Header Ads

Kabinet “Srikandi” Kerja, Untuk Siapa?

Kabinet “Srikandi” Kerja, Untuk Siapa?
Kabinet “Srikandi” Kerja, Untuk Siapa?

Oleh Fadhilah Nanik (Ibu Rumah Tangga di Surabaya)

Kabinet Kerja Jokowi-JK tak hanya berisi kaum pria. Delapan srikandi pilihan, menduduki kursi mentri yang mayoritas dihuni kaum pria. Bukan apa-apa, hal ini menunjukan komitmen Kabinet Kerja untuk memberdayakan perempuan. Harapannya, delapan srikandi mampu membawa perubahan dan kinerja lebih. Selain itu, keberadaan perempuan dalam pemerintahan merupakan amanat konstitusi.


Pos yang diisi oleh mentri perempuan tidak hanya berkaitan dengan fokus pada pemberdayaan perempuan. Ada penempatan Pos di kementrian lainnya. Semisal Kementrian Kelautan, Kementrian Kesehatan, Kementrian Sosial, dan lainnya. Memang keberadaan mentri sempat menjadi polemik. Dimulai dari mentri perokok dan bertato, hingga mentri ‘titipan’ karena balas budi. Hal ini merupakan konsekuensi dari demokrasi untuk bagi-bagi kursi.

Benarkah Perempuan Bisa?

Bukan bermaksud merendahkan derajat perempuan sebagai mentri. Hal yang perlu dicermati adalah kinerja mentri selama ini dalam sistem demokrasi presidensial. Sah-sah saja Presiden menunjuk mereka. Selama kepemimpinan SBY, kabinet mentri tak luput dari jerat korupsi. Siapa yang menduga Mentri Kesehatan periode 2004-2009 pun sempat dikaitkan dengan korupsi alat kesehatan? Belum lagi mentri titipan partai yang akhirnya menjadi tersangka dan menghuni penjara.

Jabatan mentri sebagai pembantu presiden memang harus berhati-hati. Sistem demokrasi selama ini menjebak mereka sebagai sapi perah bagi kepentingan tertentu. Jika berasal dari partai, maka dia akan menyumbangkan uang untuk partai. Jika berasal dari pengusaha, maka dia berpikir untuk memperluas usahanya. Jika dia berasal dari kelompok tertentu, maka dia akan menjadikannya sebagai lahan mengembangkan kelompoknya.

Inti dari semua itu adalah mentri tidak dapat berlepas dari kepentingan. Apakah secara langsung merupakan kepentingan presiden, ataupun kepentingan di luar pemerintahan. Kalaupun mengatasnamakan untuk kepentingan rakyat, hal itu hanya untuk stempel. Agar pemerintahan yang ada dianggap peduli dan mencintai rakyatnya.

Komposisi delapan srikandi dalam kabinet punya tugas berat. Banyak di antara mereka berlatar belakang pengusaha. Sikap skeptis perlu juga dilontarkan kepada mereka. Benarkah mereka akan mampu independen dan tak dapat ditekan oleh pihak lain?

Kinerja Untuk Siapa?

Keterlibatan perempuan dalam bidang pemerintahan berasal dari tekanan MDG’S. Demokrasi pun mengamanatkan demikian. Hal ini untuk mengakomodasi suara dan kepentingan perempuan. Jika dicermati, niatan bagus itu justru tidak berimbang pada kesejahteraan wanita. Selama ini sistem demokrasi liberallah yang menjadikan manusia (pria dan wanita) menjadi hina.

Kinerja wanita dalam kabinet Kerja dipastikan akan mengikuti Presiden. Presiden dipilih untuk mengokohkan demokrasi dan kepentingan kapitalis asing. Begitu pula delapan srikandi akan mengikuti aturan presiden. Keberadaan mereka pun tersandera, meski ingin berkiprah menjadikan rakyat lebih baik. Kebobrokan sistem demokrasi yang akan dijalankan mengakibatkan keputusan, aturan kementrian, dan lainnya pun jauh dari Islam. Bahkan mereka menjadi corong kepentingan asing. Merekapun akan tunduk kepada UU liberal yang ada. Lihatlah, mentri BUMN apakah mampu menjaga aset negara? Ataukah akan mengobral murah? Bagaimana pula mentri Kelautan dan Perikanan akan mendobrak dan menajaga laut Indonesia? Mampukah untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pengelolaan aset laut? Bagaimana pula kementrian sosial dan kesehatan mampu meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia?

Pertanyaan itu wajar adanya. Mengingat tugas berat yang mereka pikul. Begitu pula mereka berjalan dalam sistem yang memang rusak yaitu demokrasi. Alangkah mulianya jika mereka mampu memberikan kontribusi untuk Islam. Memberikan usaha dan jerih payahnya untuk meraih ridho Allah. Semisal, menjaga kepentingan BUMN untuk rakyat. Menjaga hasil laut untuk rakyat. Memberikan kesejahteraan dan kesehatan bagi rakyat. Janganlah mereka sampai hati menyakiti hati rakyat dan membuat kecewa. Ingatlah, hisab Allah begitu rinci. Bukankah ibu-ibu sekalian juga ingin beroleh surga nantinya? [www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.