Header Ads

Kematian Pasukan Sekutu di Afghanistan Tembus 2.000 Jiwa

Kabul - Pasukan asing yang tewas di Afghanistan terus bertambah. Bahkan, kini jumlah tentara yang tewas di medan pertempuran itu dilaporkan telah mencapai 2.000 orang sejak perang dikobarkan di sana pada 2001. Sebagian besar atau 60 persen tentara yang tewas itu berasal dari Amerika Serikat.

Kabar kematian terakhir dari pasukan Amerika, Australia, dan Inggris, yang datang dalam dua hari terakhir membuat jumlah total korban menjadi 2.002 jiwa. Seperti ditulis Reuters, korban jiwa ini memang masih kurang dari setengah pasukan yang tewas di Irak selama tujuh tahun perang. Namun, korban yang kian meningkat belakangan ini tetap menjadi perhatian bagi anggota sekutu, seperti halnya Belanda yang telah memutuskan menarik pasukannya dari sana. Sementara, negara lainnya sudah menginginkan hal serupa.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, berjanji akan mengkaji ulang strategi perangnya di Afghanistan pada Desember mendatang setelah pemilihan anggota Kongres sebulan sebelumnya. Partai Demokrat yang menjadi asal Obama kini menghadapi serangan dari publik yang kian skeptis melihat perang di Afghanistan. Afghanistan juga akan menghadapi pemilihan parlemen pada 18 September.

Sementara, Presiden Afghanistan Hamid Karzai juga berada di bawah tekanan untuk menunjukkan kemandiriannya dari pengaruh negara-negara Barat yang masih kuat mencengkeramnya. Kekerasan telah mencapai tingkat terburuknya belakangan ini sejak Taliban dijatuhkan, meskipun pasukan sekutu yang ditempatkan di sana hampir mencapai 150.000 orang. Pejuang Taliban ternyata masih bisa menunjukkan tajinya terutama di basis mereka di Selatan Afghanistan.

Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, Komandan pasukan AS dan NATO di Afghanitan, Jenderal David Petraeus, menilai rencana Presiden Obama untuk mulai menarik pasukan di sana pada Juli 2011, kurang tepat. Menurutnya, penarikan pasukan akan disesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Dia menganggap terlalu dini untuk menilai keberhasilan perang di Afghanistan saat ini.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.