Header Ads

Belanda Incar Bisnis Air di Libya

Para pemimpin dunia menggelar pertemuan di Paris, Kamis (01/09), untuk membicarakan masa depan Libya. Selain keselamatan, kebebasan rakyat, mereka juga mempunyai agenda yang jelas untuk dibicarakan, yaitu bagaimana mereka bisa diuntungkan secara ekonomis oleh pemerintahan Libya yang baru.

Dengan 'Libya yang lama', perusahaan Belanda masih terlihat aktif dalam skala yang kecil di pelbagai sektor. Tapi pada jangka panjang, Libya akan menjadi semakin menarik bagi Belanda, demikian menurut pakar ekspor Bart Jan Koopman.


"Jika kestabilan bisa tercipta dalam pemerintahan Libya dalam jangka waktu dekat ini, maka ada potensi yang luar biasa kaya bagi negara ini. Sebagian besar tentunya datang dari industri minyak dan gas. Potensi sedemikian besar jadi bisa dipakai untuk membangun Libya dan ada kesempatan bagi Belanda untuk berbisnis dengan negara ini."

Tapi Belanda tidak hanya tertarik pada industri minyak. Menurut Koopman ada beberapa bidang yang bisa menarik peran perusahaan Belanda, seperti misalnya agrikultur dan infrastruktur. Dan tentu saja air.

Unicef dan Program Pangan Dunia harus menyediakan air minum bagi rakyat Libya. Di bawah gurun-gurun Libya terdapat persediaan air yang melimpah. Cadangan air Nubian Sandstone yang berumur 40 ribu tahun diperkirakan mengandung 150 ribu kilometer kubik air. Cadangan air ini terbentang dibawah Libya, Mesir, Sudan dan Ethiopia.

Qadhafi sudah memulai sebuah proyek mega pada tahun 80-an untuk bisa mengakses apa yang disebut sebagai air 'fosil' yang diberi nama 'Great Man Made River' sungai besar buatan manusia. Dalam proyek itu, dia juga meminta bantuan pakar asing. Banyak karyawan yang terlibat dalam proyek bernilai milyaran ini. Misalnya Universitas Teknologi Delft Belanda bekerjasama dengan Institut UNESCO-IHE. Meskipun the Great Man Made River belum juga selesai, beberapa tahun belakangan Libya sudah membuat kota pelabuhan yang moderen.

Libya merupakan pelopor di kawasan regional bagi kerjasama internasional bidang perairan, kata Neno Kukurich dari IGRAC, sebuah lembagi bagi penyediaan air bawah tanah di Delf, Belanda.

"Libya memainkan peran yang penting dalam rencana kerjasama regional dalam bidang perairan. Ini dimulai dengan worshop yang diadakan di Tripoli dan dilanjutkan dengan konferensi di Tripoli tahun 2008. Tidak lama sebelum perang, menetri perairan Libya memulai pusat pembagian air tanah. Jadi Libya juga ikut mendukung," jelas Kukurich.

Dampak perang, antara lain pemboman NATO di pabrik yang memproduksi pipa ledeng bagi proyek Great Man Made River, juga menyebabkan hambatan bagi penyediaan sarana air minum. Dalam pemulihan proyek mega seperti inilah, kesempatan bagi perusahaan Belanda. Juga di bidang lainnya di Libya, Belanda bisa terlibat dalam pembangunan kembali, kata András Szöllösi-Nagy dari Unesco.

"Pengetahuan Belanda di bidang tehnologi air sangat unik di dunia. Saya yakin bahwa perusahaan Belanda akan terlibat dalam pelbagai fase. Tapi tentu saja semua tergantung pada masyarakat internasional, terutama PBB, untuk memutuskan apa yang akan dilakukan setelah perang." tambahnya.

Rezim Qadhafi membuat rencana sistem pembuangan air dan pelabuhan baru. "Karena persediaan air bawah tanah pada prinsipnya tidak menjanjikan, maka harus dicari alternatif lain, misalnya penggunaan kembali air limbah," kata profesor András Szöllösi-Nagy dari pusat pengetahuan perairan Unesco. (hidayatullah)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.