Header Ads

Syafii Maarif: Indonesia Dipimpin Orang Bingung

Menjadi tak salah memang jika masyarakat menganggap era Presiden Soeharto lebih baik dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seperti hasil survei Indo Barometer belum lama ini. Di mata mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafii Maarif, hal itu sebagai bentuk kerinduan rakyat yang merasakan kehidupan sehari-hari saat ini yang semakin sulit.

Menurut Syafii , kerinduan terhadap kondisi saat Orde Baru dirasakan dari sisi pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.

Ia menilai pemimpin saat ini terlalu sibuk untuk mengedepankan citranya, dan tidak subtantif untuk melakukan perubahan. Soeharto diakuinya memang merupakan seorang presiden yang otoriter dan terkesan kejam.

"Sedangkan, SBY dalam kesehariannya halus, mengedepankan citra, kalau berbicara sangat memesona. Tetapi tidak berbuat," ujar Syafii, di Jakarta, Rabu (25/5).

Selain itu, ia menambahkan SBY lebih banyak mengurusi partai dan konflik internalnya. Bahkan, ia juga melihat perjalanan orde reformasi, dari kiprah Megawati hanya sebentar, Gus Dur pun begitu, hingga SBY.

Meski masanya lebih panjang, lebih dari lima tahun, SBY justru dilihat tampak bingung dengan dirinya dan partainya.

"Jadi kita ini dipimpin orang bingung," ujar Syafii.

Dialog yang berlangsung di kantor PP Muhammadiyah tersebut juga dihadiri salah seorang anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Agus Abubakar.

Dalam kesempatan tanya jawab dengan Syafii, Agus mengatakan Presiden sulit untuk berbuat banyak karena terkerangkeng sistem. Bahkan, ia mengatakan, saat menyusun kabinet Indonesia Bersatu II, banyak tuntutan terhadap Presiden.

"Saya menemani Presiden hingga larut malam. Di situ bahkan ada parpol koalisi yang mengancam untuk keluar jika tidak memasukkan nama-nama menteri yang diajukan," ujar Agus.

Ia pun mengatakan Presiden sebenarnya enggan untuk koalisi dengan banyak partai, namun sistem yang ada memaksanya untuk berkoalisi.

Mendengar pernyataan dan pertanyaan Agus, Syafii menjawab tak seharusnya seorang pemimpin terkerangkeng sistem. Syafii mengatakan seorang pemimpin harus berani mendobrak sistem dan menciptakan sistem baru.

"Tapi sebenarnya, seorang pemimpin yang bertindak, tidak perlu dipenjara oleh sistem itu. Dia (SBY) seakan-akan dikerangkeng sistem. Dia tidak bisa melakukan itu (mendobrak)," ujar Syafii.

Syafii juga mengkritik pernyataan SBY yang menyindir tokoh lintas Agama bahwa jangan hanya mencerca. Hal itu menurutnya, menunjukkan SBY sulit bertindak dan hanya mengeluh.

"Kritik kami sampaikan, juga sudah pikirkan jalan keluar. Ada enam yang kami sampaikan, tetapi kok tidak bertindak," jelas Syafii. (hidayatullah.com)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.