Menyoal Film Pluralisme 'Tanda Tanya' Garapan Hanung
Jakarta – Setelah film ”Perempuan Berkalung Surban” menuai kontroversi, Hanung Bramantyo kembali menyutradarai film pluralisme terbarunya yang berjudul ”?” (Tanda Tanya). Bila melihat triller-nya di youtube, bisa dirasakan, film itu begitu kental dengan aroma sepilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme). Nampaknya, film itu bakal menuai kontroversi tajam.
Hanung memang sengaja untuk memberikan judul film terbarunya dengan tanda tanya (?). Hal ini ditujukan agar para masyarakat berasumsi sendiri mengenai film yang menghabiskan dana sekitar 5 miliar itu. Dalam waktu dekat ini, film berkedok ”toleransi” tersebut akan beredar di sejumlah bioskop di Tanah Air pada hari Kamis (7 April 2011).
Sudah bisa ditebak, misi film Hanung yang bakal mendangkalkan akidat umat Islam ini. Umat Islam mengira film ini film religius, tapi nyatanya mengusung sepilis, bahkan mengajak umat ini menjadi murtad. Sebelum kecewa, umat Islam diserukan untuk mewaspadai film berbahaya dan menyesatkan ini.
Difilm ke-14 nya tersebut, Hanung menggaet beberapa bintang film muda. Mereka adalah Reza Rahardian, Revalina S Temat, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, Hengky Sulaeman, David Chalik, Edmay dan Glenn Fredly. Film ”?” mengambil lokasi syuting selama 20 hari di kota Semarang, Jawa Tengah. Skenario film ini dipercayakan pada Titien Wattimena. Tya Subiakto juga dilibatkan untuk menangani musik di film ini.
“Saya pilih tempat di Semarang. Alasannya, karena di sana ada lima agama, tapi tidak pernah terjadi penusukan terhadap orang-orang agama. Ini sebuah film yang menceritakan kegelisahan saya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, Saya pribadi dan temen-temen yang ada di sini ingin berstatmen dalam bentuk film,” tukas Hanung saat syukuran dan Prescon pembuatan film ? (tanda tanya) di Radja Restauran, Gandaria Plaza, akhir tahun lalu (30/12/2010).
Bagi Hanung, film tanda tanya merupakan film idealis . "Ketika kita melakukan kritik sendiri terhadap agama kita, malah dianggap kafir dan munafik, sehingga kata-kata toleransi itu sendiri menjadi tidak sah. Kenapa ? Karena ketika saya bilang orang Indonesia harus toleran, malah dianggap lucu . Kalau Islam agama yang toleran, kenapa tiba-tiba ada penusukan pastur, ada sekelompok orang yang melarang orang untuk pergi ke gereja oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Ormas Islam," jelas Hanung tendensius.
Dikatakan Hanung, sedari kecil ia hidup di lingkungan yang bukan Islam. ”Kebetulan ibu saya Cina, saya juga punya dua hari besar, Lebaran dan Natal. Itu menjadi kehidupan pribadi saya yang sangat harmonis kala itu. Tapi, begitu masuk reformasi, yang terjadi adalah orde yang sangat represif,”ungkap suami Saskia Mecca ini.
Kedok Toleransi
Kemajemukan itu terlihat, ketika tiga keluarga dengan latar belakang yang berbeda saling berinteraksi. Keluarga Tan Kat Sun memiliki restauran masakan Cina yang tidak halal, Keluarga Soleh dengan masalah kepala keluarga yang tidak bekerja namun memiliki istri yang cantik dan solehah.
Kemudian, Keluarga Rika, seorang janda dengan seorang anak, yang berhubungan dengan Surya, pemuda yang belum pernah menikah. Di film berdurasi 100 menit ini pula, dipaparkan hubungan antar keluarga ini berkaitan dengan masalah perbedaan pandangan, status, agama dan suku.
Dalam trailernya itu ditampilkan beberapa tempat ibadah mulai dari gereja, masjid, dan kelenteng. Dari situ saja sudah bisa disimpulkan bahwa tema yang diangkat oleh Hanung terasa sangat berbahaya karena terasa akan mengundang kontroversi nantinya.
Dilanjutkan dengan sedikit konflik cerita yang masih samar-samar dalam trailer itu, konflik yang sudah pasti tentang sikap toleransi. Dari percakapan yang terdengar, sepertinya akan ada pernikahan yang berujung perpisahan, akan ada seorang tokoh yang melakukan pindah agama dan ada juga konflik yang menggambarkan permasalahan keluarga yang sangat menghebohkan. Juga terlihat beberapa adegan kekerasan, pertengkaran mulut dan derai air mata menyertai cerita dalam film ini.
Dan trailer ini di akhiri dengan pertanyaan, “Apa itu Islam Pak Ustad? Sebuah tanda tanya yang membuat semua orang yang melihat trailer ini mengeluarkan tanda tanya yang sangat besar, seperti apa film ini nantinya. Dalam film itu pula menyisakan pertanyaan besar, “Masih pentingkah kita berbeda?” (voa-islam.com)
Hanung memang sengaja untuk memberikan judul film terbarunya dengan tanda tanya (?). Hal ini ditujukan agar para masyarakat berasumsi sendiri mengenai film yang menghabiskan dana sekitar 5 miliar itu. Dalam waktu dekat ini, film berkedok ”toleransi” tersebut akan beredar di sejumlah bioskop di Tanah Air pada hari Kamis (7 April 2011).
Sudah bisa ditebak, misi film Hanung yang bakal mendangkalkan akidat umat Islam ini. Umat Islam mengira film ini film religius, tapi nyatanya mengusung sepilis, bahkan mengajak umat ini menjadi murtad. Sebelum kecewa, umat Islam diserukan untuk mewaspadai film berbahaya dan menyesatkan ini.
Difilm ke-14 nya tersebut, Hanung menggaet beberapa bintang film muda. Mereka adalah Reza Rahardian, Revalina S Temat, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, Hengky Sulaeman, David Chalik, Edmay dan Glenn Fredly. Film ”?” mengambil lokasi syuting selama 20 hari di kota Semarang, Jawa Tengah. Skenario film ini dipercayakan pada Titien Wattimena. Tya Subiakto juga dilibatkan untuk menangani musik di film ini.
“Saya pilih tempat di Semarang. Alasannya, karena di sana ada lima agama, tapi tidak pernah terjadi penusukan terhadap orang-orang agama. Ini sebuah film yang menceritakan kegelisahan saya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, Saya pribadi dan temen-temen yang ada di sini ingin berstatmen dalam bentuk film,” tukas Hanung saat syukuran dan Prescon pembuatan film ? (tanda tanya) di Radja Restauran, Gandaria Plaza, akhir tahun lalu (30/12/2010).
Bagi Hanung, film tanda tanya merupakan film idealis . "Ketika kita melakukan kritik sendiri terhadap agama kita, malah dianggap kafir dan munafik, sehingga kata-kata toleransi itu sendiri menjadi tidak sah. Kenapa ? Karena ketika saya bilang orang Indonesia harus toleran, malah dianggap lucu . Kalau Islam agama yang toleran, kenapa tiba-tiba ada penusukan pastur, ada sekelompok orang yang melarang orang untuk pergi ke gereja oleh orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Ormas Islam," jelas Hanung tendensius.
Dikatakan Hanung, sedari kecil ia hidup di lingkungan yang bukan Islam. ”Kebetulan ibu saya Cina, saya juga punya dua hari besar, Lebaran dan Natal. Itu menjadi kehidupan pribadi saya yang sangat harmonis kala itu. Tapi, begitu masuk reformasi, yang terjadi adalah orde yang sangat represif,”ungkap suami Saskia Mecca ini.
Kedok Toleransi
Kemajemukan itu terlihat, ketika tiga keluarga dengan latar belakang yang berbeda saling berinteraksi. Keluarga Tan Kat Sun memiliki restauran masakan Cina yang tidak halal, Keluarga Soleh dengan masalah kepala keluarga yang tidak bekerja namun memiliki istri yang cantik dan solehah.
Kemudian, Keluarga Rika, seorang janda dengan seorang anak, yang berhubungan dengan Surya, pemuda yang belum pernah menikah. Di film berdurasi 100 menit ini pula, dipaparkan hubungan antar keluarga ini berkaitan dengan masalah perbedaan pandangan, status, agama dan suku.
Dalam trailernya itu ditampilkan beberapa tempat ibadah mulai dari gereja, masjid, dan kelenteng. Dari situ saja sudah bisa disimpulkan bahwa tema yang diangkat oleh Hanung terasa sangat berbahaya karena terasa akan mengundang kontroversi nantinya.
Dilanjutkan dengan sedikit konflik cerita yang masih samar-samar dalam trailer itu, konflik yang sudah pasti tentang sikap toleransi. Dari percakapan yang terdengar, sepertinya akan ada pernikahan yang berujung perpisahan, akan ada seorang tokoh yang melakukan pindah agama dan ada juga konflik yang menggambarkan permasalahan keluarga yang sangat menghebohkan. Juga terlihat beberapa adegan kekerasan, pertengkaran mulut dan derai air mata menyertai cerita dalam film ini.
Dan trailer ini di akhiri dengan pertanyaan, “Apa itu Islam Pak Ustad? Sebuah tanda tanya yang membuat semua orang yang melihat trailer ini mengeluarkan tanda tanya yang sangat besar, seperti apa film ini nantinya. Dalam film itu pula menyisakan pertanyaan besar, “Masih pentingkah kita berbeda?” (voa-islam.com)
Tidak ada komentar