Bahagialah Menjadi Orang Terasing
الحمد لله رب العالمين الحمد لله الذي قال في
كتابه الكريم : كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون
بالمعروف و تنهون عن المنكر و تؤمنون بالله
أشهد ان لا إله إلا الله الملك
الحق المبين و اشهد ان محمدا عبده و رسوله
و نبيه و خليله وهو رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الذي
يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ
ثُمَّ يَقُولُ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا
هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ
هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ
وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
يا ايها الحاضرون ....أوصيني
نفسي و أياكم بتقوى الله ...اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون
Hadirin jama’ah
sholat jum’ah yang dimulyakan Allah SWT,
Penggalan ayat
di atas telah menjelaskan kepada kita bahwa keberadaan kita ini, menurut
al-Qur’an surat ali imron (110) tadi adalah merupakan umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk umat manusia, namun bagaimana jika melihat realitas yang
terjadi, yang sehari-hari kita hadapi bersama, yang tampak justru kerusakan
yang merajalela, fasad telah menimpa kita dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Baik itu terjadi dalam interaksi kita dengan Sang Kholiq, Allah Azza wa Jalla,
maupun interaksi pribadi kita dengan diri kita sendiri...lebih-lebih dalam
interaksi dengan sesama kita, antar sesama manusia.
Islam pun terasa
asing ditengah-tengah kita sekarang, bagaimana tidak asing jika kita lihat pada
aspek pertama; ternyata lebih banyak umat yang tidak menjalankan ibadah (apakah
itu sholat fardlu, puasa, dll) daripada yang menjalankannya. Diantara yang
menjalankan saja, lebih banyak yang tidak tahu ilmunya dari pada yang tahu
ilmunya. Diantara yang tahu ilmunya saja, lebih banyak yang tidak khusyu’ dari
pada yang khusyu’....artinya sangat sedikit sekali umat yang sadar akan
kewajibannya dalam beribadah sebagai tuntutan interaksi dirinya dengan Allah
Rabbul Izzah.
Pada aspek
kedua, banyak sekali individu-individu umat yang komitmen ke-Islam-annya tidak
dimunculkan dalam keseharian mereka. Dalam hal berpakaian masih saja banyak
yang membuka aurat, dalam hal makan dan minum masih banyak yang tidak
memperhatikan ke-halal-annya..apalagi yang thoyyib. Misalnya saja: keputusan
dinas pengelola ibadah haji yang mensubsidi makan para tamu Allah dengan dana
riba dari talangan haji yang disimpan di Bank konvensional, ini jelas sekali
tidak memperhatikan urusan halal-haram dalam hal makanan dan minuman.
Lebih-lebih pada
aspek ketiga, dimana interaksi sesama umat manusia diatur dengan aturan buatan
manusia. Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem kapitalisme. Dunia
pendidikan carut marut, berita tentang tawuran pelajar belum selesai sudah
disusul berita tawuran antar mahasiswa. Dunia perpolitikan tidak lepas dari isu
rebutan kekuasaan, persiapan 2014. Korupsi merajalela dari akar sampai ke daun.
Polisi dan KPK terus-terusan bersengketa...dan lain sebagainya.
Sehingga memang
benar dengan hadits yang disabdakan Rasul SAW:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا
وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Dulu Islam
bermula asing (di
Makkah) dan akan kembali asing sebagaimana (dulu) dimulainya...maka
berbahagialah bagi orang-orang yang terasing. (HR. Imam Muslim, No: 208)
Hadirin jama’ah
sholat jum’at yang dimulyakan Allah SWT,
Untuk itu, wajib
bagi kita, sebagai orang-orang yang beriman, untuk mewujudkan “khoiro
ummatin” sebagaimana ayat 110 surat Ali Imron diatas, yaitu dengan
menjalankan “amar ma’ruf dan nahyu ‘anil munkar” sekalipun
resikonya kita dianggap asing di masyarakat maupun di tengah-tengah komunitas
kita, hanya karena kita berpedoman kepada al-Qur’an dan sunnah Rasulillah saw.
Hal ini sudah
dikabarkan oleh Rasulillah saw yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah
SAW bersabda: “Akan tiba suatu masa pada manusia, dimana orang yang
bersabar di antara mereka dalam memegang agamanya, ibarat orang yang
menggenggam bara api.” (Hr. at-Tirmidzi)
Dengan redaksi yang berbeda, Abu Hurairah menuturkan,
Rasulullah SAW bersabda: “Celakalah orang-orang Arab, yaitu keburukan yang
benar-benar telah dekat; fitnah ibarat sepenggal malam yang gelap gulita. Pagi
hari seseorang masih beriman, sorenya telah berubah menjadi Kafir. Kaum yang
menjual agama mereka dengan tawaran dunia yang tidak seberapa. Maka, orang yang
berpegang teguh pada agamanya, ibarat orang yang menggenggam bara api.” (Ibn Hajar
al-Haitsami, Majma’ az-Zawaid wa Manba’ al-Fawaid, juz VII, hal. 552)
Rasulullah SAW ketika ditanya oleh para sahabat, “Wahai
Rasulullah, apakah (kita) termasuk mereka?” Beliau menjawab: “Justru,
mereka seperti kalian” (Lihat, al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an,
juz IV, hal. 170)
Dalam kitab Tarikh Dimasqa, Imam
al-Auza’i pernah ditanya, “Kapankah zaman tersebut?” Beliau menjawab, “Kalau bukan
zaman kita sekarang ini, saya tidak tahu, kapankah zaman tersebut? ” Hadirin
jama’ah sholat jum’ah rahimakumullah, kalau pada zaman al-Auza’i saja sudah sedemikian parah,
padahal hukum syara’ masih diterapkan oleh negara dan para penguasanya, lalu
bagaimana dengan zaman kita sekarang ini?
Subhanallah....
أعوذ
بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم : قل أعوذ برب الناس *
ملك الناس * إله الناس * من شر الوسواس الخناس * الذي يوسوس في صدور الناس
* من الجنة و الناس
صدق
الله العظيم ... و قل رب اغفر و ارحم و أنت خير الراحمين
[www.al-khilafah.org]Oleh : Ustadz Yuana Tri Utomo
Sumber http://yuana1453.blogspot.com/2012/10/bahagialah-menjadi-orang-terasing.html
Tidak ada komentar