Ternyata Korban dalam Video Penyiksaan Densus 88 Warga Muhammadiyah
Ketua
Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, MA, akhirnya
mengungkapkan bahwa sejumlah korban dalam video kekerasan yang diduga
dilakukan Densus 88 ternyata anak-anak keluarga besar Muhammadiyah.
“Densus jangan hanya berani pada masyarakat, apalagi masyarakat Islam,” tandasnya. [voa-islam/www.al-khilafah.org]
Untuk
diketahui, beberapa waktu lalu Din Syamsudin bersama Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan sejumlah delegasi pimpinan Ormas-ormas Islam pernah
mendatangi Mabes Polri.
Saat itu kedatangan Din Syamsudin bersama MUI dan ormas Islam tersebut
secara khusus melaporkan kepada Kapolri Jendral Timur Pradopo terkait
adanya bukti video dugaan pelanggaran HAM berat yang dilakukan aparat
Densus 88 dalam penanganan kasus terorisme.
“Secara
khusus juga kami datang untuk melaporkan adanya bukti berupa video yang
mengandung gambar tentang pemberantasan teroris, kami tidak tahu dimana
dan kapan. Tetapi sangat jelas mengindikasikan pelanggaran HAM berat,
oleh karena itu kami meminta untuk ditindaklanjuti,” kata Din Syamsudin
kepada wartawan di depan gedung Rupatama, Mabes Polri, Kamis
(28/2/2012).
Sementara, Komnas HAM
yang juga memiliki bukti video yang sama, melakukan investigasi ke
Poso. hasilnya setelah melakukan pemantauan dan penyelidikan melalui
wawancara dengan para saksi serta tinjauan langsung ke lapangan
diperoleh data, fakta dan informasi bahwa, peristiwa yang terekam dalam
video kekerasan yang diduga dilakukan oleh Densus 88 adalah benar-benar
terjadi pada 22 Januari 2007 di Tanah Runtuh, Kelurahan Gebang Rejo,
Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso.
Namun,
temuan terbaru yang sangat mencengangkan dan membuat miris umat Islam
adalah korban penyiksaan dalam video tersebut adalah anak-anak keluarga
besar Muhammadiyah.
Hal ini disampaikan Din Syamsudin usai konferensi pers PP Muhammadiyah terkait RUU Ormas yang akan segera disahkan.
“Seperti
kejadian di Poso itu anak-anak keluarga besar Muhammadiyah yang akan
menunaikan shalat Idul Fitri, Oktober 2007 yang kebetulan berbeda
harinya dengan pemerintah. Tapi kok pada sore dan malam hari itu
didatangi oleh polisi dengan operasi sambang, lalu terjadi benturan, itu
bukan teroris!” tegas Din Syamsudin kepada wartawan, di kantor PP
Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/3/2013).
Din juga
menyayangkan sikap aparat kepolisian dalam hal ini Densus 88 yang hanya
berani hanya kepada masyarakat biasa dari umat Islam, sedangkan untuk
kasus teror penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta hingga
kini Densus 88 sama sekali belum mengungkapnya.
“Densus jangan hanya berani pada masyarakat, apalagi masyarakat Islam,” tandasnya. [voa-islam/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar