Header Ads

Inggris dan AS Khawatir Senjata Kimia Suriah Jatuh Ke Tangan Kelompok Pejuang Islam

Kemungkinan jatuhnya senjata kimia Suriah jatuh ke tangan kelompok Islamis yang berperang di negara itu adalah puncak kekhawatiran bagi Barat.



Jenderal Sir David Richards, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Inggris, telah mengutarakan kekhawatirannya di Whitehall dalam beberapa pekan terakhir dan telah terjadi serangkaian pertemuan atas masalah ini diantara para pejabat Eropa dan Amerika dan pemerintahan di wilayah tersebut.

Kemungkinan Presiden Bashar al-Assad menggunakan senjata tersebut adalah salah satu alasan utama bagi penyebaran rudal-rudal Patriot NATO minggu ini di perbatasan Turki.

Akhir tahun lalu Barack Obama memperingatkan bahwa rezim Assad akan menanggung akibatnya jika senjata itu digunakan. Rezim tampaknya berhenti mempersiapkan serangan tersebut dan Menteri Pertahanan Leon Panetta menyatakan bahwa ancaman telah berkurang.

Meskipun pemerintah AS dan Inggris masih menganggap bahwa rezim yang terkepung pada akhirnya akan menggunakan senjata pemusnah massal (WMD) ada juga bahaya senjata itu jatuh ke tangan para pejuang. Pemerintahan Obama telah menganggap Brigade Al-Nusra, salah satu kelompok pejuang yang terkuat sebagai organisasi teroris yang berafiliasi dengan al-Qaeda,.

Sebuah tim SAS telah hadir sebagai pengamat latihan yang dilakukan oleh pasukan AS dan pasukan khusus Yordania khusus dalam persiapan operasi apapun yang mungkin harus dilakukan untuk mengamankan stok senjata kimia itu. Sumber-sumber pertahanan di London menyatakan tidak ada rencana saat ini untuk menyebarkan personil militer Inggris untuk misi tersebut.

Para pejabat Barat bersikeras bahwa ada banyak bukti bahwa rezim Damaskus memiliki sarana untuk melaksanakan perang kimia dan juga bukti bahwa mereka memiliki program senjata biologi. Salah satu penyebab kekhawatiran adalah bahwa kontrol rezim bagi WMD telah menjadi sangat rusak parah karena perang dan pembelotan.

Serangkaian pertemuan telah terjadi yang melibatkan para personil militerAmerika Serikat, Perancis, negara-negara di kawasan itu dan PM Israel, Benjamin Netanyahu, menurut laporan media di Yerusalem, bertemu dengan Raja Abdullah II dari Yordania di Amman untuk membahas masalah ini. Salah satu aspek yang menjadi perhatian Israel adalah bahwa Hizbullah, yang sebagian pejuangnya berjuang bagi rezim Assad, mungkin dapat menyelundupkan senjata kimia ke Lebanon.

Kerentanan senjata kimia diyakini telah dibahas di antara para pejabat Amerika dan Rusia pada sejumlah kesempatan. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, kemudian menyatakan bahwa stok bahan kimia yang disimpan dalam dua pusat penyimpanan akan menjadi senjata “bunuh diri” yang digunakan oleh rezim Assad.

Jenderal Adnan Sillu, mantan kepala program senjata kimia Suriah yang telah membelot, mengklaim bahwa rezim telah menggunakan gas Sarin dalam serangan bulan lalu di distrik Al-Bayyadh di Homs. Tentara Pembebasan Suriah menyatakan bahwa rezim telah menggunakan senjata kimia pada 18 kesempatan terpisah. Namun, para pejabat Barat mengatakan bahwa foto-foto dan kesaksianyang mereka terima tidak mendukung tuduhan itu.

Program senjata biologi Suriah kurang diketahui dibandingkan senjata kimianya. Dr Leivesley, seorang penasihat ilmiah dan konsultan industry swasta serta pemerintah mengatakan: “Laporan program senjata biologi Suriah berasal dari pertengahan tahun 90-an dan ada laporan kepada Kongres AS pada tahun 2004 dan NATO.

Menurut Dr Leivesley senjata biologi Suriah mungkin dimulai secara kebetulan daripada direncanakan oleh rezim maupun pemberontak. “Patogen seperti anthrax, wabah, tularemia, botulinium, cacar, aflotoxin, kolera, dan risin dapat terkena kepada orang-orang pada basis yang kurang aman. Jika hal ini terjadi kemungkinannya pandemi akan sangat sulit dikontrol” katanya. [rz/independent/htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.