Header Ads

Ribuan Muslim Dagestan Berkumpul Melawan Penculikan dan Kezhaliman Penegak Hukum Rusia dan Dagestan[F]

Ekstrimisme selalu saja digunakan oleh para penjaga rezim untuk menzalimi Muslim. Namun, kaum Muslim, seperti di bumi Rusia, khusunya di daerah Dagestan, tidak akan tinggal diam terhadap tindakan dzalim para penegak hukum di negeri mereka. Ribuan orang berkumpul untuk mengadakan rapat umum melawan penculikan dan tindakan sewenang-wenang para penegak hukum atas kaum Muslim.


Para pemuda dan kaum Muslim lainnya dari berbagai daerah di Dagestan berbaris berjalan di jalanan kota menuju Teater Rusia. Merekaberkumpul dan bersatu dalam sebuah pertemuan untuk mengatakan kebenaran. Gema takbir dan tahlil tidak henti-hentinya mengiringi pertemuan mereka.

Pemimpin aksi membuka rapat umum dengan membaca surat Ali Imran ayat 110 yang mengingatkan bahwa umat Islam sebagai umat yang terbaik.

Para pengunjuk rasa mengambil resolusi di mana negara harus bertanggungjawab atas tindakan dzalim para penegak hukum dan berjanji akan menggelar aksi tersebut setiap Jumat.

Aksi tersebut diselenggarakan oleh kerabat orang-orang yang diculik dan diorganisir oleh berbagai komponen masyarakat Muslim di Dagestan. Para pengunjuk rasa menuntut pembebasan kaum Muslim yang ditahan secara ilegal serta mendesak untuk menghentikan penculikan dan peyiksaan oleh pasukan keamanan.

Aksi awalnya direncanakan digelar di Lenin Square, di mana terdapat gedung-gedung pemerintah, tetapi telah ditutup oleh para polisi di pagi hari. Pada saat aksi tiba, perlengkapan militer lengkap dengan lapis baja menghadangnya.

Pemerintah kota mengizinkan untuk mengadakan unjuk rasa di depan teater usai sholat Jumat di jalanan Krotov. Menurut Kementerian Dalam Negeri Dagestan, dalam pertemuan di Makhachkala, 25/11/2011 itu dihadiri oleh 6000 orang. Mereka berjalan menuju teater. Tapi segera kerumunan masa memutuskan, bagaimanapun, untuk terus ke Lenin Square dan meneriakkan "laa ilaaha ilallah", pindah ke sana. Yel-yel itu bahkan lebih besar, terhadap peralatan militer.

Kaum Muslim terus meneriakkan kalimah tahlil, tidak ada Tuhan selain Allah. Poster-poster besar dipajang, "Muslim Bosan dengan Layanan Tirani", "Kekuatan Inkuisisi Mendorong Rakyat ke Hutan".

Orasi pertama di depan pengunjuk rasa disampaikan oleh Muhammad Kartashov, ia mengatakan bahwa Muslim Dagestan mengalami masa sulit saat ini.

"Kita tidak bisa tinggal diam dan menyembunyikan kebenaran, ketika kejahatan dan pelanggaran hukum telah jelas. Kami telah berkumpul untuk membuktikan bahwa umat Islam, secara keseluruhan adalah satu".

Kaum Muslim peserta rapat umum pun menyambutnya dengan teriakkan takbir, Allahu Akbar!.

Mohammad Kartashov mengungkapkan keinginan publik, untuk membuat aksi ini seperti Jumat biasa, mingguan. Dia meyakinkan bahwa pertemuan akan diadakan sampai berakhir semua kesewenang-wenangan dari dinas rahasiah.

Semua yang berkumpul bahkan tidak bisa membayangkan bahwa hal ini bisa terjadi di Dagestan. Kemudian mereka menyadari bahwa musim semi, khususnya di Arab, merupakan tanda pertama... dan kemudian kerumunan rakyat banyak mengancam otoritas untuk belajar dari Libya dan Mesir.

Pembicara berikutnya mengatakan kepada kerumunan massa bukan hal baru. Semuanya begitu tenang bahwa ancaman musim semi berpikir untuk bekerja. Tapi di sini ada pembicara yang diberikan kepada Wakil Perdana Menteri Dagestan Rizvan Kurbanov. Mereka mengingatkan kebangkitan rakyat di negeri-negeri timur tengah yang telah berani melawan kezhaliman, hingga mampu menumbangkan para diktator.

Massa sekali lagi menunjukkan kekuatannya, bergemuruh tidak puas nyaris mengusir pejabat itu. Namun, penyelengagra pertemuan meminta orang-orang untuk mendengarkan Kubanov.

Wakil Perdana Menteri mengatakan bahwa tidak kesewenang-wenangan aparat penegak hukum dalam pemerintahan. "Apakah anda pikir kami tidak melakukan apapun? Setelah polisi ceroboh dihukum, mereka dimasukkan ke dalam penjara. Dan sebagai fakta orang hilang, kami bekera di atasnya dan pada kasus-kasus ketika mereka bisa mengembalikan orang hilang."

Selain itu, Rizvan Kurbanov telah menekankan bahwa otoritas republik melakukan segala kemungkinan untuk menemukan Rasul Magomedov, guru bahasa Rusia dan sastra dari sekolah menengah Balakhani, yang telah menghilang di Makhachkala pada 17 November dalam keadaan tak diketahui.

Gadzhimagemedov Makhmudov yang memegang megafon, tiga kali ia meminta ribuan kerumunan massa menjawab pertanyaannya, "Apakah anda percaya padanya?" Tiga kali massa meneriakkan, "Tidak! Kami tidak percaya".

Pada saat itu, seorang pria tua tampil di hadapan keramaian, ia berbicara dan menangis. Apa pemerintah tidak melakukannya. Beberapa tahun lalu, selama operasi khusu di Khasavyurt, petugas keamanan salah rumah, membunuh putrinya yang sedang mengandung, puteranya terluka.

Salah satu pembicara Abas Kebede mengatakan, "Jika hukum tidak bekerja, harus didirikan Dagestan yang lebih dari sekedar hukum".

Kebede mengatakan, bahwa para pengunjuk rasa akan terus menggelar aksi protesnya. Bahkan akan jauh lebih banyak lagi. "Banyak orang-orang yang tidak diperbolehkan keluar dari desa, kota. Polisi telah memblokir semua pintu keluar masuk. Peserta berikutnya kita menyimpan lebih terorganisir dan lebih besar lagi."

Para penyelenggara rapat umum setelah itu, bertemu dengan wakil Perdana Menteri Rizvan Kubanov dan Kepala Kementrian Dalam Negeri Dagestan Abdurashid Magomedov. Pada pertemuan tersebut mereka diundang untuk menyelesaikan permasalahan yang menumpuk.

Para peserta aksi mengadopsi sebuah resolusi, yang menyatakan bahwa republik menghadapi perang sipil yang nyata dan agen penegakan hukum, berlatih melalui cara ilegal dalam pekerjaan mereka, yang sebagian bertanggung jawab untuk situasi ini. Mereka juga menuntut penghentian penangkapan kaum Muslim, penyiksaan, perkosaan, perlakuan kejam dan tindak zhalim lainnya.

Aksi serupa juga digelar sekitar 1000 orang pada 21 November 2011 di Makhachkala melawan kesewenang-wenangan aparat penegak hukum. Mereka mencatat bahwa republik melihat perang saudara nyata, sebagai akibat di mana ratusan orang tewas dalam beberapa tahun saja.

"Kami menyatakan bahwa di Dagestan hak kami tidak dilindungi, sebaliknya dilanggar dan dilecehkan. Kami mengungkapkan kemarahan kami pada tirani yang dilakukan oleh negara melalui badan-badan penegak hukumnya," kata pernyataan.

Para peserta unjuk rasa menuntut para pemimpin Rusia dan Dagestan sebagai penjamin republik negara konstitusi, "untuk menghentikan penangkapan sewenang-wenang atau penahanan tanpa alasan dan kepatuhan terhadap standar prosedural, mengakhiri penyiksaan, kekerasan dan kekejaman lainnya, menjamin pekerjaan penegak hukum dalam hukum dalam modus terbuka."

Melalui media alternatif yang ada, para peserta aksi melaporkan langsung aksi protes itu melalui jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan jejaring sosial lainnya, sehingga kemajuan protes bisa dilihat semua orang. Dukungan teknologi selama pertemuan di Dagestan ini digunakan untuk pertama kalinya, meskipun protes yang diadakan di republik itu hampir setiap minggu.

Demikianlah, kaum Muslim Dagestan bangun untuk membela kebenaran dan melawan segala bentuk kesewenang-wenangan. Sama halnya seperti semangat kebangkitan kaum Muslim di Tunsia dan negeri Arab lainnya sampai suatu saat mereka dipersatukan oleh Khilafah Islamiyah yang akan menyatukan mereka secara nyata. Insya Allah, semakin dekat. [m/f/kavkaz-uzel/wordyu.ru/syabab.com]

Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!   Click to open image!
Click to open image!

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.