Header Ads

IMF Rancang Kerusuhan Mei 1998, Jatuhkan Soeharto?

Mei 1998 merupakan bulan momentum kerentuhan rezim orde baru.  15 tahun sudah terjadinya peristiwa tersebut, sudah banyak sejarah yang terungkap dibalik pemicu huru-hara di Bulan Mei 1998 tersebut. Salah satunya yang diungkapkan oleh Anggota DPR RI Fadli Zon dalam bukunya Politik Huru Hara Mei 1998.


Menurut Fadli Zon, kejatuhan rezim Soeharto sudah dirancang oleh IMF, hal itu ia ungkapkan dari pengakuan Michel Camdenssus dalam pidato pengunduran dirinya di tahun 1999 seperti dikutip New Times. “We created the conditions thet obliged President Soeharto to leave his job,” ujar Fadli mengutip perkataan Camdenssus, dalam acara peluncuruan buku Huru Hara Mei 1998, Selasa (21/5) Auditorium Perpustakaan Nasional, Salemba, Jakarta.

Fadli mengungkapkan Ada empat langkah yang biasa menjadi pola IMF dalam membuat pengaruh ekonomi dan politik dalam sebuah negara. Pertama, privatisasi, yakni penjualan aset-aset BUMN kepada para kroni IMF. “ Langkah Kedua, Liberalisasi pasar modal yakni membuka pasar modal agar investasi meningkat. Untuk itu IMF menghendaki negara pasien mematok suku bunga hingga 70 persen dan menerapkan sistem devisa bebas,” ungkapnya.

Sedangkan, langka Ketiga, marked based pricing, yang sebenarnya menaikan harga barang komoditas strategi seperti BBM, Pangan, air bersih, dll. Istilah lainnya pencabutan subsidi.

“Saat ekonomi semakin terjepit, rakyat semakin susah, langkah selanjutnya di ikuti dengan langkah tiga setengah yakni Kerusuhan IMF atau IMF Riots. dalam kasus Indonesia IMF pernah terapkan dalam Kasus Mei 1998,” tuturnya.

Menurut Fadli itu bukan pola yang baru, hal itu telah diterapkan IMF sejak periode 1976-1986, 13 dari 24 negara di negara Amerika Latin. “Sebagian besar kerusuhan di Amerika latin dipicu karena kenaikan harga-harga kebutuhan dasar strategis, bisa disimpulkan IMF memang memicu terjadinya Huru Hara Mei 1998,” paparnya.

Sedangkan, Fadli menuturkan bahwa isu pemerkosaan yang dilakukan kelompok muslim di bulan Mei 1998 itu tidak benar. “Laporan itu terkesan dibesar-besarkan, dari isu 100 lebih korban pemerkosaan, yang ditemukan oleh tim pencari fakta malah kurang dari 10 orang,  dan itu sangat mustahil terjadi dalam kerusuhan seperti itu,” pungkasnya.[] [htipress/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.