Header Ads

KH MANSYUR MUHYIDDIN : Pewaris Darah Perlawanan Kyai Wasyid

Oleh : Suntomo dan Joko Prasetyo

Alhamdulillah perhelatan puncak Konferensi Rajab 1432 H pada 29 Juni lalu di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, sukses. Salah satu indikasi kesuksesan tersebut adalah tidak beranjaknya puluhan ribu peserta dari kursinya meski terik mentari menyengat. Para ulama, pengusaha, intelektual, mahasiswa, serta warga Jabodetabek dan sekitarnya yang hadir dalam acara tersebut antusias mengikuti acara dari awal hingga akhir.

Di antara, sekitar 20.000 peserta yang hadir itu, tampak KH Mansyur Muhyiddin. Ulama kharismatik dari Banten tersebut larut mengikuti jalannya acara pengokohan perjuangan penegakan syariah dalam bingkai khilafah. Dengan Semangat, Kyai Mansyur turut bertakbir ketika suasana semakin panas. Air matanya juga berlinang ketika suasana haru menyelimuti peserta.

Kyai Mansyur menyatakan HT sangat komitmen terhadap visi dan misi demi tegaknya Syariat Islam dalam kerangka sistem Khilafah yang rahmatan lil 'alamiin. "Urgensi penegakkan Khilafah adalah kewajiban yang dibebankan semua umat Islam, lebih dari itu kami merasa terdorong untuk lebih proaktif dalam setiap kegiatan HTI karena ini juga merupakan amal shalih buat kami juga," katanya.

Ini bukan kali pertama Kyai Mansyur mengikuti acara kolosal yang digelar HTI, sebelumnya ia pun mengikuti Muktamar Ulama Nasional, Muktamar Ulama Kota Cilegon, dan Konferensi Rajab tahun lalu. Setelah mengikuti serangkaian acara tersebut dirinya merasakan bahwa pembinaan yang dilakukan HTI merupakan jalan yang terang dan terarah menuju kebangkitan umat Islam yang hakiki.

"Bahkan dalam acara tertentu kami seperti menemukan jawaban dari tanda tanya besar yang selama ini ada menjadi PR di benak umat, di sinilah ruhul jihad muncul dan akhirnya semakin yakin untuk terus istiqamah dalam menegakkan Dienullah, Syariat Islam dan tentunya Khilafah Islamiyah”, tegasnya.

Semangat Perlawanan

KH Mansyur Muhyiddin adalah cucu dari ulama besar Banten KH Wasyid. Sebagaimana halnya Hadratusy Syeikh Hasyim Asy'ari, Kyai Wasyid pun pernah belajar di Mekkah menimba ilmu kepada Syeikh Imam Nawawi Al Bantani.

Untuk melestarikan perjuangan KH Wasyid dalam melawan penjajahan maka sang cucu pun mendirikan yayasan pendidikan yang diberi nama Yayasan KH Wasyid 1888 (Geger Cilegon). Angka 1888 di belakang nama KH Wasyid merupakan tahun meletusnya pertempuran rakyat Banten yang dipimpin oleh Kyai Wasyid.

Dengan komando KH Wasyid, pada 9 Juli 1888, para ulama dan santri dari berbagai daerah kecil sekitar Cilegon melakukan serangan umum dari berbagai penjuru ke pusat pertahanan Belanda di Cilegon.

Kejadian "Geger Cilegon" itu mempunyai arti penting dalam sejarah perlawanan terhadap penjajahan. Lebih dari itu, Geger Cilegon bermakna sebagai sebuah gambaran dari rasa ketidakpuasan dan kebencian seluruh rakyat terhadap penjajah.

Saat itu, rakyat tidak memiliki pemimpin formal untuk menyalurkan aspirasinya. Untung saja, kepemimpin dipercayakan kepada ulama kharismatik yakni para kyai dan ustadz. Di bawah kepemimpinan para ulama, rakyat pun melawan kezaliman.

Pada tahun-tahun berikutnya, Geger Cilegon memberi pengaruh yang cukup mendalam di kedua belah pihak. Rakyat Banten sangat benci kepada penjajah Belanda dan pamongpraja yang menjadi kaki-tangannya; sebaliknya pihak penjajah juga menaruh kewaspadaan tinggi pada daerah Banten dengan rakyatnya sangat militan itu.

Semangat perlawanan terhadap penjajahan itu pulalah yang mengalir dalam darah sang cucu. Sehingga ketika sebagian orang yang mengaku ulama terkesima, gembira dan menunggu¬nunggu kedatangan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, ulama kelahiran Serang, Banten, 10 Mei 1946 ini justru menjadi garda terdepan dan satu shaf dengan barisan para ulama yang dengan tegas menolak kedatangan kepala negara penjajah itu.

Di depan sekitar 400 ulama Banten yang berkumpul dalam Majelis Al Buhuts Al Islamiyah (Forum Silaturrahmi Ulama) Banten, 13 Maret 2010, di Gedung Islamic Centre Citra Raya Tangerang, dengan tegas Kyai Mansyur menyampaikan dalil keharaman menyambut Obama.

"Menerimanya saja sudah haram, apalagi menyambutnya dengan baik, memeluknya atau cipika-cipiki!" tegasnya kemudian disambut takbir ratusan kyai dan ustadz.

Begitu juga ketika negara ilegal Israel menyerang kapal kemanusiaan Mavi Marmara yang membawa 10.000 ton bantuan kemanusiaan untuk Gaza, Palestine, tahun lalu, Kyai Mansyur dan belasan ulama lain mendesak pemerintah agar memprakarsai penggalangan tentara perang untuk menghentikan kebiadaban Zionis itu.

Mengirim pasukan perang bukanlah gagah-gagahan tetapi solusi wajar yang selama ini belum dilakukan. Pasalnya, Israel adalah sebuah entitas yang tidak mengenal bahasa hukum maupun diplomasi, bahkan bahasa kemanusiaan pun tidak dikenalnya, kasus Mavi Marmara ini sebagai salah satu buktinya.

Kyai Mansyur pun menandaskan bahwa memang yang dimengerti oleh Israel itu hanyalah bahasa kekerasan. "Israel mengatakan siapa saja yang mendekat (Gaza, red) akan kami Serang!" paper Ketua Umum DPP Perguruan Pencak Silat Bandrong, Banten, ini saat diterima jajaran Kementerian Luar Negeri di Kantor Kemenlu, Jakarta, 7 Juni 2010.

Mengenal Hizbut Tahrir


Kyai Mansyur berpendapat, sudah seharusnya ulama berada digarda terdepan dalam upaya penegakan khilafah sehingga kaum Muslim di negeri mana pun berada tidak lagi terkungkung dalam penjara nasionalisme.

Ia pun merasa beruntung dapat berjuang bersama dengan partai Islam ideologis internasional Hizbut Tahrir. Anggota Dewan Syuro PPL Al-Khoiriyah, Banten, ini pertama kali kenal Hizbut Tahrir pada tahun 2001, ketika para ulama berkumpul di Serang untuk membahas upaya penegakan syariah Islam di Banten.

Dirinya merasa menemukan hakikat perjuangan saat bertemu dan berdiskusi dengan aktivis HTI. Kyai Mansyur tentu saja langsung sepakat ketika aktivis HTI menyatakan bahwa kehidupan seorang Muslim adalah mematuhi aturan Islam. Apabila aturan Islam itu belum tegak maka kaum Muslim wajib memperjuang¬kannya.

"Syariat Islam tidak akan tegak apabila umat tidak bersatu dan persatuan umat akan terlaksana hanya dengan tegaknya khilafah," ujarnya kepada Media Umat mengenang pertemuan itu.

Untuk itu, dalam berbagai kesempatan Kyai Mansyur pun secara khusus mengajak orang-orang dekatnya untuk turut berjuang. "Secara khusus, saya terus mengajak para ustadz di kalangan terdekat saya untuk bersama-sama mengaji dengan HT yang pada saatnya harus turun serta berjuang dengan tenaga, pikiran, harta serta jaringan atau relasi," ungkapnya.

Menurutnya, hal itu dilakukannya karena perjuangan tegaknya syariah adalah al-haq dan merupakan kewajiban yang tidak boleh ditunda-tunda lagi bagi setiap Muslim. "Kami berharap dan berdoa tegakknya Khilafah dalam waktu yang tidak terlalu lama, insya Allah dengan pertolongan Nya. Bukankah Allah berfirman alla inna nasruna qarib?" pungkasnya.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.