Header Ads

Musdah: Kebijakan Taliban Atas Nama Agama Kurang Rasional

Sekolah kecantikan di Afghanistan.
Semenjak kehadiran tentara AS,
budaya Barat dimasukkan ke negeri itu
Prof Dr Musdah Mulia, salah satu guru besar UIN Syarif Hidayatullah menyatakan sikap kritisnya terhadap kebijakan faksi perlawanan Taliban di Afghanistan. Musdah Mulia yang mengaku baru kembali dari kunjungan dari Afghanistan mengaku khusus dikirim ke sana untuk melakukan dialog dengan pihak Taliban.

Musdah menceritakan saat Taliban berkuasa di Afghanistan, mereka menarik semua perempuan dari dunia publik dengan alasan keagamaan bahwa perempuan haram bekerja.



“Apa yang terjadi, setelah dua bulan pemerintah Taliban menggariskan satu kebijakan baru bahwa perempuan ditarik dari rana publik. Para dokter, guru lalu hakim, bidan semuanya dilarang bekerja. Terjadi kemudian sejumlah keluarga ternyata memang penyandang ekonominya adalah perempuan – perempuan tersebut,” demikian ceritanya dalam seminar umum “Paradigma Feminisme Di Indonesia” Selasa (01/05/2012) yang diadakan Komunitas Mahasiswa Filsafat Universitas Indonesia (KOMAFIL UI) kemarin.

Menurutnya adalah tidak benar jika wanita itu penyandang ekonomi kedua, kenyataannya banyak juga wanita Afghanistan menjadi penyandang ekonomi utama. Tidak sedikit keluarga yang jatuh miskin dan tidak bisa berbuat apa – apa.

“Lalu Taliban nya tidak juga berkuasa untuk memberi makan rakyatnya akhirnya menjadi pengemis. Yang menarik perempuan itu kalau sudah tidak punya pekerjaan yang bisa dilakukan menjadi pengemis dan menjadi prostitusi. Ketika menjadi pengemis dan prostitusi mereka berada di jalan, ini yang terjadi,” ujarnya.

Musdah mengkritik kebijakan Taliban yang mengatasnamakan agama tersebut sebagai sikap yang tidak realistis dan rasional.

Miras dan Rock

Seperti diketahui, hadirnya penjajah di bawah pimpinan Amerika dan jatuhnya Kabul, rok mini, film porno dan minuman keras mulai bisa ditemukan secara bebas di Afghanistan.

Sebelumnya, kebebasan cara Barat seperti itu tak pernah ditemukan di wilayah tersebut di bawah kepemimpinan Taliban. Bahkan pencurian saja jarang ditemukan karena takut sanksi hukumnya. Setelah AS masuk, semuanya menjadi lain.

Tahun 2011 lalu, untuk pertama kali dalam sejarah, ada festival music rock di Afghanistan. Travis Beard, wartawan foto asal Amerika yang ikut festival mengatakan, acara ini disemarakkan band-band asal Australia, Uzbekistan, Kazakhstan dan Kabul sendiri.

Sebelumnya, belum pernah budaya-budaya Barat ini masuk secara sembarangan ke negeri itu.

Selain itu, sejak masuknya tentara asing, budaya-budaya Barat seolah disengaja masuk mempengaruhi warga yang semula dikenal taat dalam ajaran agama.

Tahun 2007, beberapa wanita Amerika mendirikan sekolah kecantikan. Semua gaya hidup ini tentu bukan sesuatu yang terjadi biasa saja. Setidaknya, masuknya tentara penjajah, ikut membawah dampak buruk bagi budaya Islam. [hidayatullah/al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.