Header Ads

Latihan Kufur

Beliau biasa dipanggil dengan sebutan Abah Qoyyum, seorang ulama NU murid KH Zainuddin M.Z. rahimahullah. Beberapa waktu setelah beliau bergabung dengan Hizbut Tahrir, oleh beberapa warga Muhammadiyah beliau diminta mengisi pengajian rutin seminggu sekali di rumah salah seorang di antara mereka. Sekian lama saya menyaksikan pertentangan laten NU-Muhammadiyah di kalangan akar rumput soal qunut, tahlilan, dan rakaat taraweh, fenomena ulama NU mengisi pengajian warga Muhammadiyah ini serasa embun di tanah gersang.



Pengajian ini sudah berlangsung berbulan-bulan. Hampir setiap Selasa malam Abah Qoyyum menempuh jarak sekitar 30 km mengendarai motor, berangkat habis magrib dan tidak jarang pulang sampai rumahnya lagi menjelang subuh. Orang-orang Muhammadiyah itu begitu hausnya dengan ilmu, hingga kadang menahan Abah Qoyyum untuk diajak diskusi hingga lewat tengah malam.

Suatu saat ada yang bertanya kira-kira begini: "Abah, mohon maaf, kok materi akhir-akhir ini terkesan mengajak kami-kami masuk Hizbut Tahrir?"

Abah Qoyyum sambil tersenyum menjawab kira2 begini: "Kalau saya mengajak bapak-bapak masuk Hizbut Tahrir, bapak-bapak tidak wajib ikut. Boleh menolak. Tetapi jika saya mengajak bapak-bapak memperjuangkan tegaknya Islam, bapak-bapak tidak boleh menolak. Kalau menolak itu berarti latihan kufur. kalau lama-lama latihan kufur, akhirnya bapak-bapak nanti bisa kufur karena sudah lama latihan"

Alhamdulillah, beberapa jamaah akhirnya mau mengkaji pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir. Mereka tahu bahwa orang Muhammadiyah di Hizbut Tahrir tidak perlu meninggalkan paham-paham Muhammadiyahnya, sebagaimana Abah Qoyyum pun tetap NU.

Allahumma Shalli 'alaa Muhammad wasallim ummata Sayyidinaa Muhammad.

Ahmad Nadhif/www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.