Hakim PTA Jawa Barat: Demokrasi akan mati
“Islam tidak akan mati, justru Demokrasi yang akan mati!” ujar Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama (PTA) Jawa Barat, Buya H. Halim Husein, SH.MH. Hal tersebut beliau sampaikan dalam acara bedah majalah al-wa’ie yang diselenggarakan oleh DPC HTI Ujungberung (20/4/2014) di Komplek Sukup Baru, Kec. Ujungberung, Bandung.
Buya Halim mengomentari peran politik Ulama yang saat ini justru pobia terhadap Islam. “Masa ada Ulama yang anti dengan syariah dan khilafah? Ulama macam apa itu?” Tuturnya
Lebih jauh, Hakim Tinggi asal Sumatera Barat itu pun menyampaikan keprihatinannya terhadap Ulama-ulama di Indonesia yang masih saja ada yang beranggapan bahwa Demokrasi adalah solusi bagi bangsa ini. “Mereka ada yang katakan Indonesia sudah terpatri, Demokrasi harga mati. Harga mati nenek moyangmu? Engkau dan Demokrasi yang akan mati!” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, Buya Halim membagi Ulama ke dalam tiga gologan. Pertama, Ulama yang benar-benar anti terhadap syariah, terhadap Islam kaffah, dan lebih memilih Demokrasi. Kedua, Ulama yang setengah-setengah, mengatakan bahwa Indonesia ini negara plural, merasa ketika Islam diterapkan sebagian sudah tidak menjadi persoalan.
“Dan yang ketiga, Ulama pejuang Islam kaffah yang mereka tidak mau pergi kemana-mana dengan perjuangan ini. Inilah sesungguhnya jalan kita. Maka berlombalah dalam kebaikan” tutupnya. [arrahmah/www.al-khilafah.org]
Buya Halim mengomentari peran politik Ulama yang saat ini justru pobia terhadap Islam. “Masa ada Ulama yang anti dengan syariah dan khilafah? Ulama macam apa itu?” Tuturnya
Lebih jauh, Hakim Tinggi asal Sumatera Barat itu pun menyampaikan keprihatinannya terhadap Ulama-ulama di Indonesia yang masih saja ada yang beranggapan bahwa Demokrasi adalah solusi bagi bangsa ini. “Mereka ada yang katakan Indonesia sudah terpatri, Demokrasi harga mati. Harga mati nenek moyangmu? Engkau dan Demokrasi yang akan mati!” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, Buya Halim membagi Ulama ke dalam tiga gologan. Pertama, Ulama yang benar-benar anti terhadap syariah, terhadap Islam kaffah, dan lebih memilih Demokrasi. Kedua, Ulama yang setengah-setengah, mengatakan bahwa Indonesia ini negara plural, merasa ketika Islam diterapkan sebagian sudah tidak menjadi persoalan.
“Dan yang ketiga, Ulama pejuang Islam kaffah yang mereka tidak mau pergi kemana-mana dengan perjuangan ini. Inilah sesungguhnya jalan kita. Maka berlombalah dalam kebaikan” tutupnya. [arrahmah/www.al-khilafah.org]
Tidak ada komentar