Memberikan Ucapan Selamat
Oleh: Ustadz Ihsan Tandjung
Apa pendapat anda jika ada orang memberi ucapan selamat kepada seorang yang baru saja melakukan tindak korupsi berskala milyaran? Atau orang memberi ucapan selamat kepada seorang yang baru saja melakukan tindakan zina atau bersebadan diluar ikatan pernikahan?
Orang yang mengucapkan selamat itu mengaku dirinya anti korupsi dan anti perbuatan zina. Tapi dia malah mengucapkan selamat kepada kedua orang yang melakukan kedua jenis kezaliman tersebut. Tidakkah pantas dikatakan bahwa orang yang mengucapkan selamat itu berarti telah berlaku zalim dan ber-dusta ketika menyampaikan ucapan selamat itu?
Zalim, karena ia tahu bahwa pelaku korupsi dan zina telah berbuat dosa. Alih-alih ia menasehati mereka agar bertaubat, malah sebaliknya ia memberi mereka ucapan selamat. Dusta, karena ia sendiri mengaku tidak setuju dengan perbuatan korupsi dan zina, tetapi ketika ada orang yang melakukannya, malah ia beri mereka apresiasi dengan memberinya ucapan selamat. Bukankah seseorang memberikan ucapan selamat atas sebuah prestasi yang memang menyelamatkan pelakunya di dunia dan berpotensi mengantarkannya kepada selamat pula kelak di akhirat?
Di dalam kitab suci Al-Quran Allah menyebut perbuatan syirik sbg zhulmun adzhiem atau kezaliman paling dahsyat.
Ajaran Islam memandang perbuatan
syirik (mempersekutukan Allah) sebagai dosa yang tidak terampuni
bilamana pelakunya tidak bertaubat sebelum ajal tiba.
Korupsi adalah kezaliman. Zina adalah kezaliman. Tetapi perbuatan syirik, mempersekutukan Allah merupakan kezaliman yang paling dahsyat.
Dan kita semua tahu betul bahwa kaum nashrani telah berlaku syirik (mempersekutukan Allah) ketika mereka meng-claim bahwa Nabiyullah Isa ‘alaihis-salam putera Maryam -yang mereka sebut Yesus Kristus- merupakan “anak Allah” atau bahkan “Allah” itu sendiri. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
Setiap tahun pada
tanggal 25 desember kaum Nasrani merayakan suatu hari yang mereka
yakini merupakan peringatan hari kelahiran Isa. Artinya, mereka
merayakan tanggal tersebut –menurut keyakinan mereka- sebagai peringatan
hari kelahiran “anak Allah” atau bahkan “Allah” itu sendiri. Kemudian
seorang muslim yang seyogyanya mengaku ber-tauhid لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللّهُ justeru memberikan ucapan selamat kepada mereka? Sambil si
Muslim tetap mengaku bahwa dirinya tidak setuju dengan perilaku syirik
mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun? Ia berdalih bahwa ucapan
“selamat natal” yang ia lontarkan tidak mengubah aqidah atau keyakinan
mereka.
“…dan kamu menganggapnya suatu (hal) yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah (perkara) besar.” (QS An-Nur 15)
Sungguh, orang yang mengaku muslim seperti itu merupakan seorang yang telah berbuat zalim dan dusta. Zalim, karena alih-alih si muslim menegur kaum nasrani agar bertaubat dari berbuat syirik karena menyamakan Allah dengan salah satu makhluknya, malah ia memberikan ucapan selamat kepada kaum nasrani. Pemberian ucapan selamat itu hanya akan semakin membuat kaum nasrani merasa mantap dalam kezaliman paling dahsyatnya itu. Ucapan tersebut akan kian membuat kaum nasrani tidak kunjung sadar akan kesesatannya. Padahal setiap muslim sejak masih usia kanak-kanak sudah hafal surah al-Ikhlash yang berisi:
Dusta, karena seolah ia sedang mengungkapkan kasih-sayang kepada kaum nasrani, padahal sejatinya ia malah membiarkan mereka meluncur masuk neraka disebabkan perilaku syirik kaum nasrani yang malah dia berikan ucapan selamat. Jika ia benar-benar sayang (hanya karena Allah) kepada kaum nasrani niscaya ia justeru akan mengajak mereka untuk bertaubat dari perilaku syirik mereka.
Dusta, karena seorang muslim sepatutnya menjadi ahli tauhid yang menolak segala bentuk syirik atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Bukan saja ia semestinya menegakkan tauhid untuk dirinya sendiri, tetapi ia juga selayaknya mengharapkan orang lainpun merasakan manisnya hidup di bawah naungan tauhid yang merupakan pesan abadi segenap nabi dan rasul yang Allah utus ke muka bumi, termasuk Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam serta Nabi Isa ‘alaihis-salam. Bagaimana mungkin tatkala ia tahu bahwa kaum nasrani sedang tenggelam dalam suatu acara tahunan yang melembagakan perbuatan syirik, lalu si muslim malah memberi ucapan selamat kepada mereka? Benarkah kaum nasrani menjadi selamat dengan keyakinan mereka seperti itu?
Allah menyuruh kaum muslimin mengajak ahli Kitab (kaum Yahudi dan kaum Nasrani) menuju kepada kalimat tauhid لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ seperti tertera dalam surah Ali Imran ayat 64:
“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai rabb-rabb selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah kaum muslimin atau orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
Ayat di atas merupakan perintah yang sangat jelas dari Allah subhaanahu wa ta’aala kepada umat Islam untuk mengajak ahli Kitab, termasuk kaum nasrani tentunya, untuk kembali kepada ajaran murni yang dibawa oleh setiap nabi dan rasulullah, yakni ajaran Tauhid. Tauhid merupakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan juga Nabi Muhammad ‘alaihimussalam. Dan ajaran tauhid memastikan bahwa hendaknya tidak ada yang terlibat di dalam perilaku syirik mempersekutukan Allah subhaanahu wa ta’aala dengan sesuatu apapun atau seseorang manapun.
Kalau kita kaji ayat di atas mana mungkin ada ulama muwahhid (ahli tauhid) sejati yang akan membenarkan tindakan kaum muslimin memberikan ucapan selamat natal kepada kaum nasrani…? Seharusnyalah kita selaku seorang muslim-muwahhid justeru mengajak semaksimal mungkin umat manusia (termasuk kaum nasrani) agar hanya dan hanya menghamba kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan Allah dengan apapun atau siapapun.
Janganlah ketidak-sanggupan untuk mengajak kaum nasrani kepada ajaran tauhid yang benar dan mulia, malah menyebabkan seseorang terperosok “membenarkan” kesesatan dan perilaku syirik mereka.
Alangkah anehnya kalau ada orang yang mengaku menentang korupsi dan zina malah mengucapkan “selamat anda telah berhasil korupsi” atau “selamat anda telah sukses berzina” kepada pelaku korupsi dan pelaku zina.
Alangkah anehnya bila ada seorang muslim yang mengaku berkeyakinan tauhid dan menentang syirik malah mengucapkan “selamat anda telah sukses mempersekutukan Allah” kepada pelaku syirik yang ada di tengah manusia. Sungguh zalim. Sungguh dusta dia dengan ucapan selamatnya itu.
(Islampos/Bolehjadikiamatsudahdekat)[www.al-khilafah.org]
Apa pendapat anda jika ada orang memberi ucapan selamat kepada seorang yang baru saja melakukan tindak korupsi berskala milyaran? Atau orang memberi ucapan selamat kepada seorang yang baru saja melakukan tindakan zina atau bersebadan diluar ikatan pernikahan?
Orang yang mengucapkan selamat itu mengaku dirinya anti korupsi dan anti perbuatan zina. Tapi dia malah mengucapkan selamat kepada kedua orang yang melakukan kedua jenis kezaliman tersebut. Tidakkah pantas dikatakan bahwa orang yang mengucapkan selamat itu berarti telah berlaku zalim dan ber-dusta ketika menyampaikan ucapan selamat itu?
Zalim, karena ia tahu bahwa pelaku korupsi dan zina telah berbuat dosa. Alih-alih ia menasehati mereka agar bertaubat, malah sebaliknya ia memberi mereka ucapan selamat. Dusta, karena ia sendiri mengaku tidak setuju dengan perbuatan korupsi dan zina, tetapi ketika ada orang yang melakukannya, malah ia beri mereka apresiasi dengan memberinya ucapan selamat. Bukankah seseorang memberikan ucapan selamat atas sebuah prestasi yang memang menyelamatkan pelakunya di dunia dan berpotensi mengantarkannya kepada selamat pula kelak di akhirat?
Di dalam kitab suci Al-Quran Allah menyebut perbuatan syirik sbg zhulmun adzhiem atau kezaliman paling dahsyat.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan
(ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”. (QS Lukman 13)
إِنَّ
اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ
لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا
عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Diamengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh
ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisa 48)
Korupsi adalah kezaliman. Zina adalah kezaliman. Tetapi perbuatan syirik, mempersekutukan Allah merupakan kezaliman yang paling dahsyat.
Dan kita semua tahu betul bahwa kaum nashrani telah berlaku syirik (mempersekutukan Allah) ketika mereka meng-claim bahwa Nabiyullah Isa ‘alaihis-salam putera Maryam -yang mereka sebut Yesus Kristus- merupakan “anak Allah” atau bahkan “Allah” itu sendiri. Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:
“Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih
putra Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israel,
sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu” Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolong pun. Sesungguhnya kafirlah
orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah satu dari yang
tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain
Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan
itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan
yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon
ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al Masih
putra Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu
sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar,
kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami
menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami),
kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan
ayat-ayat Kami itu).” (QS Al-Maidah 72-75)
وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ
“…dan kamu menganggapnya suatu (hal) yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah (perkara) besar.” (QS An-Nur 15)
Sungguh, orang yang mengaku muslim seperti itu merupakan seorang yang telah berbuat zalim dan dusta. Zalim, karena alih-alih si muslim menegur kaum nasrani agar bertaubat dari berbuat syirik karena menyamakan Allah dengan salah satu makhluknya, malah ia memberikan ucapan selamat kepada kaum nasrani. Pemberian ucapan selamat itu hanya akan semakin membuat kaum nasrani merasa mantap dalam kezaliman paling dahsyatnya itu. Ucapan tersebut akan kian membuat kaum nasrani tidak kunjung sadar akan kesesatannya. Padahal setiap muslim sejak masih usia kanak-kanak sudah hafal surah al-Ikhlash yang berisi:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah:
“Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia”. (QS
Al-Ikhlash 1-4)
Dusta, karena seolah ia sedang mengungkapkan kasih-sayang kepada kaum nasrani, padahal sejatinya ia malah membiarkan mereka meluncur masuk neraka disebabkan perilaku syirik kaum nasrani yang malah dia berikan ucapan selamat. Jika ia benar-benar sayang (hanya karena Allah) kepada kaum nasrani niscaya ia justeru akan mengajak mereka untuk bertaubat dari perilaku syirik mereka.
Dusta, karena seorang muslim sepatutnya menjadi ahli tauhid yang menolak segala bentuk syirik atau mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Bukan saja ia semestinya menegakkan tauhid untuk dirinya sendiri, tetapi ia juga selayaknya mengharapkan orang lainpun merasakan manisnya hidup di bawah naungan tauhid yang merupakan pesan abadi segenap nabi dan rasul yang Allah utus ke muka bumi, termasuk Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam serta Nabi Isa ‘alaihis-salam. Bagaimana mungkin tatkala ia tahu bahwa kaum nasrani sedang tenggelam dalam suatu acara tahunan yang melembagakan perbuatan syirik, lalu si muslim malah memberi ucapan selamat kepada mereka? Benarkah kaum nasrani menjadi selamat dengan keyakinan mereka seperti itu?
Allah menyuruh kaum muslimin mengajak ahli Kitab (kaum Yahudi dan kaum Nasrani) menuju kepada kalimat tauhid لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ seperti tertera dalam surah Ali Imran ayat 64:
قُلْ يَا
أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا
وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا
يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ
تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai rabb-rabb selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah kaum muslimin atau orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
Ayat di atas merupakan perintah yang sangat jelas dari Allah subhaanahu wa ta’aala kepada umat Islam untuk mengajak ahli Kitab, termasuk kaum nasrani tentunya, untuk kembali kepada ajaran murni yang dibawa oleh setiap nabi dan rasulullah, yakni ajaran Tauhid. Tauhid merupakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan juga Nabi Muhammad ‘alaihimussalam. Dan ajaran tauhid memastikan bahwa hendaknya tidak ada yang terlibat di dalam perilaku syirik mempersekutukan Allah subhaanahu wa ta’aala dengan sesuatu apapun atau seseorang manapun.
Kalau kita kaji ayat di atas mana mungkin ada ulama muwahhid (ahli tauhid) sejati yang akan membenarkan tindakan kaum muslimin memberikan ucapan selamat natal kepada kaum nasrani…? Seharusnyalah kita selaku seorang muslim-muwahhid justeru mengajak semaksimal mungkin umat manusia (termasuk kaum nasrani) agar hanya dan hanya menghamba kepada Allah semata dan tidak mempersekutukan Allah dengan apapun atau siapapun.
Janganlah ketidak-sanggupan untuk mengajak kaum nasrani kepada ajaran tauhid yang benar dan mulia, malah menyebabkan seseorang terperosok “membenarkan” kesesatan dan perilaku syirik mereka.
Alangkah anehnya kalau ada orang yang mengaku menentang korupsi dan zina malah mengucapkan “selamat anda telah berhasil korupsi” atau “selamat anda telah sukses berzina” kepada pelaku korupsi dan pelaku zina.
Alangkah anehnya bila ada seorang muslim yang mengaku berkeyakinan tauhid dan menentang syirik malah mengucapkan “selamat anda telah sukses mempersekutukan Allah” kepada pelaku syirik yang ada di tengah manusia. Sungguh zalim. Sungguh dusta dia dengan ucapan selamatnya itu.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Bersabda
Rasulullah shollallahu ‘alahi wa sallam: “Barangsiapa beriman kpd Allah
dan Hari Akhir hendaklah bicara yang baik atau diam.” (HR
Bukhari-Muslim)
Tidak ada komentar