Hal-hal Kecil Yang Menjelaskan Segalanya
![]() |
Robert Downey Jr, as Holmes |
Setiap orang pasti pernah mengalami, saat-saat kita tidak menyantap habis kudap di meja makan. Biasanya akan ada teguran, “Mubazir! Jangan sisakan!” Benar begitu? Meski yang tersisa hanya beberapa butir nasi saja, orang tua kita selalu mengingatkan, terkadang dengan bentakan, “Habiskan!”. Mubazir adalah saudaranya setan, kata mereka, “innal mubaddziriina kaanu ikhwanasy syayathin (QS.17:27)”. Memang demikianlah. Bahkan Rasulullah juga pernah berpesan,
“Apabila salah seorang dari kalian makan, janganlah dia mengusap (membersihkan) tangannya sampai dia menjilatinya atau meminta orang lain untuk menjilatinya, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui dimana letaknya berkah.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud)
Sangat boleh jadi berkah itu ada di sebagian kecil, di sebutir nasi yang paling akhir, atau bahkan di sebagian minyak dan bumbu yang menempel di telapak tangan. Melewatkannya, bukankah sebuah kerugian?
Masya Allah. Agama ini memberi tahu kita bahwa banyak hal-hal kecil, namun penting, yang sering terabaikan. Sudah fitrohnya mungkin, kita hanya menaruh perhatian hanya pada hal-hal besar. Orang besar, peristiwa besar, jumlah besar, ukuran besar, keuntungan besar, pahala besar, dosa besar.
Orang tidak tertarik mendiskusikan hal-hal kecil. Ia dinafikan, disepelekan, diremehkan, direndahkan, hampir-hampir dianggap tidak ada. Padahal segala yang besar adalah kumpulan dari yang kecil. Tidak ada yang besar tanpa ada yang kecil. Kecil dan hampir tak terlihat adalah esensi. Sedang sebagian besar dari yang zhohir kadangkala justru merupakan ‘fiksi’.
Kita juga tentu ingat dengan hadits ini, “Sesungguhnya Allah menyukai amalan yang kecil dan ringan namun konsisten dijalankan”. Kira-kira mengapa Allah menyukai yang kecil-kecil (dengan catatan: konsisten)? Hal ini karena konsistensi menunjukkan kebiasaan. Kebiasaan menunjukkan kepribadian. Kepribadian menunjukkan siapa diri kita yang sesungguhnya. Maka sah saja bisa ada orang mencukupkan penilaian kadar beragama seseorang dari, ‘Dengan kaki apa kamar mandi ia masuki?’. Berdoakah ia sebelum memasuki masjid? Sudah terpotongkah kuku saat Jum’at telah lewat? Sebelum tidur, sempatkah doa terpanjat? Tidur, ke arah mana ia menghadap? Kala berwudhu, sederas apa air keran ia pancarkan? Di dalam kamarnya, mushaf Qur’an, dimanakah ia letakkan? Bukankah ini semua hal-hal yang sering kita anggap kecil & tersepelekan? Tetapi dari semua hal kecil inilah diri kita yang sesungguhnya terjelaskan.
*deviant: orang yang aneh, dianggap menyimpang. [www.al-khilafah.org]
Penulis : Ridwan Taufik Kurniawan
Twitter : ridwantaufikk
http://way2taqwa.wordpress.com/
Tidak ada komentar