Aceng, Ariel dan Logika Konyol Kita
Oleh : Iwan Januar
Bupati Garut Aceng Fikri jadi bulan-bulanan media
massa dan buah bibir khalayak. Mulai dari di jejaring sosial hingga
warung kopi membicarakan pernikahan singkat sang bupati dengan
santriwati di Garut. Pastinya sang bupati menjadi bahan hujatan dan
ledekan.Termasuk parpol Golkar yang menaunginya sudah ambil
ancang-ancang untuk memecatnya.
Sebenarnya kasus pernikahan singkat banyak terjadi
di masyarakat. Malah ada yang lebih singkat lagi dibandingkan pernikahan
Aceng-Fani. Tapi karena pelakunya public figure, pejabat negara, media massa langsung ‘menerkam’ dan ‘memangsa’ kasus ini. Kaidah ‘name makes news’ benar-benar efektif mengatrol pemberitaan.
Akan tetapi ada persoalan yang luput dari kacamata
publik, yakni upaya serius dari sejumlah kalangan untuk meliberalkan
hukum-hukum pernikahan. Di tengah keawaman kita terhadap hukum-hukum
Islam, ditambah gencarnya pemelintiran berita oleh media massa sekuler
serta pernyataan pengamat sosial yang juga sekuler, otak kita dibuat
lupa bahwa selain mengatur persoalan pernikahan, Islam juga mengatur
urusan perceraian.
Pernikahan dan perceraian adalah perkara yang sudah diketahui oleh banyak orang. Syeikh Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqhus Sunnah
menjelaskan pada bab pernikahan bahwa bila seseorang mengetahui ada aib
pada pasangannya maka ia berhak membatalkan pernikahan tersebut. Baik
pada perempuan maupun lelaki. Beliau mencantumkan keterangan bahwa Nabi
saw. pun pernah menceraikan seorang wanita dari Bani Bayadhah dalam
waktu singkat karena ada cacat tubuh wanita tersebut. Beliau juga
menegur Bani Bayadhah yang menawarkan wanita tersebut karena dianggap
telah menipunya, “Kalian telah memperdayaku.” (HR. Abu Nuaim dan Bayhaqi).
Pernikahan bukan harga mati yang tak bisa dicari
jalan keluarnya bila salah satu atau kedua pasangan tidak mendapatkan
kebahagiaan, atau mengetahui ada aib dari pasangannya. Thalaq adalah
jalan keluar yang sudah dihalalkan Allah SWT.
Ini bukan berarti kawin-cerai adalah sesuatu yang
digampangkan oleh syariat. Bila kita buka al-Quran, anjuran untuk
bergaul secara maruf dengan istri dan menahan perceraian dengan cara
baik lebih didahulukan ketimbang menceraikannya. Firman Allah SWT.:
“Dan bergaullah dengan
mereka secara maruf. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS. an-Nisa: 19).
Akan tetapi perceraian bukanlah sesuatu yang patut
dibenci apalagi diharamkan. Karena meskipun Allah SWT. membencinya, tapi
Ia sudah menghalalkannya.
Ø£َبْغَضُ الْØَلاَÙ„ِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ اللَّÙ‡ِ الطَّلاَÙ‚ُ
“Perkara halal yang dibenci Allah adalah thalaq,”(HR. Abu Daud).
Tindakan sang bupati Garut mungkin tidak ahsan,
apalagi dengan perkataannya yang mengibaratkan ‘pernikahan seperti
membeli barang yang bila spek-nya tidak sesuai maka bisa dikembalikan’
jelas menyebalkan. Tapi bukan berarti kita melupakan persoalan yang
paling esensial; Allah telah mengatur pernikahan dan menghalalkan
perceraian.
Publik dan media juga bersikap tidak fair dengan
seperti peduli urusan moral dengan mengecam kasus ini, tapi bersikap
lain dengan kasus perzinaan yang dilakukan Ariel atau Anji. Kriminalitas
yang dilakukan dua selebritis ini tidak terlalu diambil pusing oleh
khalayak. Ariel malah menjadi ‘media darling’ – kesayangan
media –. Tidak pernah media massa, apalagai elektronik, menyudutkan
Ariel seperti menyudutkan perceraian sang bupati.
Khalayak juga ramai-ramai membela dan bersimpati
kepada Ariel. Para artis mendatangi rutan memberikan dukungan moril
kepada vokalis yang video mesumnya beredar ke mana-mana. Seolah-olah ia
adalah ‘korban’ kejahatan seperti TKW yang diperkosa majikan.
Ketika kemudian sang bintang ini kembali
mengeluarkan album baru dan mentas, lagi-lagi media memberitakannya
dengan heboh. Konsernya juga ditayangkan di sebuah stasiun televisi
swasta. Seolah mengatakan ‘the hero is back’. Sang pahlawan
telah kembali. Para penggemarnya juga lagi-lagi mengelu-elukannya, para
selebritis juga memuji come back-nya. Menjijikkan.
Ada pemutarbalikkan opini yang dahsyat yang
dilakukan media dan kalangan tertentu. Zina diterima dan bisa dimaafkan.
Tapi tidak untuk kebenaran yang terkubur. Kasus yang sama juga dialami
Aa Gym yang poligaminya dicibir oleh media massa dan khalayak, tapi
tidak untuk perzinaan para selebritis.
Grup rock lawas The Rolling Stones pernah membuat lagu Sympathi for The Devil yang
kontroversial. Lagu itu cocok menggambarkan keadaan kita hari ini. Di
mana media massa dan publik memang lebih bersimpati kepada kejahatan
ketimbang pada hukum yang sudah jelas. Apalagi bila pelakunya selebritis
yang bisa dijadikan ikon liberalisasi dan perlawanan terhadap
nilai-nilai agama. Selebritis boleh saja berzina berkali-kali, pakai
narkoba berkali-kali, tapi media massa akan terus mengangkat mereka dan
para penggemar akan setia menunggu kehadirannya. Inilah kekonyolan hidup
yang berdiri di atas sekulerisme, yang mempersetankan akal sehat dan
mencampakkan halal dan haram. Inilah sekulerisme, inilah demokrasi.
Aneh bila umat Islam masih betah tinggal di alam seperti ini dan memakai logika kacau ini. Nauzubillah min dzalik. [www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar