Profesor Dadang: Kampanye Kondom Pembodohan Besar Pada Rakyat
Kondom
kini sudah tidak berhasil lagi mengurangi penyebaran viru HIV / AIDS
lagi. Bahkan Amerika telah menyatakan kondom gagal dalam mengurangi
penyebaran virus HIV. Jelas sekali kampanye kondom yang ada di Indonesia
hanyalah kepentingan bisnis.
Hal itu dikatakan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Profesor Doktor Dadang Hawari (Psikitaer) kepada Suara Islam Online, Sabtu (30/6/2012).
"Di sini bisnislah yang berperan. Karena politik uang. Jadi ada uang dibalik batu.Ini kesalahan besar, pertama dengan kondom sudah diperingatkan bahwa ini bukan penyelesaian tetapi malah mendorong orang untuk seks bebas, untuk perzinahan. Jadi perzinahan bukan dicegah tetapi malah didorong" jelas Prof Dadang.
"Kondom terbuat dari bahan latex (karet) yang merupakan ikatan hidrokarbon dengan polimerisasi. Berarti berserat dan berpori-pori. Itu semua sudah diselidiki. Dalam konfrensi AIDS di Chiang Mai tahun 1995 disampaikan. Dan penelitian di Amerika kondom tidak berhasil, biseks dan setia pada pasangan sudah dicoba tetapi gagal juga. Lalu diganti dengan kondom gagal juga," jelasnya.
Menurut Prof Dadang, di Amerika 30% kondom yang beredar di pasaran bocor. Kalau 10 kali berzina 3 kali akan terkena. Menurutnya kondom sebenarnya dibuat untuk menyaring sperma bukan untuk menyaring virus. Besarnya sperma 150 dan virus 1 besarnya, jadi 450 kali lebih besar.
"Badan POM di Amerika sudah melarang kampanye kondom," tambahnya.
Nasehati Menteri
Profesor Dadang tidak lupa menasehati Menkes Nafsiah Mboi. "Semangat kampanye kondom oleh Nafsiah perlu dipertanyakan. Sebab kondom itu mendorong orang melakukan perzinahan dan seks bebas, bukan remaja saja yang berisiko jika diberikan alat itu. Karena semua remaja berisiko," katanya.
Menurutnya berdasarkan penelitian, seks bebas telah menambah angka kehamilan di luar nikah, aborsi semakin meningkat dan anak yang dibunuh semakin meningkat serta anak-anak yang ada di panti asuhan semakin meningkat. Bayi yang dibuang di tong sampah semakin meningkat, penyakit kelamin di Indonesia semakin meningkat termasuk HIV/AIDS, sekarang Indonesia pada urutan pertama di dunia.
"Sudah dibuktikan kampanye kondom berarti juga gagal di luar negeri kenapa di Indonesia malah digunakan," tanyanya.
Tak kalah penting, kampanye kondom juga berisiko merusak moral bangsa. Sekarang harusnya kampanye anti bergaul bebas sebelum menikah.
"Kampanye kondom sangat berisiko merusak moral. Sekarang lebih baik kampanye anti bergaul bebas sebelum menikah. Kalau kita seorang Pancasilais kita tidak perlu ribut-ribut kampanye. Pancasila itu anti seks bebas," ingatnya. [SIOnline/al-khilafah.org]
Hal itu dikatakan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran UI Profesor Doktor Dadang Hawari (Psikitaer) kepada Suara Islam Online, Sabtu (30/6/2012).
"Di sini bisnislah yang berperan. Karena politik uang. Jadi ada uang dibalik batu.Ini kesalahan besar, pertama dengan kondom sudah diperingatkan bahwa ini bukan penyelesaian tetapi malah mendorong orang untuk seks bebas, untuk perzinahan. Jadi perzinahan bukan dicegah tetapi malah didorong" jelas Prof Dadang.
"Kondom terbuat dari bahan latex (karet) yang merupakan ikatan hidrokarbon dengan polimerisasi. Berarti berserat dan berpori-pori. Itu semua sudah diselidiki. Dalam konfrensi AIDS di Chiang Mai tahun 1995 disampaikan. Dan penelitian di Amerika kondom tidak berhasil, biseks dan setia pada pasangan sudah dicoba tetapi gagal juga. Lalu diganti dengan kondom gagal juga," jelasnya.
Menurut Prof Dadang, di Amerika 30% kondom yang beredar di pasaran bocor. Kalau 10 kali berzina 3 kali akan terkena. Menurutnya kondom sebenarnya dibuat untuk menyaring sperma bukan untuk menyaring virus. Besarnya sperma 150 dan virus 1 besarnya, jadi 450 kali lebih besar.
"Badan POM di Amerika sudah melarang kampanye kondom," tambahnya.
Nasehati Menteri
Profesor Dadang tidak lupa menasehati Menkes Nafsiah Mboi. "Semangat kampanye kondom oleh Nafsiah perlu dipertanyakan. Sebab kondom itu mendorong orang melakukan perzinahan dan seks bebas, bukan remaja saja yang berisiko jika diberikan alat itu. Karena semua remaja berisiko," katanya.
Menurutnya berdasarkan penelitian, seks bebas telah menambah angka kehamilan di luar nikah, aborsi semakin meningkat dan anak yang dibunuh semakin meningkat serta anak-anak yang ada di panti asuhan semakin meningkat. Bayi yang dibuang di tong sampah semakin meningkat, penyakit kelamin di Indonesia semakin meningkat termasuk HIV/AIDS, sekarang Indonesia pada urutan pertama di dunia.
"Sudah dibuktikan kampanye kondom berarti juga gagal di luar negeri kenapa di Indonesia malah digunakan," tanyanya.
Tak kalah penting, kampanye kondom juga berisiko merusak moral bangsa. Sekarang harusnya kampanye anti bergaul bebas sebelum menikah.
"Kampanye kondom sangat berisiko merusak moral. Sekarang lebih baik kampanye anti bergaul bebas sebelum menikah. Kalau kita seorang Pancasilais kita tidak perlu ribut-ribut kampanye. Pancasila itu anti seks bebas," ingatnya. [SIOnline/al-khilafah.org]
Tidak ada komentar