agama. Mereka menilai masalah politik dan agama yang menjadi pemicu utama bentrokan tersebut.

"Ada unsur campuran agama, etnis dan politik. Tapi elemen utama dari semua krisis ini adalah masalah politik," kata Titus Mann, Presiden Civil Liberties Organization (CLO), sebuah organisasi HAM terkemuka di Nigeria.

"Para penyusup tidak membedakan antara Muslim atau Kristen. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa politik lah yang menjadi pemicu pertikaiaan. Ini terkait siapa yang mengontrol wilayah utara Jos.

Wartawan senior, Audu Onoja yang sudah 20 tahun tinggal di Jos sepakat dengan pendapat Mann. "Apa yang terjadi sebenarnya terjadi di sini adalah, serangan tanpa pandang bulu antara Hausa-Fulanis dan kelompok suku lainnya," ujar Onoja.

Hausa-Fulanis adalah etnis mayoritas di utara Jos yang kebanyakan beragama Islam. Selain Hausa-Fulanis, wilayah utara Jos juga dihuni komunitas dari etnis Birom yang dikenal sebagai tuan-tuan tanah, etnis Yoruba dan Igbo, beberapa orang Eorpa dan penguasaha yang bukan asli Nigeria.

"Politik yang bermain di sini. Kecuali masalah itu diselesaikan, wilayah ini akan terus bergolak," tukas Onoja.

"Suku asli Birom yang kebanyakan Kristiani merasa pemerintah lebih memperhatikan kaum Hausa, dengan memberikan posisi penting dalam politik dengan mengorban suku asli wilayah itu," sambung Onoja. (ln/wb/iol/ermslm)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.