Header Ads

AS Siapkan Dana Untuk Memperkuat Oposisi Suriah Dukungan Barat, Sedangkan Warga Suriah Ungkap Persekongkolan Internasional

Para pemimpin dunia internasional berkumpul dalam sebuah konferensi pada hari Jumat untuk mendesak aksi internasional di Suriah dan Mali. Sementara rakyat Suriah melanjutkan aksi revolusi yang mengungkap makar dunia internasional dalam "Jumat Masyarakat Internasional Mitra Assad dalam Kejahatannya".



Wakil Presiden Negara Penjajah Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa AS dan mitra-mitranya mendorong untuk membantu memperkuat oposisi Suriah, bersikeras Presiden Bashar al-Assad sebagai seorang yang "tiran" dan harus pergi.

Biden lupa atau sengaja menyembunyikan kejatahan dan tindakan tiran Amerika Serikat sendiri yang telah membantu Assad dalam pembunuhan, termasuk menumpahkan darah di Irak dan Afghanistan.

"AS telah memberikan lebih dari 50 juta dolar Amerika Serikat dalam bantuan kepada oposisi Suriah dan bekerja bersama mitra kami untuk membantu mereka menjadi lebih inklusif dan kohesif," kata Biden.

Tetapi ia merujuk pada komentar baru-baru ini oleh Presiden AS Barack Obama, mengatakan, "Kami tidak berada di bawah sindiran, hari-hari ke depan akan terus menjadi sangat sulit tetapi oposisi terus tumbuh lebih kuat".

"Presiden Obama dan Saya, dan hampir semua mitra kami dan sekutu, yakin bahwa Presiden Assad, seorang tiran, tertekuk neraka dalam memegang kekuasaan, tidak lagi cocok untuk memimpin rakyat Suriah dan ia harus pergi," kata Biden.

"Kita semua sepakat, pada penderitaan yang semaki putus asa dari rakyat Suriah dan tanggung jawab masyarakat internasional untuk mengatasi penderitaan ini," tambahnya bak pahlawan. Padahal, siapa pun tahu Sang Jagal Assad telah lama menjadi mitra bagi Amerika Serikat.

Joe Biden juga bertemu secara terpisah dengan pemimpin oposisi Suriah yang didukung Barat, Moaz al-Khatib, utusan PBB khusus Suriah Lakhdar Brahimi dan Menteri Luar Negeri Sergev Lavrov pada Konferensi Keamanan Munich karena semua pihak berusahauntuk sebuah resolusi untuk konflik yang telah terjadi 22 bulan tersebut.

Al-Khatib, yang berbicara dengan Brahimi selama diskusi panel mengulangi tawaran untuk bertemu dengan pejabat pemerintah Suriah, tetapi hanya di bawah kondisi ketat termasuk pelepasan ribuan tahanan politik.

Brahimi juga mendesak aksi internasional, menyebutnya sebagai satu-satunya solusi untuk memadamkan sebuah negara yang dicabik-cabik perang.

"Pemerintah Suriah sendiri tidak bisa berbuat apa-apa tetang hal ini," katanya. "Regional tidak dapat melakukan apa-apa tentang hal ini. Semua yang tersisa adalah masyarakat internasional".

Lebih dari 60.000 orang telah tewas sejak awal perang, sebagian besar warga sipil dibunuh oleh rezim Suriah Bashar al-Assad, menurut Kenneth Roth, direktur Human Rights Watch dan panelis pada hari Jumat. Lebih dari 700.000 warga Suriah telah menjadi pengungsi, dan lebih telah terlantar.

Sementara itu, pada hari Jumat, rakyat Suriah kembali meneruskan aksi revolusi mereka. Kali ini mereka mengangkat tema Jumat Masyarakat Internasional Mitra Assad dalam Kejahatan. Rakyat turun di kota-kota dan desa-desa serta menyerukan penolakkan mereka atas konspirasi Barat dan masyarakat internasional yang telah menjadi mitra Assad dalam pembantaian.

Rakyat Suriah kembali menegaskan, bahwa revolusi mereka adalah revolusi Islam. Mereka tidak membutuhkan masyarakat internasional. Yang mereka inginkan adalah tegaknya Islam di bumi Suriah. Untuk itu, panji-panji kalimah tauhid, panji-panji Rasulullah, berkibar di tengah-tengah aksi mereka.

Demikianlah, gejolak di bumi Syam, masyarakat internasional mengepung Suriah dan menjadi mitra satu sama lain dengan para pembantai. Sementara rakyat Suriah tetap berpegang teguh terhadap tuntutan mereka untuk mengembalikan Syam sebagai Pusat Negeri kaum Muslim, seperti yang disabdakan Rasulullah Saw. Semoga, Allah memberikan kemenangan kepada negeri Syam dengan tegaknya Khilafah. Amin. [m/afp/syabab/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.