Header Ads

Hakikat Puasa

Hakikat Puasa
Oleh : Arief B. Iskandar

Bulan Ramadhan sudah beberapa hari kita jalani. Sebagian ulama berpendapat, Ramadhan adalah bulan agung (syahr ‘azhîm), bulan mulia (syahr ‘ali), bulan penuh berkah (syahr mubârak), bulan pengampunan (syahr maghfirah), bulan penuh rahmat (syahr rahmah) dan bulan pembebasan dari api neraka (syahr itq[un] min an-nâr).



Mereka juga berpendapat, pada bulan Ramadhan semua amal ibadah diterima, pahala dilipatgandakan, dosa-dosa dilebur, gerbang-gerbang surga dibuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat dan setan-setan dikerangkeng. Dalam bulan ini ada satu malam yang disebut Lailatul Qadar, yang keutamaannya melebihi seribu bulan (QS 97: 1-5).

Selama Ramadhan berlangsung, semua umat Islam diwajibkan untuk menjalankan puasa (QS 2: 183), yaitu menahan diri (imsak) dari lapar/haus dan dorongan nafsu.

*****

Keutamaan Ramadhan. Rasulullah saw. bersabda, “Penghulu bulan adalah Ramadhan dan penghulu hari adalah hari Jumat.” (HR ath-Thabrani).

Rasul bersabda, “Andai saja manusia tahu keutamaan Ramadhan, pasti mereka berharap Ramadhan itu selama satu tahun.” (HR ath-Thabrani, Ibnu Khuzaimah dan al-Baihaqi).

Rasul juga bersabda, “Jika datang malam pertama Ramadhan, para setan dan jin kafir dibelenggu. Semua pintu neraka ditutup sehingga tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu surga dibuka sehingga tidak ada satu pun yang tertutup. Lalu terdengar suara seruan, “Wahai pencari kebaikan, datanglah! Wahai pencari kejahatan, kurangkanlah.” Pada malam itu ada orang-orang yang dibebaskan dari neraka. Yang demikian itu terjadi setiap malam (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Pada bulan Ramadhan al-Quran turun. (QS 2: 185). Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat ini mengatakan, “Allah SWT memuji bulan Ramadhan atas bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah dipilih sebagai bulan turunnya al-Quran.” (Ibn Katsir, I/501).

Pada bulan Ramadhan doa-doa dikabulkan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka setiap hari pada bulan Ramadhan. Setiap Muslim, jika memanjatkan doa, pasti dikabulkan.” (HR al-Bazzar dan al-Haitsami).

*****

Keutamaan puasa. Rasulullah saw. bersabda, “Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi).

Rasulullah saw. juga bersabda, “Allah berfirman, ‘Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya.’ Puasa adalah perisai. Jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak berkelahi maka katakanlah, ‘Aku sedang berpuasa.’ Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah pada Hari Kiamat daripada bau minyak kesturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan; saat berbuka mereka bergembira karena berbuka dan saat bertemu dengan Allah mereka bergembira karena puasanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Puasa akan memberikan syafaat bagi orang yang menjalankannya. Rasulullah saw. bersabda, “Puasa dan al-Quran itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada Hari Kiamat nanti. Puasa akan berkata, ’Tuhanku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat. Karena itu, perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya.’ Al-Quran pun berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari. Karena itu, perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Lalu syafaat keduanya diperkenankan.” (HR Ahmad, al-Hakim dan ath-Thabrani).

Orang yang berpuasa akan mendapatkan pengampunan dosa. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, pasti dosa-dosanya pada masa lalu diampuni.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Bagi orang yang berpuasa disediakan ar-Rayyan. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama ar-Rayyan. Pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut kecuali mereka.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

*****

’Berpuasa’ setelah Ramadhan. Puasa (shaum) secara bahasa bermakna al-imsâk atau menahan diri dari sesuatu, seperti menahan diri dari makan atau berbicara. Makna puasa seperti ini digunakan dalam QS Maryam ayat 26. Adapun secara istilah, puasa adalah menahan diri dari dua jalan syahwat—mulut dan kemaluan—dan hal-hal lain yang dapat membatalkan pahala puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari, disertai dengan niat.

Dari pengertian secara bahasa maupun istilah tersebut, jelas puasa hakikatnya adalah ‘menahan atau mengendalikan diri/hawa nafsu’ dari hal-hal yang telah Allah haramkan; bukan semata-mata menahan diri untuk tidak makan/minum atau berhubungan suami-istri di siang hari. Karena itu, esensi puasa sebetulnya adalah tunduk-patuh pada perintah dan larangan Allah SWT. Itulah takwa, yang memang menjadi target yang harus diraih dari amalan puasa Ramadhan.

Jika demikian, sejatinya pasca Ramadhan sekalipun, hingga datang Ramadhan berikutnya, seorang Muslim yang menghayati esensi puasa akan tetap ‘berpuasa’, dalam arti, tetap menahan diri atau mengendalikan hawa nafsunya dari hal-hal yang telah Allah haramkan. Jika ia mampu tetap ‘berpuasa’ pasca Ramadhan, berarti ia telah sukses meraih derajat takwa, sebagai tujuan akhir dari amalan puasanya.

Sayangnya, ‘berpuasa’ pasca Ramadhan nyatanya tidak selalu bisa dilakukan oleh setiap Muslim. Kebanyakan Muslim selesai ‘berpuasa’ begitu Ramadhan usai. Ketakwaan mereka pun ‘selesai’ begitu Ramadhan usai. Mereka kembali dikendalikan hawa nafsu, bukan mengendalikannya. Mereka kembali ‘berbuka’ dengan hal-hal yang haram, bukan ‘imsak’ (menahan diri) dari semua itu. Mereka kembali bermaksiat, bukan bertambah taat. Ini karena, saat Idul Fitri tiba, mereka bukan kembali kefithrah (taat kepada Allah), tetapi kembali ke fatrah (futûr). Na’ûdzu billâh!

Wa mâ tawfîqî illâ billâh. [][www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.