Header Ads

HTI Depok Serukan Umat Kembali Ke Hukum Allah

Minggu, (11/12) HTI DPD Depok menggelar acara Silaturahim Muharram 1433 H. Acara diselenggarakan di Stadion Merpati Depok dan dihadiri sejumlah kader, ulama, akademisi, dan masyarakat. Diantaranya Rokhmat S. Labib (DPP HTI), Hafidz Abddurahman (DPP HTI), Ustadz Ir Abu Zaid (MUI Depok), KH. Sirojuddin (Ponpes Ahsanul Amal), dan La Ode Sabaruddin (Kandidat Doktor UI).



Dalam pemaparannya, Ustadz Abu Zaid menjelaskan bahwa runtuhnya Khilafah ditangan Inggris beserta anteknya, Musthafa Kemal Attaturk adalah musibah terbesar dalam sejarah umat muslim. Karena khilfah adalah rumah bagi umat muslim di seluruh dunia.

“Pada tanggal 3 Maret itulah terjadi musibah paling besar yang menimpa kaum muslim dimana Khilafah diruntuhkan oleh kafir-kafir musuh Allah. Musthafa Kemal adalah antek Inggris yang meruntuhkan Khilafah di Turki,” ujarnya di depan 5000 peserta.

Ketiadaan khilafah ini, lanjutnya, membuat umat Islam terpecah belah. Ibarat rumah, kini umat Islam di seluruh dunia tinggal di bedeng-bedeng atau gubuk-gubuk bernama Indonesia, Malaysia, Libya, Pakistan dan lain sebagainya. Layaknya sebuah bedeng, maka bangunannya tidak kuat. Orang di dalam bedeng juga tidak bisa terlindungi dari panas, hujan, serta ancaman penjahat.

“Itulah yang terjadi ketika tidak adanya khilafah. Kita diatur oleh Undang-Undang Kufur. Orang-orang disini bebas berzina, tidak shalat, minum khamr dan makan riba,” tandasnya.

Dalam kesempatan berikutnya, Ketua DPP HTI, Rokhmat S. Labib mengingatkan masyarakat untuk hanya berhukum dengan hukum Allah. Dengan mengutip Surat Al Maidah Ayat 50, Rokhmat menegaskan bahwa hanya ada dua hukum di muka bumi ini, yaitu hukum Allah dan hukum buatan manusia atau jahiliyyah. Ketika kita lebih memilih hukum buatan manusia yang dimandatkan kepada DPR, yang terjadi hanyalah kerusakan.

“Padahal Allah sudah berfirman, Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (QS Almaidah: 50).”

Selain itu, Master Ekonomi Islam ini juga meminta umat melihat hijrah bukan semata-mata dilihat dari perpindahan fisik semata, akan tapi Hijrah yang Rasulullah lakukan juga tonggak berdirinya Daulah Islamiyah.

Selanjutnya meski dalam kondisi kurang fit, pimpinan Ponpes Ahsanul Amal KH. Sirajuddin, tetap menghadiri Silaturahim ini. Dengan suara yang masih terlihat serak, aktivis penegakkan Syariat Islam ini menceritakan suka dukanya memperjuangakan jilbab di era 80-an.

Syariat Islam, menurutnya, sudah ada di dalam tiap relung hati umat Islam. Dengan begitu, ia sangat yakin bahwa Syariat Islam pasti akan berdiri kembali. “Layaknya mendung yang akan turun ke bumi. Insya Allah, kita semua bersama Allah,” ujarnya yang disambut takbir ribuan peserta. (pz/eramuslim)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.