Header Ads

MUI Bogor: GKI Yasmin Bromocorah

Kasus GKI Yasmin masih terus berlanjut. Setiap Minggu pagi jemaat GKI Yasmin memprovokasi warga setempat dengan mengadakan kebaktian di trotoar. Alternatif tempat yang diberikan Pemkot Bogor selalu mereka tolak. Jemaat 'drop-dropan' itu terus ngeyel dengan menggelar kebaktian di trotoar jalan. Warga yang resah selama bertahun-tahun selalu mengajak pertemuan secara gentleman untuk buka-bukaan data, tetapi tak dihiraukan pihak GKI Yasmin.



Kepada sejumlah wartawan, Jubir GKI Yasmin Bona Sigalingging selalu mengatakan bahwa umat Islam intoleran. Padahal faktanya ini murni kasus hukum, GKI Yasmin terbukti bersalah karena menipu warga setempat terkait syarat IMB rumah ibadah.

Dan tidak hanya itu, GKI Yasmin tidak memiliki pendapat tertulis dari Kepala Kantor Departemen Agama setempat, tidak memiliki umat (jemaat) minimal 90 orang yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan disetujui oleh 60 orang dari umat agama lain di wilayah tersebut. Mereka juga tidak mendapatkan izin dari warga setempat, dan tidak mendapatkan rekomendasi tertulis dari FKUB. Karena itulah pada 11 Maret 2011 Walikota Bogor mencabut IMB GKI Yasmin yang terletak di Jalan KH Abdullah Bin Nuh, Taman Yasmin, Bogor itu.

Anehnya, GKI Yasmin selalu mengopinikan seolah-olah mereka dilarang ibadah, umat Islam tidak toleran, umat Islam anarkis, dan Wali Kota melawan hukum.

Menanggapi persoalan ini, Ketua Komisi Kerukunan Beragama MUI Kota Bogor Ustadz Iyus Khaerunnas mengatakan bahwa umat Islam sangat terganggu dengan sepak terjang GKI Yasmin yang kian hari kian berulah. Bahkan Ustadz Iyus menyebut mereka laksana bromocorah.

“Kami sangat terganggu dengan sepak terjang GKI Yasmin yang makin hari makin berulah, berkilah dan bersikap seperti bromocorah. Sudah jelas persoalan hukumnya, tapi selalu dipelintir. Terus kasak kusuk kesana kemari mengadu domba antar tokoh-tokoh Islam, main uang”, katanya, Senin (16/1/2012).

Hal ini, lanjut Ustadz Iyus, membuat umat Islam berfikir dengan sikap tidak tahu dirinya mereka. Apalagi ditambah dengan fakta bahwa merekalah kelompok pengkhianat negeri ini. "Seandainya mereka mayoritas di negeri ini, tentu mereka akan banyak menzalimi dan menindas.", tandasnya.

"Jadi saya menekankan kerukunan dan toleransi pun ada batasnya", tutupnya. (suara islam/eramuslim)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.