Bom Bunuh Diri Mapolres Poso, Pembenar Propaganda BNPT dan Densus 88
Bom bunuh diri di Mapolres Poso menjadi pembenar propaganda Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 bahwa di daerah itu sebagai sarang terorisme.
"Bom Mapolres Poso menjadi pembenaran propaganda BNPT selama ini bahwa Poso adalah sarang terorisme," kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada itoday, Selasa (04/06).
Kata Harits, bom Mapolres Poso tidak hanya menjadi konsumsi berita masyarakat lokal Poso atau Indonesia tapi juga dunia.
"Mengingat Poso di masa lalu memiliki sejarah dan akar konflik yang sampai hari ini belum terurai dengan tuntas.Dan aspek ini menjadikan Poso pusat perhatian sebagian media asing," ungkap Harits.
Menurut Harits, kasus ini membuka peluang terusiknya kembali kehidupan masyarakat Poso yang relatif tenang. Sinyal Poso siaga I kembali ditabuh, seolah-olah dalam kondisi yang sangat genting.
"Otomatis akan melahirkan dampak tersendiri dalam kehidupan sosial politik ekonomi dan keamanan di Poso. Kenapa? karena akan banyak aparat berseliweran. Sekalipun sejatinya masyarakat Poso sudah hapal dan menganggap urusan terorisme adalah basi dan tidak mengangetkan bagi mereka," papar Harits.
Harits juga mengatakan, bom Mapolres Poso memberikan ruang gerak lebih leluasa bagi BNPT untuk mengkonstruksi opini dan propaganda dalam konteks kontra-terorisme di Indonesia.
"Dibantu oleh media TV yang sudah MoU dengan BNPT bahkan akan memastikan kehadiran kembali Densus 88 ke wilayah Poso dan sekitarnya," jelas Harits. [itoday/www.al-khilafah.org]
"Bom Mapolres Poso menjadi pembenaran propaganda BNPT selama ini bahwa Poso adalah sarang terorisme," kata Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya kepada itoday, Selasa (04/06).
Kata Harits, bom Mapolres Poso tidak hanya menjadi konsumsi berita masyarakat lokal Poso atau Indonesia tapi juga dunia.
"Mengingat Poso di masa lalu memiliki sejarah dan akar konflik yang sampai hari ini belum terurai dengan tuntas.Dan aspek ini menjadikan Poso pusat perhatian sebagian media asing," ungkap Harits.
Menurut Harits, kasus ini membuka peluang terusiknya kembali kehidupan masyarakat Poso yang relatif tenang. Sinyal Poso siaga I kembali ditabuh, seolah-olah dalam kondisi yang sangat genting.
"Otomatis akan melahirkan dampak tersendiri dalam kehidupan sosial politik ekonomi dan keamanan di Poso. Kenapa? karena akan banyak aparat berseliweran. Sekalipun sejatinya masyarakat Poso sudah hapal dan menganggap urusan terorisme adalah basi dan tidak mengangetkan bagi mereka," papar Harits.
Harits juga mengatakan, bom Mapolres Poso memberikan ruang gerak lebih leluasa bagi BNPT untuk mengkonstruksi opini dan propaganda dalam konteks kontra-terorisme di Indonesia.
"Dibantu oleh media TV yang sudah MoU dengan BNPT bahkan akan memastikan kehadiran kembali Densus 88 ke wilayah Poso dan sekitarnya," jelas Harits. [itoday/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar