Header Ads

Bahaya Politis dan Ideologis di Balik Kata “Moderat”

Oleh : RIki Nasrullah 
Mahasiswa FIB Unpad

Istilah “Moderat” kian hari kian mendapatkan tempat di kalangan ummat, bukan hanya ummat Islam yang awam saja, melainkan ummat Islam yang mengaku ilmunya tinggi pun sekarang sudah terbuai dengan kata “moderat”. Dan kata “moderat” sudah terlanjur mendapatkan tempat di hati para pemeluk agama Islam. Namun, sadarkah kita bahwa di balik propaganda kata “moderat” terdapat dua tujuan yang amat membahayakan Ummat Islam. Paing tidak, terdapat dua tujuan inti dari adanya propaganda kata “moderat” yang sering dilontarkan Negara Barat terhadap Negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim. Tujuan tersebut berpretensi terhadap dua sub kehidupan ummat, yaitu politis dan ideologis. Secara politis, tujuannya adalah untuk mempertahankan Negara-negara mayorits muslim agar tetap menjadi mitra yang baik bagi AS dan antek-anteknya dalam strategi politik yang dirancang AS, yaitu War On Terorism. Secara ideologis, kita bisa pahami bahwa AS dan antek-anteknya menginginkan Negara-negara mayoritas muslim tetap menjalankan sitem sekularisme dalam kesehariannya, bahkan menginginkan ide tersebut semakin mengakar di relung hati ummat Islam. Tentu, kita harus senantiasa waspada dan hati-hati terhadap semua propaganda Barat dalam proyek mendiskreditkan Islam ideologis dan Ummat Islam itu sendiri.



Bukti bahwa kian hari kata “moderat” semakin bertendensi positif di kalangan ummat Islam bisa kita saksikan pada peristiwa keadtangan menteri luar negeri AS, Hillary Clinton, berkunjung ke Indonesia. pada saat itu, Hillary dengan jelasnya memuji Indonesia sebagai salah satu Negara moderat yang pernah ada. menurutnya, Indonesia telah berhasil memadukan antara Islam dan demokrasi. Pujian itu tentunya bukan tanpa tujuan. kita bisa pahami bahwa AS, melalui Menteri Luar Negerinya menginginkan Indonesia masuk ke dalam barisan Negara pro Barat dan menjadi mitra baik AS. Bukan hanya dalam tataran Negara, kejahilan ummat Islam kini semakin terasa tatkala orang yang mengaku paham ajaran Islam justru terjerumus ke daam propaganda Barat tersebut. pada Pebruari 2014 di salah satu masjid kampus, saya melihat dalam Anggaran Dasarnya sebuat pasal yang menjelaskan tentang syarat untuk menjadi pengurus masjid kampus tersebut. begitu tercengangnya ketika saya dapati kata”moderat” masuk dalam salah satu syarat untuk bisa menjadi pengurus masjid di kampus tersebut. Fenomena ini bisa kita ambil simpulan bahwa Barat dengan propaganda-propaganda busuknya telah berhasil menyeret ummat Islam menjadi ummat terkerdil yang pernah ada. sungguh sebuah kondisi yang menyayat hati dan begitu menyedihkan.

Secara hisitoris, bisa kita ulur benang merahnya. Sehingga kita bisa paham awal dari terlontarnya kata “moderat” dari Negara Barat dan antek-anteknya. Dalam awal decade 1990-an, Barat dengan ideologi Kapitalisme-sekularismenya semakin digdaya setelahnya ideologi Sosialisme mnemui azalnya. Sehingga kondisi ini membuat Barat tidak lagi menemui lawan ideologinya dalam kancah perpolitikan dunia. Banyak pemikir Barat yang mengatakan bahwa hancurnya Sosialisme sebagai kemenangan akhir bagi ideology Barat. Namun, Richard Nixon dalam bukunya, Size The Moment, telah sejak lama sadar dan mengingatkna bahwa Islam dengan adidayanya yang telah mampu menguasai hampir 2/3 dunia akan mampu menjadi lawan ideologi yang tangguh dan berbahaya bagi Barat. Nixon menyebut orang yang setia pada ajaran Islam sebagai orang fundamentalis.

Ketakutan Barat akan munculnya kembali Islam ideologis dalam kancah perpolitikan dunia dijawab dengan propaganda-propaganda busuk Barat yang dilontarkan kepada ummat Islam. Kita masih ingat bagaimana AS telah menyudutkan umat Islam dengan menuduh Islam sebagai dalang dari peristiwa WTC pada tahun 2001. Invasi AS atas Irak dan Adganistan padatahun 2003 pun dianggap hal yang wajar dilakukan dalam rangka perang melawan teroris. Barat dengan kebusukannya telah membuat segmen-segmen dan mendikotomiskan Islam. War on Terorism merupakan salah satu taktik barat untuk mempertahankan hegemoni politiknya di kancah dunia, sekaligus mngukuhkan ideology Kapitalis-Sekular di tengah-tengah dunia.

Di lain sisi, AS dan antek-anteknya telah mendikotomiskan Islam dengan membagi Negara-negara di dunia menjadi dua kubu. Pertama, kubu yang menentang Barat. Kedua, kubu yang pro terhadap Barat. Kubu pertama yang kemudian disebut sebagai kubu poros setan (axis evil) seperti Korea Utara, Iran, Kuba, dll. Kubu kedua, yang Pro Barat, kemudian diberi pujian dan gelar sebagai Negara-negara demokratis dan moderat. Posisi Indonesia dan negera-negara mayoritas muslim lainnya terus didorong untuk menjadi Negara moderat, sehingga mampu menjadi mitra baik bagi AS dan Barat dalam rangka War on Terorism. Turki Modern setelahnya jantung kekuatan ummat Islam, yakni kekhilafahan Utsmaniyah, dihancurkan telah berubah menjadi Negara super moderat yang kemudian menjadi mitra baik dan pusat penjajahan ideologis AS dan Barat. Jadi secara historis, istilah moderat sarat akan muatan poitis dan ideogis yang bisa membahayakan Islam dan Ummat Islam.

Bahaya Politik dan Ideologi

Di balik pujian dan pencitraan “Negara-negara moderat” dan “Islam Moderat” yang nyatanya merupakan propaganda Barat, di dalamnya terdapat bahaya politik dan ideologi yang mematikan. Bahaya politik yang dimaksud adalah penyesatan politik kepada ummat Islam yang menjadikan ummat Islam tidak mampu lagi membedakan mana kawan mana lawan. Karena propaganda yang begitu massif, sehingga ummat Islam dunia menganggap bahwa siapapun yang mempertahankan ideologi Kapitalis-Sekular dan Negara moderat sebagai kawan yang harus dibela dan dijaga keberadaannya. Pun sebaliknya, siapa saja yang mempropagandakan Islam fundamentalis – di mata Barat – berarti Negara tersebut telah menabuh genderang perang dan keberadaannya mesti ditekan dan dilawan. Sebuah standar yang nyata-nyatanya bertolak belakang dengan Islam. Sebuah propaganda menyesatkan yang bisa membuat Islam kerdil dan tak berdaya di mata dunia.

Selanjutnya, bahaya ideologis yang Nampak dari propaganda Barat kepada ummat Islam adalah dengan mendikotomiskan Islam menjadi dua tipe, tipe pertama yaitu tipe yang dikehendaki Barat yakni umat Islam yang berkompromi dengan ide-ide Barat sehingga umat Islam memadukan antara Islam dan Sekularisme. Tipe ini yang oleh Barat dinamakan Islam Moderat. Kemudian, tipe kedua yakni tipe orang yang menjalankan Islam dengan sungguh-sungguh, yang oleh Barat dinamakan dengan tipe Islam Fundamental. Propaganda ini telah merasuk ke dalam relugn hati ummat Islam sehingga sekarang ini ummat Islam banyak yang aktivitasnya pro dengan ide kufur Barat padahal ia mengaku sebagai ummat Islam. Orang-orang ini lah yang justru lebih berbahaya bagi internal umat Islam.

Selanjutnya, propaganda lain yang dilontarkan Barat adalah penyerangan terhadap terorisme. Dengan standar yang dibuat Barat, sehingga kriteria-kriteria yang menurut Barat teroris adalah mereka yang bersungguh-sungguh menjalankan Islam, juga mereka yang membenci Barat karena dorongan Ideoogis. Sebuah propaganda berbahaya bagi Islam dan umar Islam. Sehingga tak ayal, sekarang ini Islam menjadi tersudutkan karena strategi War on Terorism yang dipropagandakan Barat. Propaganda Barat ini telah memaksa ummat Islam untuk meninggalkan ajaran agama Isam sedikit demi sedikit, dan mereka mulai menjalankan apa-apa yang dikehendaki Barat dan apa-apa yang menurut Barat bagus, serta membuat Barat semakin kuat.

Bangkit Bersama Islam

Kekuatan Barat tidak akan mampu terkalahkan jikalau umat Islam terpecah belah menjadi negri-negri kecil yang kalah dan terjajah. Sehingga, kalau kita ingin menghancurkan propaganda Barat, maka harus ada kekuatan yang akan mengalahkannya, itulah kekhilafahan Islam. Karena khilafah adalah kepemimpinan umum umat Islam di seluruh dunia yang akan menyebarkan Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad. Islam harus kembali mengeluarkan taringnya, sehingga Barat tidak berbuat semena-mena terhadap Islam. Hal itu bisa dilakukan seandainya umat Islam bersatu dalam naungan khilafah Islamiyah.

Wallahu a’lamu bi as-shawab []
[www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.