Header Ads

Asal Bicara Tentang Terorisme, Ketum GP Ansor Dikritik

Celana cingkrang, jidat hitam, dagu berjenggot kini menjadi penampilan yang ramai dibicarakan. Bahkan segala kelompok yang kerap membid’ahkan juga menjadi santapan untuk disandingkan dengan kelompok teror.

Nusron Wahid, Ketua Umum GP Ansor, menyatakan fenomena masyarakat muslim yang sering membid’ahkan dan memakai simbol-simbol seperti diatas rentan menjadi teroris. Pria yang mengaku sudah memiliki jaringan lintas Iman di tiap daerah ini juga meminta masyarakat mewaspadai berkembangnya faham seperti itu.

“Di Jawa Selatan ada yang rebutan mesjid. Mereka anti demokrasi, tidak setuju Pancasila, NKRI, dan suka menthoghutkan.” Ungkapnya yang juga kader Golkar ini dalam Dialog di salah satu televisi swasta pagi tadi, (27/9).

Mendengar Nusron melakukan penyamarataan, Mustofa B. Nahrawardaya, dari Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), langsung meluruskan ucapan tersebut. Ia mengatakan perkataan Nusron sangat berbahaya. “Hati-hati jika menggeneralisasi. Itu sangat berbahaya sekali.” terangnya yang juga menjadi pembicara di acara yang sama, meningatkan.

Kata Musthofa, berkembangnya pemahaman seperti itu tidak akan membawa manfaat bagi umat. Sebab sejatinya tidak ada kaitan antara simbol-simbol Islam tertentu dengan tindak terorisme. Apakah potongan celana, ideologi, bahkan cadar. “Yulianis saja, tersangka korupsi, memakai cadar di persidangan.”

Akhirnya, Musthofa meminta masyarakat untuk tidak termakan upaya yang mengarahkan semangat keberagamaan Umat Muslim dalam upaya penegakan Syariat Islam kepada tindakan terorisme. Masyarakat dituntut untuk selektif terhadap analisa yang menyudutkan umat muslim terhadap ledakan di gereja Solo, lusa silam.

“Cara masyarakat menyikapi harus hati-hati. Agar tidak terjadi bomber-bomber baru.” Pungkasnya. (pz/eramuslim)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.