Header Ads

60 Persen LSM Indonesia Antek Asing

Sekitar 60 persen lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Indonesia telah menjadi alat negara asing.

Kesimpulan tersebut disampaikan pengamat intelijen Mulyo Wibisono kepada itoday (8/5) menyikapi keputusan kasasi Mahkamah Agung yang menolak gugatan Imparsial terhadap Kepala Badan Intelijen Strategis (KaBais) Mayjen TNI Syafnil Armen.



"Terus terang LSM itu alat asing. Intelijen, baik Bais atau BIN sudah punya datanya. Kira-kira 60 persen asing yang membiayai. Bahkan teman-teman saya pernah mendapati pihak asing membawa uang cash untuk LSM tertentu. Saya sendiri dekat dengan orang-orang yang bayar LSM-LSM itu, dari pihak Amerika Serikat sampai Israel," ungkap Wibisono.

Menurut Wibisono, intelijen memang harus mempunyai anggapan bahwa semua pihak itu jelek, kecuali sudah dibuktikan pihak yang dimaksud baik. "Semua LSM itu jahat, kecuali mereka membela tanah air. LSM kerjanya cari proyek dan bikin proposal. Sebelumnya mereka memfoto kegiatannya untuk dimuat di media massa. Setelah itu mereka dapat duit," kata Wibisono.

Wibisono mengungkapkan, banyak aktivis LSM yang melakukan demonstrasi menuntut permasalahan tertentu sebenarnya ditujukan untuk mendapatkan dana dari asing. "Demonstran dari LSM itu ada latihannya. Aksi mereka difoto untuk dikirim ke negara donor," tegas Wibisono.

Di kalangan intelijen sendiri, menurut Wibisono, memberikan kebebasan kepada aksi-aksi LSM. "Meskipun diberikan kebebasan, jika mereka melanggar akan ditangkap juga. Dikatakan melanggar misalnya, sudah melakukan agitasi terhadap warga untuk merusak tempat-tempat umum," kata Wibisono.

Lebih lanjut Wibisono membenarkan upaya yang dilakukan KaBais Syafnil Armen yang menginformasikan adanya LSM-LSM yang membahayakan negara. "Karena LSM itu bagian dari intelijen asing, maka yang melakukan konterintelijen adalah Bais ataupun BIN. Waktu saya menjabat Ketua Kajian Strategis Bais, saya katakan LSM itu tidak memiliki nasionalisme. Bahkan LSM-LSM tertentu memainkan proses pembuatan undang undang," pungkas Wibisono. [itoday/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.