Header Ads

Takut Senjata Selundupan Jatuh Ke Tangan Para Mujahidin, Pejabat CIA Melakukan Perjalanan Rahasia ke Turki Berusaha Merampas Revolusi yang Diberkahi di Syam

Di tengah-tengah ajal Assad yang semakin dekat, serta ketakutan senjata jatuh ke tangan para mujahidin, Amerika Serikat yang telah lama menjadi mitra Assad setelah banyak meminum darah umat Islam, terus berusaha untuk menciptakan pengganti Assad yang dapat diajak menjadi boneka selanjutnya bagi AS. Dilaporkan Direktur CIA David Petraeus melakukan perjalanan rahasia ke Turki bulan lalu guna membentuk kelompok yang dianggap bisa bekerjasama dengan AS.


Tujuan Petraeus adalah untuk melakukan proses “pembentukan, dan kemudian pengawasan sebuah kelompok oposisi yang dianggap bisa bekerja sama dengan Amerika,” kata surat kabar New York Times hari Senin dengan mengutip seorang diplomat Timur Tengah yang tidak disebutkan namanya.

CIA juga telah mengirimkan banyak mata-matanya ke Turki untuk membantu mengarahkan bantuan senjata, tapi badan itu kekurangan tenaga intelijen yang baik yang mengenal tokoh-tokoh pemberontak dan faksi-faksi yang beroperasi di Suriah, kata The Times.

Perjalanan Petraeus ke Turki tersebut dalam upaya mengarahkan asokan senjatan. Pasalnya dikabarkan mayoritas senjata yang secara diam-diam dikirim ke Suriah jatuh ke tangan para mujahidin daripada kepada organisasi sekuler yang tidak mendapat tempat di Suriah.

Sebelumnya, rencana baru untuk mengaborsi revolusi Suriah melalui tangan antek-antek Amerika di Turki telah diungkap oleh Hizbut Tahrir Wilayah Suriah. "Di tengah suasana itu, reaksi Turki di medan politik terjadi dalam bentuk munculnya menteri luar negeri Turki Ahmed Davutoglu dengan membawa usulan lama yang diperbarui agar wakil presiden Suriah Farouk al-Sharaa menggantikan presiden antek Amerika Bashar sebagai kepala pemerintahan transisi untuk menghentikan perang sipil yang terjadi di Suriah, mengikuti model solusi Yaman."

"Usulan ini adalah usulan Amerika, yang dilontarkan oleh Amerika melalui mulut Oglu maupun selain dia… Hal itu hasil dari kajian yang dilakukan oleh Amerika atas solusi-solusi berdasarkan metode yang digunakannya untuk melihat bagaimana penerimaan masyarakat terhadapnya!"

Ditegaskan pula bahwa Farouk al-Sharaa ini adalah seorang pengikut ba’ats, sekuler dan anak rezim ini yang dipelihara dan dibesarkan oleh Hafezh Asad si bapak dan diwarisi oleh Bashar Asad si anak.

Revolusi yang berlangsung di Suriah lebih dari setahun lalu merupakan revolusi Islam, di mana kaum Muslim Suriah menuntut penggulingan rezim Assad serta mengganti sistem yang selama ini digunakan dengan sistem Islam. Bahkan, kibaran panji-panji Rasulullah terus berkibar dan di bawa oleh tangan-tangan para mujahidin.

Dalam beberapa penyataan pejuang revolusi, menegaskan bahwa mereka kepada selain Allah tidak akan pernah tunduk, dan mereka telah bersumpah untuk membela kehormatan jiwa serta menolong agama Allah. Inilah mengapa Amerika terus membiarkan Assad membantai warga yang mukhlish hingga lebih dar 30.000 orang.

Rakyat Suriah tidak pernah berhenti menolong (agama) Allah di tengah-tengah derita yang menerpa. Mereka yakin pertolongan dan kemenangan Allah semakin dekat. Bumi Syam sebagai pusat negeri kaum Muslim tidak akan lama lagi akan segera tegak Khilafah yag akan meliputi Syam dan negeri-negeri Muslim lainnya. Insya Allah. [m/f/nyt/htipress/syabab/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.