Header Ads

Pendidikan Seks Sejak Dini Atasi Adiksi Pornografi?

Oleh Zulia Ilmawati

Ancaman pornografi terhadap anak-anak dan remaja saat ini semakin mengkhawatirkan seiring dengan lajunya perkembangan teknologi informasi. Betapa tidak? Kecanggihan teknologi seperti internet, bahkan telepon seluler berperangkat multimedia, membuat pornografi dengan mudah berada dalam genggaman tangan dan masuk ruang pribadi anak. Keprihatinan tersebut tidak berlebihan mengingat pornografi dapat menimbulkan kerusakan. Video berisi adegan porno bisa menimbulkan dampak kecanduan yang luar biasa pada anak-anak, bahkan ada yang mengatakan lebih berbahaya dibandingkan narkoba. Jika ketagihan narkoba hanya berakibat buruk pada diri sendiri, maka kecanduan pornografi bisa menimbulkan korban-korban baru. Parahnya, setelah kecanduan, dia menjadi ingin melakukan seperti tayangan yang dilihatnya. Dan bagi anak, melihat merupakan cara belajar yang lebih cepat dari pada berfikir.

Penelitian yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati pada periode Januari 2008 hingga Februari 2010 menunjukkan, bahwa banyak anak sudah terpapar pornografi sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Dari responden yang berjumlah 2.818 anak (kelas 4,5 dan 6 SD), 67 % sudah pernah mengakses situs pornografi. Dua puluh empat persen mengkases melalui komik, dan 22 % dari internet. Sebanyak 24% dari responden merasa biasa saja melihat pornografi, 21 % melihat pornografi karena iseng, dan sekitar 48 % mengatakan mereka melihat pornografi di rumah. Hasil penelitan BKKBN 2009, juga menyebutkan 87 % kalangan remaja sudah pernah menonton film porno. Terutama sekali mereka yang tinggal di kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan lainnya.

Persoalan adiksi pornografi yang kemudian berimbas pada berkembangnya perilaku seks bebas, karena keinginan untuk meniru apa yang telah ditonton telah menimbulkan kegelisahan pada banyak orang tua. Para pemerhati masalah anak dan remaja berpendapat, adiksi pornografi yang sekarang ini mulai menggejala salah satunya disebabkan karena pengetahuan anak dan remaja tentang seksualitas masih sangat rendah. Ditambah rasa ingin tahu mereka yang cukup tinggi tentang seks, yang sementara ini masih dianggap tabu. Sehingga anak mencari tentang hal ini kepada teman-teman sebayanya atau melalui media massa. Dilakukanlah kemudian upaya-upaya untuk memasyarakatkan pendidikan seks pada mereka. Maka, program-program pendidikan sekspun mulai digulirkan, bahkan ada yang berpendapat bahwa pendidikan seks seharusnya diberikan sedini mungkin. Jika perlu, di bangku prasekolahpun ada kurikulum yang membahas khusus tentang pendidikan seks. Tapi Benarkah adiksi pornografi dapat diatasi dengan pendidikan seks sejak dini?

Mengelola Naluri

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Pada diri manusia terdapat potensi (dorongan) hidup yang senantiasa mendorong untuk melakukan kegiatan dan menuntut pemuasan. Pertama yang disebut dengan kebutuhan jasmani (hajatu al-'udhawiyah) seperti makan, minum, dan membuang hajat. Kebutuhan ini menuntut pemenuhan yang bersifat pasti. Kalau tidak terpenuhi, seseorang akan mati. Tidak ada orang yang kuat terus menerus menahan lapar dan haus, begitu pula buang hajat. Kedua, adalah naluri (gharizah) yang menuntut adanya pemenuhan saja. Jika tidak dipenuhi, manusia tidak akan mati, tapi akan merasa gelisah, hingga terpenuhinya kebutuhan tersebut. Salah satu bentuk naluri (gharizah) adalah naluri mempertahankan jenis. Dari segi munculnya dorongan (tuntutan pemuasan), kebutuhan jasmani bersifat internal, yakni muncul dari dalam diri manusia sendiri. Orang ingin makan karena lapar, ingin minum karena haus, ada atau tidak ada makanan. Sementara naluri baru akan muncul kalau ada rangsangan-rangsangan dari luar. Dorongan seksual muncul misalnya setelah melihat atau membayangkan wanita yang cantik, membaca buku atau nonton film porno.

Adiksi pornografi muncul karena rangsangan berupa film-film porno yang terus ditontonnya sehingga terjadi kepuasan dan muncul keinginan untuk mencobanya. Ada dua rangsangan yang umumnya merangsang manusia, yaitu pikiran dan realitas yang nampak. Dan materi-materi pornografi merupakan realita yang tampak yang kemudian mengganggu pikiran seseorang untuk mencobanya. Pemikiran liberal telah mendorong orang untuk bebas melihat apa saja termasuk di dalamnya pornografi. Bahkan sengaja tayangan-tayangan itu dibebaskan beredar karena memiliki nilai jual yang tinggi. Tidak lagi memperhatikan bagaimana bahayanya untuk anak-anak. Karenanya, aktivitas menonton adegan porno ditempatkan sebatas sebagai cara memuaskan hasrat seksual.

Islam adalah agama yang sempurna. Di dalamnya terdapat aturan-aturan tentang bagaimana seharusnya manusia memenuhi kebutuhan jasmani dan naluri-naluri yang ada pada dirinya. Allah SWT telah menganugerahkan potensi-potensi tersebut sekaligus cara-cara pemenuhannya. Aturan-aturan ini dibuat tidak lain adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Allah yang menciptakan manusia, Dia pula yang paling tahu apa yang terbaik bagi hambaNya. Karena dorongan seksual ini baru akan muncul jika ada rangsangan dari luar, maka Islam telah memberi seperangkat pemahaman yang dapat mengatur kecenderungan seksual manusia secara positip, sehingga tidak akan menjerumuskan. Islam juga berusaha mencegah dan menjauhkan manusia dari segala hal yang bisa membangkitkan perasaan seksualnya.

Pencegahan Adiksi Pornografi

1. Meningkatkan ketaqwaan individu.

Pada faktanya kita sekarang ini hidup dalam keadaan yang sudahlah ketaqwaan individunya rendah, masyarakat yang tidak peduli sekaligus aturan negara yang tidak jelas dan tidak tegas. Yang paling memungkinkan dilakukan pertama kali agar anak tidak mudah terpengaruh dampak maraknya pornografi adalah dengan memberikan pangawasan yang ketat. Selain itu yang jauh lebih penting adalah mendidik mereka dengan cara menanamkan aqidah Islam agar anak hanya menjadikan aturan Islam sebagai tolok ukur dalam berpikir, bersikap dan berbuat. Peningkatan ketaqwaan ini semestinya selalu ditanamkan oleh orang tua di rumah. Perkuat akidah anak dengan mengajak berfikir tentang kehidupan, tujuan Allah SWT menciptakan manusia, serta informasi tentang karakteristik manusia, cara pemenuhan potensi hidup manusia menurut Islam serta akibat pemenuhan yang tidak sesuai dengan aturan Allah SWT. Pahamkan pada anak tentang batasan pergaulan di dalam Islam seperti keharusan untuk menundukkan pandangan, menjaga aurat, tidak berkhalwat, dll. Hal ini dilakukan dalam rangka membentuk standarisasi Islam dan membina pemikiran anak dalam mensikapi kemunculan naluri jenis.

2. Kontrol dari orang tua

Dapat dimaklumi , jika tantangan yang dihadapi para orang tua dalam mendidik anak saat ini, sangatlah berat. Orang tua dituntut untuk dapat memahami karakteristik dari setiap naluri termasuk naluri jenis, berikut tahapan kemunculannya pada diri anak dan cara pengendaliannya menurut Islam. Selain itu, orang tua juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Biasakan untuk terus berkomunikasi dengan anak, tidak menganggap tabu untuk membahas seputar masalah naluri jenis ini. Bila perlu berilah contoh langsung bagaimana secara praktis pengalaman-pengalaman dalam mengendalikan naluri jenis dalam usia yang relevan.

Anak sekarang adalah anak masa depan. Orang tua tidak bisa menghindarkan anak dari teknologi. Sesibuk apa pun orang tua usahakan tetap meluangkan waktu untuk dekat dengan anak.

3. Secara sistemik menghilangkan berbagai hal di tengah masyarakat yang dapat merangsang orang untuk mengkonsumsi pornografi.

Di tengah arus kehidupan yang semakin liberal, tidak bisa dihindari adanya rangsangan naluri jenis yang sedemikian subur. Tayangan mesum kita jumpai dimana-mana, VCD/DVD porno laris manis terjual, di jalan, mall, dan tempat-tempat umum lainnya nampak perempuan-perempuan yang berpakaian seronok mengumbar aurat. Dalam hal ini diperlukan kebijakan yang tegas dari Pemerintah agar masyarakat terjaga, dan anak-anak tidak terdorong untuk melihat dan mencoba .

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.