Header Ads

KH. Thoha Abdurrahman Kyai NU yang Supel

KH. Thoha Abdurrahman, Ketua MUI DI Yogyakarta
Saya dukung Hizbut Tahrir untuk memperjuangkan syariah dan khilafah," ungkap KH Thoha Abdurrahman pada Liqa' Syawwal Hizbut Tahrir Indonesia bersama Ulama dan Tokoh 1434 H, Sabtu (7/9) di Asrama Haji, Sleman,Yogyakarta.



Ketua Mustasar (Penasihat) Nahdlatul Ulama DIY ini mengatakan kepada Media Umat, kalangan nahdiyin yang belum bisa menerima cara HTI memperjuangkan tegaknya khilafah biasanya bilang HTI itu terlalu menggemborkan khilafah, khilafah terus yang diperjuangkan. Mbok lainnya dulu, yang penting Islam, yang penting berjalannya syariat Islam di Indonesia. Baru nanti bisa khilafah.

"Saya katakan pada mereka, cita-cita menegakkan khilafah itu baik. Meskipun sekarang belum mampu menegakkan, yang penting cita-citanya dihembuskan dulu, cita-cita yang baik yang dibenarkan oleh agama Islam. Akhirnya, orang NU bisa menerima juga"

Ya, sejak tahun 2000-an Kyai Thoha memang sering mengikuti berbagai kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DIY, baik kegiatan indoor seperti seminar dan diskusi hingga kegiatan outdoor seperti mashirah dan muktamar.

Sayangnya, sejak empat tahun lalu kesehatan Kyai Thoha memburuk akibat sakit stroke. Namun ketika strokenya sedang tidak kambuh, ia hadir kembali. Termasuk ketika aksi mengecam kebiadaban militer Mesir yang membantai rakyatnya sendiri. Dengan jalan tertatih karena kesehatannya belum pulih, Kyai Thoha mengikuti mashirah yang digelar di Jalan Malioboro tersebut.

"Saya biasa berdemonstrasi bersama-sama HTI. Pada unjuk rasa HTI kemarin juga saya datang. Saya disuruh menutup dengan doa. Padahal dalam keadaan belum pulih dari sakit stroke saya, badan sudah sehat tetapi jalan belum lancar," akunya.

Maka wajar ada yang mengira Kyai Thoha merupakan aktivis HTI. Karena kesupelannya pula dalam bergaul, ada yang mengira juga ia adalah orang Muhammadiyah.

Saking dekatnya dengan Muhammadiyah sampai-sampai, "KH Ali Ma'sum, Rais Suriah NU mengatakan kepada saya kalau Pak Thoha itu orang NU bagian Muhammadiyah. Ketua Umum Muhammadiyah KH. AR Fachruddin juga bilang begitu bahwa saya orang Muhammadiyah bagian NU."

Dikatakan demikian, Kyai Thoha senang-senang saja dan mengatakan Alhamdulillah. "Yang tidak terima saya NU yang bagian Muhammadiyah ya orang NU yang bodoh-bodoh, yang pinter-pinter enggak."

Ia menegakkan agar bisa menjalin hubungan baik dengan berbagai organisasi kiatnya adalah harus memiliki tujuan yang ikhlas untuk menyatukan umat. Kalau berpecah belahkan haram. Caranya ya, tidak usah menyalahkan orang lain. Kalau saling menyalahkan orang lain ya tidak akan berhasil. "Saya tidak akan menyalahkan siapa pun juga selagi ada dalilnya," ungkapnya.

Ketika Media Umat bertanya rnengapa Kyai Thoha rajin mengikuti kajian dan berbagai aktivitas dakwah HTI, dengan lantang ia pun menjawab: "Karena dakwahnya baik dan benar. Kalau tidak benar menurut Alquran dan hadits ya saya juga tidak mau menerima."

Menurutnya, kalau sudah benar menurut Alquran dan hadits dari organisasi apa pun juga diterimanya."Bahkan dari anak kecil pun kalau dasarnya sah, saya terima. Tetapi meskipun dari kyai, kalau salah ya saya tentang. Banyak kyai NU yang saya tentang karena dalilnya salah", bebernya.

Ia pun mengaku pandangannya terhadap demokrasi berubah setelah berinteraksi dengan HTI. "Sebelum menerima HTI saya memang masih bisa menerima sistem demokrasi. sekarang saya tidak bisa menerima sistem demokrasi. Hanya kalau musyawarah saya terima."

Ia pun sangat berharap segera tegaknya khilafah."Kalau besok terbentuk khilafah sedunia, Alhamdulillah. Wong, saya juga mencita-citakan untuk adanya bersatunya umat Islam sedunia. Jadi perlu ada khalifaurrasyiddin nomor lima."

Oleh karenanya, sejak April 2013, ia lebih serius lagi mengkaji tsaqafah Islam yang diadopsi Hizbut Tahrir untuk mewujudkan cita-citanya itu. Secara intensif, sebulan dua kali, dengan peserta terbatas, ia bersama beberapa tokoh lainnya termasuk Syukri Fadhali (mantan wakil walikota Yogyakarta), Nasruddin Salim (hakim pengadilan agama Sleman), Ahmad Subarjo (guru Pesantren Darul Alquran Yogya) mengikuti kajian yang disampaikan Ketua DPP HTI KH Muhammad Shiddiq Al Jawi yang juga sebagai Mudir Mahad Hamfara Bantul.


Biodata
Nama : KH Thoha Abdurrahman
TTL : Wonosobo, 24 December 1936
Pendidikan Formal : SD - SMP di Wonosobo, SMA di Magelang, S1 Fak. Syariah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1960-1965).
Pendidikan Informal : Ponpes Al Munawwir Krapyak (1960-1965), Ponpes Suralaya, Tasikmalaya (1988-1996).
Pengalaman Organisasi
- Ketua Mustasar (Penasehat) NU DIY (2009 - 2013)
Ketua Umum MUI DIY (2001 - sekarang)
Ketua Umum FKUB DIY (2010 - 2013)
Mursyid Naqsabandiyah Kholidiyah
Wakil Mursyid Qodiriah Naqsabandiyah
Wakil Rois Suriah Pusat Tarekat Mu'tabaroh An Nandiyah.

[www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.