Header Ads

Kenaikan Harga BBM, Penyesatan Demi Asing

Kenaikan Harga BBM, Penyesatan Demi Asing
“Ini adalah sebuah indoktrinasi, bahkan pencucian otak yang sangat sistematis oleh kekuatan korporasi asing yang ingin mengeduk keuntungan sebesar-besarnya dari bumi Indonesia.”

Pemerintah dan DPR selama berpuluh-puluh tahun tersesat pikirannya tentang segala sesuatu terkait kebijakan menentukan harga BBM. “Dan penyesatan itu mengakibatkan pelanggaran terhadap konstitusi,” kata Kwik Kian Gie, mantan Menko Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid dan Kepala Bappenas di era Presiden Megawati Soekarnoputri.



Selama ini, kata Kwik, mereka mengatakan bahwa kalau harga minyak mentah di pasar internasional lebih tinggi dari harga minyak mentah yang terkandung dalam bensin premium, pemerintah Indonesia memberi subsidi kepada rakyatnya. Nah, “subsidi” ini mereka artikan sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah. Karena jumlahnya besar, uang tunai ini tidak dimiliki oleh pemerintah, sehingga APBN jebol.

“Istilah ‘subsidi’ inilah yang ditafsirkan dan digembar-gemborkan sebagai uang tunai yang benar-benar dikeluarkan,” kata Kwik kepadaMedia Umat.

Padahal, katanya, apa yang dikatakan pemerintah, para ilmuwan, pengamat, pers dan komponen elite bangsa lainnya tentang adanya subsidi itu, sama sekali tidak benar, dan bahkan menyesatkan.

Kwik punya alasan yang cukup kuat. Ia tak mau berteori. Tapi ia hanya membaca data pemerintah yang sudah dirilis secara resmi dalam Nota Keuangan Pemerintah yang disampaikan di hadapan DPR.

Berdasarkan data Nota Keuangan 2015 yang dibacakan Presiden SBY pada 15 Agustus 2015, menurut Kwik, RAPBN 2015 tidak menunjukkan indikasi akan jebol terkait masalah BBM.

Ia kemudian menjelaskan, ada defisit anggaran sebesar Rp 281 trilyun lebih. Namun, defisit itu bukan pos-pos yang berhubungan dengan BBM. Mengapa? Karena defisit yang berhubungan dengan BBM hanya sekitar 1,4 trilyun. (Rinciannya baca dalam Rubrik Wawancara).

“Apakah masuk akal kalau dikatakan bahwa Defisit Migas sebesar Rp 1,4 trilyun mengakibatkan APBN jebol?” jelasnya.

Apalagi, dari data pemerintah sendiri, Kwik mengungkapkan, pemerintah mendapat untung Rp 107 trilyun dari penjualan premium (bensin).

Bahkan, Kwik memastikan bahwa jika pun harga minyak dunia naik di atas 105 dolar/barel pun—di mana pemerintah boleh menaikkan harga BBM tanpa persetujuan DPR—APBN tidak akan jebol. Indonesia masih bisa menerima untung dari perdagangan minyak ini.



Intervensi Asing



Kwik merasa aneh dengan perilaku orang-orang pandai dan berpendidikan tinggi melakukan penyesatan pikiran dan pemahaman yang demikian mendalam dan meluasnya.

Menurutnya, ini adalah sebuah indoktrinasi, bahkan pencucian otak yang sangat sistematis oleh kekuatan korporasi asing yang ingin mengeduk keuntungan sebesar-besarnya dari bumi Indonesia, terutama dari migas.

“Secara ideologis, elite bangsa Indonesia telah berhasil di-brain wash, sehingga mereka tidak bisa berpikir lain kecuali secara otomatis atau refleks merasa sudah seharusnya bahwa komponen minyak mentah dalam BBM harus dinilai dengan harga yang terbentuk oleh mekanisme pasar,” jelas Kwik seperti pernah disampaikan di hadapan Mahkamah Konstitusi 2012 lalu.



Ia mengkritisi, harga minyak dalam negeri yang standar harganya ditentukan berdasarkan harga yang terbentuk di pasar internasional melalui institusi NYMEX (New York Mercantile Exchange). Ia menyebut ini adalah pola pikir didasarkan atas ideologi fundamentalisme mekanisme pasar. Pemerintah tidak boleh ikut campur tangan dalam menentukan harga BBM yang diberlakukan buat rakyatnya, walaupun minyak mentah yang diolah menjadi BBM adalah milik rakyat itu sendiri.

Pemerintah yang mewakili rakyat pemilik minyak di bawah perut bumi tanah airnya, lanjutnya, tidak boleh menentukan harga yang diberlakukan buat rakyat. Dengan kata lain, hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri tentang bagaimana menggunakan minyak yang miliknya sendiri itu diingkari.

Kalau harga minyak yang terkandung dalam BBM dijual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditentukan oleh NYMEX, perbedaan ini disebut “subsidi” yang dianggap “rugi” dalam arti benar-benar kehilangan uang.

Pikiran yang menganut mekanisme pasar murni difanatisir, diradikalisir dan disesatkan dengan mengatakan bahwa subsidi BBM sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah. Jumlahnya sangat besar, pemerintah tidak memiliki uang itu, sehingga APBN jebol. “Ini jelas tidak benar, jelas bohong,” tandas Kwik.

Tujuan dari semua ini, kata elite PDIP ini, eksploitasi asing atas Indonesia. Mengingat, hampir 90 persen minyak Indonesia dikuasai asing.

Tidak cukup hanya, indoktrinasi dan pencucian otak, kata Kwik, asing pun menggunakan media massa untuk kian mengokohkan posisinya di Indonesia. Ia mengambil contoh, Chevron yang memasang iklan dengan pesan betapa Chevron membangun Indonesia, yang di-iyakan oleh wajah-wajah Indonesia bagaikan inlander yang pro Belanda zaman kolonial dahulu. Belum lama iklan dengan pesan yang sama juga mulai dikumandangkan oleh Shell.

Logika Kebun Cabe

Di hadapan MK Kwik pernah menyampaikan logika kebun cabe untuk menjelaskan bagaimana konyolnya logika subsidi oleh pemerintah dan wakil rakyat. Ia menjelaskan sebagai berikut.

Pak Amad punya kebun kecil yang setiap harinya menghasilkan 1 kg cabe. Ia punya keluarga dan staf pegawai/pembantu rumah tangga. Keluarga ini mengkonsumsi 1 kg cabe setiap harinya.

Kalau produksi cabe yang setiap harinya 1 kg itu dijual, Pak Amad akan mendapat uang sebesar Rp. 15.000 setiap harinya. Tetapi 1 kg cabe itu dibutuhkan untuk konsumsi keluarganya sendiri.

Biaya dalam bentuk uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pak Amad untuk menyiram dan memberi pupuk sekedarnya setiap harinya Rp 1.000.

Pak Amad setiap harinya ngomel, menggerutu mengatakan bahwa dia sangat sedih, karena harus menyubsidi keluarganya sebesar Rp. 15.000 per hari, karena harus memberi cabe hasil kebunnya kepada keluarganya, yang harganya di pasar Rp. 15.000 per kg.

Akhirnya seluruh keluarga sepakat megumpulkan uang (urunan) sebanyak Rp 5.000 yang diberikan kepada Pak Amad sebagai penggantian untuk cabenya yang tidak dijual di pasar. Pak Amad masih menggerutu mengatakan bahwa dia memberi subsidi untuk cabe sebesar Rp. 10.000 setiap hari.

Lantas tidak hanya menggerutu, dia menjadi sinting berteriak-teriak bahwa dompetnya akan jebol, karena uang tunai keluar terus sebanyak Rp. 10.000 setiap harinya. Dalam kenyataannya, dia keluar uang Rp 1.000 dan memperoleh Rp 5.000 setiap harinya.

Menurut Kwik, penjelasan ini sangat mudah dipahami orang awam. Ia mengatakan kepada orang awam: “Ya itulah otak banyak sekali dari pemimpinmu yang sudah berhasil dicuci sampai menjadi gendeng seperti itu.” [mujiyanto] sumber : mediaumat edisi 140 [www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.