Kalau Cinta Damai, Kok Ingin Membunuh dan Merusak Acara Maulid?
Pernyataan Ketua Gerakan Pemuda Dayak Kalteng Yansen Binti yang beralasan bahwa penyerangan terhadap petinggi Front Pembela Islam (FPI) di Palangkaraya karena FPI dinilai ormas yang suka melakukan kekerasan sehingga harus ditolak, dipandang tak masuk akal Ketua Bidang Advokasi FPI Munarman.
Menurut Munarman, pernyataan Yansen Binti tersebut tidak masuk akal, hanya dalih dan terkesan hanya untuk menyembunyikan kedok mengingat kedekataannya dengan Gubernur Kalteng, Teras Narang, yang punya hubungan kurang baik dengan FPI.
Dikatakan Munarman, gerombolan penyerang yang dipimpin Yansen Binti mengaku menyatakan menolak kekerasan dan kulturnya cinta damai, tapi mereka malah menggunakan tombak, parang, dan mandau serta mengancam akan membunuh pengurus FPI.
"Jadi apa yang mereka omongkan itu adalah dusta belaka," kata Munarman kepada Hidayatullah.com, Senin (13/02/2012).
Munarman menegaskan, FPI tidak akan tinggal diam dengan insiden di Palangkaraya, Sabtu lalu. FPI telah melaporkan sejumlah orang yang dituding sebagai provokator aksi massa tersebut ke Mabes Polri.
Munarman juga mengatakan, mereka sudah mengumpulkan sejumlah alat bukti. Di antaranya, adanya rapat yang dilakukan di kompleks Gubernuran di Kalimantan Tengah dengan agenda pembunuhan pimpinan FPI yang datang ke Palangkaraya.
Munarman menegaskan bahwa FPI menjadi korban dalam kasus tersebut. Mereka dilarang memasuki wilayah yang sejatinya adalah bagian dari NKRI. Dia menuding Teras Narang telah bertindak berlebihan untuk melindungi kepentingannya.
"Mereka mengatakan bahwa FPI tidak sesuai dengan nilai-nilai anti kekerasan. Nyatanya mereka mengusir kami dengan senjata tajam, membakar panggung Maulid Nabi. Itu apa juga bukan kekerasan?" katanya.
Seperti dikutip sejumlah media, Ketua Gerakan Pemuda Dayak Kalteng Yansen Binti menuding FPI kerap menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya yang kemudian inilah yang menjadi alasan pihak Yansen untuk menyerang petinggi FDPI di bandara Palangkaraya.
Namun kata Yansen, penolakan terhadap FPI oleh pihaknya di Palangkaraya tak terkait dengan sentimen keagamaan. (hidayatullah/130212/al-khilafah.org)
Menurut Munarman, pernyataan Yansen Binti tersebut tidak masuk akal, hanya dalih dan terkesan hanya untuk menyembunyikan kedok mengingat kedekataannya dengan Gubernur Kalteng, Teras Narang, yang punya hubungan kurang baik dengan FPI.
Dikatakan Munarman, gerombolan penyerang yang dipimpin Yansen Binti mengaku menyatakan menolak kekerasan dan kulturnya cinta damai, tapi mereka malah menggunakan tombak, parang, dan mandau serta mengancam akan membunuh pengurus FPI.
"Jadi apa yang mereka omongkan itu adalah dusta belaka," kata Munarman kepada Hidayatullah.com, Senin (13/02/2012).
Munarman menegaskan, FPI tidak akan tinggal diam dengan insiden di Palangkaraya, Sabtu lalu. FPI telah melaporkan sejumlah orang yang dituding sebagai provokator aksi massa tersebut ke Mabes Polri.
Munarman juga mengatakan, mereka sudah mengumpulkan sejumlah alat bukti. Di antaranya, adanya rapat yang dilakukan di kompleks Gubernuran di Kalimantan Tengah dengan agenda pembunuhan pimpinan FPI yang datang ke Palangkaraya.
Munarman menegaskan bahwa FPI menjadi korban dalam kasus tersebut. Mereka dilarang memasuki wilayah yang sejatinya adalah bagian dari NKRI. Dia menuding Teras Narang telah bertindak berlebihan untuk melindungi kepentingannya.
"Mereka mengatakan bahwa FPI tidak sesuai dengan nilai-nilai anti kekerasan. Nyatanya mereka mengusir kami dengan senjata tajam, membakar panggung Maulid Nabi. Itu apa juga bukan kekerasan?" katanya.
Seperti dikutip sejumlah media, Ketua Gerakan Pemuda Dayak Kalteng Yansen Binti menuding FPI kerap menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya yang kemudian inilah yang menjadi alasan pihak Yansen untuk menyerang petinggi FDPI di bandara Palangkaraya.
Namun kata Yansen, penolakan terhadap FPI oleh pihaknya di Palangkaraya tak terkait dengan sentimen keagamaan. (hidayatullah/130212/al-khilafah.org)
Tidak ada komentar