Header Ads

Sehat Seutuhnya

Mengikuti judul buku yang ditulis oleh seorang dokter wanita yang luar biasa yang menurut saya sangat begitu menggugah hati dan pikiran saya betapa sangat menderitanya saya, kamu dan kita semua harus hidup dalam sistem negara yang menyedihkan ini. Seperti istilah yang sering kita dengar “Pada tubuh - tubuh yang sehat terdapat jiwa- jiwa yang sehat pula”. Ironisnya sekarang masyarakat sedang mengalami sakit parah baik dari segi fisiknya maupun dari segi akidahnya yang dikotori oleh paham-paham kapitalis- sekuler. Cita-cita mewujudkan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia tak kunjung tercapai. Kendalanya bukan soal fiskal, melainkan ketiadaan kemauan politik pemerintah. KISAH tragis tentang kaum miskin yang sakit dan tidak bisa berobat karena kekurangan uang masih kerap terdengar. Pun demikian dengan cerita soal keluarga pas-pasan yang jatuh miskin lantaran hartanya terkuras habis untuk berobat. Kasus malpraktek yang kerap terjadi juga menjadi sorotan kita betapa bobroknya sistem yang diemban oleh negara ini.

Komisi aksi jaminan sosial (KAJS) menuding sby telah melakukan kebohongan publik. Pasalnya KAJS mencatat 60% rakyat Indonesia masih tidak mendapat jaminan sosial terutama jaminan kesehatan. Dari jutaan rakyat Indonesia, sekitar 95,1 juta orang saja yang tercakup dalam berbagai skema jaminan kesehatan. Itu artinya 140 juta lebih rakyat indonesia semakin miskin ketika menderita sakit, ucap sekretaris komite aksi jaminan sosial, said iqbal.

Menurut dia semenjak SBY terpilih menjadi presiden Indonesia periode 2009-2014, SBY tidak menjalankan tiga program utama yang salah satunya adalah program peningkatan kesejahteraan rakyat. Padahal program tersebut memiliki salah satu poin utama yakni jaminan kesehatan masyarakat.

Fakta lainnya terkait rendahnya jaminan kesehatan rakyat yakni, sebanyak 13 juta rakyat Indonesia menderita gizi buruk yang menyebabkan angka kematian ibu Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia Tenggara.

Selain itu, dari 31 juta buruh formal hanya 9 juta buruh yang telah diikuti dalam program jamsostek. Betapa banyak rakyat miskin yang mati tanpa terlebih dahulu mendapatkan pelayanan kesehatan negara. (Today.co.id)

Padahal sudah berapa banyak uang rakyat yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak, tetapi toh pelayanan yang diberikan pemerintah khususnya pelayanan kesehatan tidak terpenuhi secara total dan merata.

Berbeda jauh pada masa khilafah islam (kekuasaan islam). Dalam islam, kesehatan individu sangat dihargai dan hal ini dianggap sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, bersama dengan makanan dan keamanan. Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa pun yang dalam satu harinya bebas dari penyakit aman dari gangguan orang lain dan memiliki makanan pada hari itu, maka hal itu adalah seperti memiliki dunia seisinya”. (HR Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Akibatnya, dalam islam, memberikan kesehatan gratis dan pemeliharaan kesehatan yang layak adalah merupakan tanggung jawab Daulah (negara) Islam terhadap semua warganya baik mereka kaya, miskin, muslim maupun non muslim. Rasulullah SAW bersabda: “Imam (khalifah) adalah seperti seorang penggembala dan dia bertanggung jawab atas masyarakatnya”. (Al-Bukhari).

Memberikan kesehatan gratis kepada masyarakat adalah suatu hal yang dicontohkan oleh rasulullah SAW di madinah. Memberikan layanan kesehatan kepada warga Negara terus berlanjut sepanjang sejarah islam dan kaum kafir sendiri yang menjadi saksi atas hal ini. Sebagai contoh Gomar salah seorang pemimpin dalam masa Napoleon selama perang yang dilancarkan Perancis(1798-1801)untuk menduduki mesir menggambarkan pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan berusia 600 tahun yang ia lihat “ semua orang sakit biasa pergi ke bimaristan (rumah sakit) bagi kaum miskin maupu kaya, tanpa perbedaan. Dokter berasal dari banyak tempatdiwilayah timur mereka juga mendapat bayaran yang baik. Ada apotek yang penuh obat- obatan dan instrumentasi, dengan dua perawatan yang melayani setiap pasien. Mereka yang memilki gangguan fisik dan kejiawaan diisolasi dan dirawat secara terpisah. Mereka kemudian dihibur dengan cerita- cerita dari orang- orang yang telah sembuh (baik secara fisik maupun kejiawaan) dan akan dirawat di bagian rehabilitasi.... Ketika mereka selesai dirawat, setiap pasien akan diberikan lima keping emas sehingga para mantan pasien itu tidak perlu bekerja segera setelah ia meninggalkan rumah sakit”.

Kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkanoleh abu hurayrah dalam kitab Sahih Muslim yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Siapa pun yang meninggalkan uang, maka uang itu bagi orang yang mewarisinya, dan siapa pun yang meninggalkan anak yang lemah maka dia adalah untuk kita” (HR. Muslim)

Dalam hal ini, Negara bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan pakaian bagi mereka yang tidak mampu karena alasan apapun. Kesejahteraan rakyat di bawah kekuasaan Islam adalah hasil dari penerapan hukum Allah SWT. Pemahaman bahwa khilafah dan negara memilki tanggung jawab terhadap rakyat adalah berdasarkan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar ra sebagai Khalifah saat itu, yang melayani seorang perempuan jompo dan buta yang tinggal di pinggir Madinah. Umar ibnu Alkhatab ra ingin juga merawatnya tapi menemukan bahwa Abu Bakar ra telah memasakkan makanan, membersihkan rumah dan mencuci pakaiannya untuknya.

Perawatan kesehatan juga berlaku untuk anak- anak. Selama masa pemerntahan Khalifah Umar, ada kebijakan untuk memberikan upah setiap kaliseorang anak selesai menyusui. Namun, suatu hari Umar ra mendengarkan seorang bayi menangis kemudian dia meminta kepada ibu anak itu untuk “Bertakwalah kepada Allah SWT atas bayi anda dan rawatlah dia”. Kemudian ibu itu menjelaskan bahwa dia berhenti menyusui anaknya lebih awal agar dia bisa menerima upah dari negara. Keesokkan harinya, setelah fajar, Umar merevisi kebijakan itu dengan membayar upah pada saat kelahiran. Umar ra takut Allah SWT akan meminta pertanggung jawabannya dan dia berkata sambil menangis “ bahkan atas bay- bayi ya umar!” yang berarti bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban kareana tindakannya merugikan anak- anak.

Terlihat jelas betapa perbedaan pemerintahan Islam dengan pemerintahan saat ini berbeda secara signifikan. Bayangkan seorang khalifah, pemimpin negeri- negeri Islam mau memasak dan mencucikan pakaian demi rakyatnya. Atau Khalifah Umar yang mau memanggul gandum dan bahan makanan lain demi rakyatnya tanpa menerima bantuan dari pengawalnya. Bandingkan dengan sekarang,apa mau presiden kita dengan sepatu hitam berkilauan dan pakaian rapi yang mewahnya itu melakukan hal tersebut. Nampaknya mustahil terjadi hal yang seperti itu terbukti sekali bagaimana sikap para pemimpin kita yang sibuk melakukan perjalanan luar negeri, aktivitas studi banding dan pembangunan DPR baru yang kesemuanya itu telah menghabiskan uang rakyat bertriliun banyaknya. Betapa bodohnya masyarakat Muslim di negeri ini jika masih mau mempertahankan sistem yang sesat lagi menyesatkan serta menyekik rakyat selama ini.

Sekarang tinggal berpulang pada kaum Muslim saat ini sebagai pewaris hakiki peradaban Islam yang gemilang: Maukah mereka kembali pada al-Quran? Berminatkah mereka kembali menjadikan al-Quran sebagai rujukan hidup? Terpanggilkah mereka untuk menjadikan kembali al-Quran sebagai sumber inspirasi sekaligus rahasia hidup peradaban Islam masa depan? Pertanyaan di atas tampaknya mulai terjawab dengan munculnya antusiasme kaum Muslim di seluruh dunia untuk kembali pada al-Quran dan Islam. Di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, kerinduan kaum Muslim terhadap akidah, syariah, juga Khilafah—sebagai tiga pilar peradaban Islam—mulia menggeliat sejak beberapa tahun lalu. Karena itu, pada saat peradaban Barat saat ini hampir-hampir tersungkur, masa depan peradaban Islam sesungguhnya amatlah cerah. Sebentar lagi, kebangkitan kembali peradaban Islam bukan lagi sekadar mimpi, tetapi pasti akan mewujud dalam kenyataan. Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.


*Rindy

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.