Header Ads

NATO ambil komando operasi militer asing di Libya

Brussels - Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, mengatakan pihaknya telah memutuskan untuk mengambil seluruh kendali operasi militer di Libya "dengan segera", BBC melaporkan pada Minggu (27/3/2011).

Aliansi militer internasional ini mengklaim akan menegakkan "semua aspek" dari resolusi PBB demi melindungi warga sipil. "Tidak lebih, tidak kurang," tambah Rasmussen.

Rencana NATO untuk mengambil tanggung jawab operasi di Libya telah disepakati oleh perwakilan militer dari 28 negara anggota, tetapi diperlukan duta besar untuk memberikan persetujuan politik pada pertemuan di Brussels.

Dalam sebuah komunike yang berisi seruan untuk melakukan "langkah yang sangat signifikan", Rasmussen mengatakan bahwa dalam seminggu terakhir aliansi telah "mempersiapkan diri untuk mendukung resolusi PBB melalui laut dan udara".

"Kami sudah memberlakukan embargo senjata dan zona larangan terbang, dan dengan keputusan hari ini kami akan melakukan tindakan yang lebih nyata. Kami akan berkoordinasi dengan mitra internasional dan regional untuk melindungi rakyat Libya."

Rasmussen mengatakan tujuan NATO adalah untuk "melindungi warga sipil dan wilayah berpenduduk sipil di bawah ancaman serangan dari rezim Gaddafi."

Komandan operasional NATO, Jenderal Charles Bouchard dari Kanada, akan "mulai menjalankan operasi ini dengan segera", ia menyimpulkan.

BBC dari Brussels melaporkan misi untuk melindungi warga sipil ini sangat sensitif karena memicu perdebatan tentang sasaran militer yang sah di lapangan, terutama dari Perancis dan Turki.

Bersamaan dengan struktur komando NATO yang akan dipisahkan, perwakilan komite tingkat tinggi dari semua negara mengambil bagian dalam aksi militer ini, termasuk negara-negara Arab. Pemisahan struktur komando ini diharapkan akan menjadi cara untuk melakukan "bimbingan politik yang luas."

Sementara itu, dalam wawancara dengan media AS pada hari Minggu pagi (27/3), Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Robert Gates, menyatakan bahwa kemampuan Gaddafi untuk terus merangsek menuju Benghazi atau tempat-tempat lainnya berhasil dieliminasi.

"Tinggal melakukan pengawasan yang ketat dari atas, karena ia masih memiliki pasukan darat. Tetapi kenyataannya mereka saat ini berada di bawah banyak tekanan." (althaf/arrahmah.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.