Ada LDII di Ijtima' Ulama MUI
Ijtima'
Ulama Komisi Fatwa MUI se-Indonesia ke-IV di Pesantren Cipasung,
Tasikmalaya, diikuti tidak hanya oleh pengurus MUI Pusat dan
se-Indonesia tetapi juga oleh perwakilan ormas-ormas Islam tingkat
pusat. Ormas-ormas yang tercatat dalam daftar peserta Ijtima' Ulama di
antaranya NU, Muhammadiyah, DDII, Dewan Masjid Indonesia, Al Irsyad,
Persis, Hidayatullah, Perti dan sejumlah 'ormas senior' lainnya di
Indonesia.
Ormas-ormas muda, yang massa dan aktifitasnya jauh lebih menonjol, seperti FPI dan HTI malah tidak ada dalam daftar peserta. Entah tidak diundang atau mereka yang tidak datang.
Namun, diantara ratusan peserta yang hadir, ternyata ada peserta dari ormas yang masih diperdebatkan ajaran-ajarannya. Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII). Suara Islam Online mendapatkan informasi ini dari salah satu Ketua MUI Pusat di arena Ijtima' Ulama.
"Ada empat orang yang sudah menemui saya. Terus terang mereka mengaku dari LDII. Mereka menyapa saya sebelum saya masuk ke sidang pleno pagi tadi," katanya.
Dua orang pengurus pusat LDII itu mengaku bernama Abdul Azis Ridwan dan Fatahilah. Mereka menyapa Ketua MUI tersebut dengan menggunakan bahasa Arab. "Dugaan saya mereka sedang menjalankan budi luhur atau sedang pamer ke saya", ungkap sang ketua MUI yang dikenal anti LDII itu.
Suara Islam Online kemudian mengecek kedua nama itu di website resmi LDII. SI Online menemukan di jajaran pengurus pusat LDII ada nama KH. Abdul Azis Ridwan dan H. Wilnan Fatahilah, S.Hi. Keduanya adalah anggota Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah.
Apakah kehadiran mereka resmi diundang MUI berdasarkan rapat pimpinan?. "Tidak, saya tidak tahu. Tapi saya tahu kemungkinan siapa yang mengundang mereka," kata sumber SI Online itu.
SI Online bersama Hidayatullah mendatangi sekretariat panitia untuk memastikan adanya peserta dari ormas LDII. Ternyata dalam daftar peserta Ijtima' Ulama tidak ditemukan ormas LDII.
Sabtu malam, ketika sidang komisi dimulai baru terlihat jelas. Nama KH Abdul Azis Ridwan al Hafidz dengan identitas dari ormas LDII terpampang dalam Komisi A yang membahas tentang Masail Asasiyah Wathaniyah.
Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Dr KH Cholil Nafis ketika dikonfirmasi soal kehadiran delegasi LDII di arena Ijtima' Ulama membenarkan bahwa LDII memang diundang hadir.
"Mereka diundang agar mereka tahu pikiran-pikiran kelompok Islam mainstream. Selain itu untuk membangun ukhuwah Islamiyah dan Wathaniyah", kata Kiyai Nafis kepada sejumlah media Islam, Sabtu pagi (30/6/2012).
Kiyai Nafis menjelaskan hingga kini LDII masih dalam binaan MUI. Jadi mereka diundang juga dalam rangka pembinaan. Soal 'paradigma baru yang mereka kenalkan, MUI, kata Kiyai Nafis, masih berusaha husnudzan. "Masa kelompok bohong", katanya.
Berbeda dengan Kiyai Cholil Nafis, Ketua MUI Pusat KH Cholil Ridwan masih meyakini bahwa LDII belum berubah. LDII, kata Kiyai Cholil, masih menjalankan ajaran Islam Jamaah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada 06 Rabiul Awwal 1415H/ 13 Agustus 1994 M. Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari para mantan pengikut LDII yang sekarang bergabung dalam Forum Ruju' Ilal Haq (FRIH).
Sementara itu, di luar arena Ijtima Ulama, di Jalan Raya Muktamar NU XXIX Cipasung, LDII Jawa Barat dan Tasikmalaya memasang tiga spanduk ucapan selamat atas terselenggaranya Ijtima' Ulama MUI. Ketiga spanduk itu telah terpasang sejak sebelum pembukaan ijtima' ulama dilakukan pada Jumat sore (29/6/2012) lalu.
Hingga berita ini diturunkan, SI Online belum berhasil menemui Abdul Azis Ridwan untuk konfirmasi. [SIOnline/al-khilafah.org]
Ormas-ormas muda, yang massa dan aktifitasnya jauh lebih menonjol, seperti FPI dan HTI malah tidak ada dalam daftar peserta. Entah tidak diundang atau mereka yang tidak datang.
Namun, diantara ratusan peserta yang hadir, ternyata ada peserta dari ormas yang masih diperdebatkan ajaran-ajarannya. Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII). Suara Islam Online mendapatkan informasi ini dari salah satu Ketua MUI Pusat di arena Ijtima' Ulama.
"Ada empat orang yang sudah menemui saya. Terus terang mereka mengaku dari LDII. Mereka menyapa saya sebelum saya masuk ke sidang pleno pagi tadi," katanya.
Dua orang pengurus pusat LDII itu mengaku bernama Abdul Azis Ridwan dan Fatahilah. Mereka menyapa Ketua MUI tersebut dengan menggunakan bahasa Arab. "Dugaan saya mereka sedang menjalankan budi luhur atau sedang pamer ke saya", ungkap sang ketua MUI yang dikenal anti LDII itu.
Suara Islam Online kemudian mengecek kedua nama itu di website resmi LDII. SI Online menemukan di jajaran pengurus pusat LDII ada nama KH. Abdul Azis Ridwan dan H. Wilnan Fatahilah, S.Hi. Keduanya adalah anggota Departemen Pendidikan Agama dan Dakwah.
Apakah kehadiran mereka resmi diundang MUI berdasarkan rapat pimpinan?. "Tidak, saya tidak tahu. Tapi saya tahu kemungkinan siapa yang mengundang mereka," kata sumber SI Online itu.
SI Online bersama Hidayatullah mendatangi sekretariat panitia untuk memastikan adanya peserta dari ormas LDII. Ternyata dalam daftar peserta Ijtima' Ulama tidak ditemukan ormas LDII.
Sabtu malam, ketika sidang komisi dimulai baru terlihat jelas. Nama KH Abdul Azis Ridwan al Hafidz dengan identitas dari ormas LDII terpampang dalam Komisi A yang membahas tentang Masail Asasiyah Wathaniyah.
Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Dr KH Cholil Nafis ketika dikonfirmasi soal kehadiran delegasi LDII di arena Ijtima' Ulama membenarkan bahwa LDII memang diundang hadir.
"Mereka diundang agar mereka tahu pikiran-pikiran kelompok Islam mainstream. Selain itu untuk membangun ukhuwah Islamiyah dan Wathaniyah", kata Kiyai Nafis kepada sejumlah media Islam, Sabtu pagi (30/6/2012).
Kiyai Nafis menjelaskan hingga kini LDII masih dalam binaan MUI. Jadi mereka diundang juga dalam rangka pembinaan. Soal 'paradigma baru yang mereka kenalkan, MUI, kata Kiyai Nafis, masih berusaha husnudzan. "Masa kelompok bohong", katanya.
Berbeda dengan Kiyai Cholil Nafis, Ketua MUI Pusat KH Cholil Ridwan masih meyakini bahwa LDII belum berubah. LDII, kata Kiyai Cholil, masih menjalankan ajaran Islam Jamaah yang telah difatwa sesat oleh MUI pada 06 Rabiul Awwal 1415H/ 13 Agustus 1994 M. Hal ini diperkuat dengan penjelasan dari para mantan pengikut LDII yang sekarang bergabung dalam Forum Ruju' Ilal Haq (FRIH).
Sementara itu, di luar arena Ijtima Ulama, di Jalan Raya Muktamar NU XXIX Cipasung, LDII Jawa Barat dan Tasikmalaya memasang tiga spanduk ucapan selamat atas terselenggaranya Ijtima' Ulama MUI. Ketiga spanduk itu telah terpasang sejak sebelum pembukaan ijtima' ulama dilakukan pada Jumat sore (29/6/2012) lalu.
Hingga berita ini diturunkan, SI Online belum berhasil menemui Abdul Azis Ridwan untuk konfirmasi. [SIOnline/al-khilafah.org]
Tidak ada komentar