Header Ads

Deradikalisasi, model soft power 'penanganan terorisme' dengan mereduksi ajaran Islam

Pendekatan terhadap paham ‘radikalisme’ masa kini berbeda dengan pendekatan di era tahun 1960 silam, demikian yang diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai.

“Dulu, menanggulangi radikalisme dengan cara hard power. Saat itu efektif, namun hasil yang didapat sementara,” ujar Ansyaad Mbai dalam pidatonya membuka seminar nasional tentang pendidikan sebagai solusi radikalisme di Hotel Grand Sahid, Jakarta, pada Selasa (4/10/2011).

Ansyaad mengungkapkan bahwa saat ini pendekatan yang dilakukan pemerintah, khususnya BNPT tidak dengan hard power karena dinilai tidak efektif. Dengan melakukan soft power yakni dengan proses deradikaliasi, Ansyaad mengatakan proses ini tentunya tidak dilakukan sendiri oleh pemerintah.

“Masyarakat juga harus ikut berpartisipasi menanggulangi radikalisme dengan pendekatan soft power,” kata Ansyaad Mbai.

Mungkin yang dimaksud deradikalisasi adalah pemretelan bagian-bagian tertentu dari ayat-ayat Allah. Pada akhirnya kaum muslimin secara tidak sadar akan mereduksi ajaran-ajaran Islam, sehingga siapapun yang menyerukan pemberlakukan Islam secara kaffah akan diberi cap sebagai ‘paham radikal’. Wallohua’lam. (dbs/arrahmah)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.