Header Ads

Hiduplah Untuk Dakwah

Hiduplah Untuk Dakwah
Rasululloh Shalallohu ‘alaihi wassalam. Kehadirannya menunjuki jalan yang mulia. Karena Islam yang dibawa, manusia yang pandai akan berbondong-bondong memilih surga dan menjauhi neraka. Jalan hidupnya, yakni Islam. Karena kemuliaannya, tiada lagi yang berhak mencari sosok teladan selain teladan yang dicontohkan. Karena perjuangannya, Islam hadir ditengah-tengah kehidupan dunia. Karena Allah, kita pun mampu mengenal keagungan RasulNya. Dan karena itulah, jalan yang tepat dan satu-satunya jalan yakni mengikuti perjuangan menegakkan syari’at Islam.



Sungguh, merupakan tonggak dasar bagi umat Islam. Jika mereka memilih Islam dalam jalan hidupnya. Memilih dakwah menjadi sumber prioritas dalam setiap aktivitas kesehariannya.

Da’wah, secara etimologi adalah undangan atau seruan, sedangkan secara syar’i, adalah seruan kepada oranglain agar melakukan kemakrufan dan mencegah dari kemungkaran, atau juga bisa didefinisikan dengan usaha untuk mengubah keadaan yang rusak, dan tidak Islami, menjadi baik sesuai dengan Islam.1

Kedua pengertian itu di atas diambil dari nas hadist, sebagaimana yang dinyatakan Rasululloh saw.:

“Siapa saja diantara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan tangannya dan jika tidak mampu, hendaknya mengubahnya dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu, hendaknya mengubahnya dengan hatinya. Sesungguhnya hal itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasa’i, Ibn Majah dari Abi Sa’id al-Khudri).

Karena itu, dakwah tidak hanya dicukupkan pada menyeru saja. Melainkan hingga mengubah keadaan yang tidak sesuai dengan Islam menjadi keadaan yang sesuai dengan yang syari’atkan Islam. Sedangkan perubahan tersebut ada yang bersifat ishlahiyyah (reformatif) dan inqilabiyyah (revolusioner). Perubahan inqilabiyyah adalah perubahan yang dimulai dari asas, yaitu perubahan aqidah, sedangkan perubahan ishlahiyyah adalah perubahan yang dimulai dari kulit, tidak sampai menyentuh asasnya.

Batasan “keadaan rusak”, yang tidak Islami mempunyai konotasi, bahwa kerusakan tersebut karena tidak sesuai dengan Islam. Artinya, yang menentukan keadaan tersebut baik atau rusak adalah Islam, yaitu dengan dijadikannya Islam sebagai standar setiap langkah pilihan hidupnya. Ini merupakan seluruh aspek, baik sosial, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, dan sebagianya.

Namun, kenyataannya da’wah bukanlah jalan yang mudah. Jelaslah, jalan da’wah para Nabi dan Rasul menggambarkan pada kita bahwa da’wah adalah sebuah jalan perjuangan yang tidak semudah yang dibayangkan. Rintangan hidup, bahkan ujian hingga kematian menjadi tantangan adalah sejarah dalam sebuah perjalanan da’wah.

Tentu kita tidak akan lupa, perjalanan panglima perang yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah saat hendak menakhlukkan Islam di wilayah Wadzil Qura’. Perjalanannya tercantum dalam sejarah hidupnya. Ibnu Ishaq mampu mengkisahkannya. Pada saat itu, bulan Rajab tahun (keenam hijriyah), Rasululloh saw yang telah menyiapakan pasukan yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah untuk diberangkatkan ke Wadzil Qura’. Disanalah pasukan Zaid dipertemukan dengan Bani Fazarah. Banyak diantara mereka (pasukan Zaid) terbunuh, sehingga tampak sedih dan kondisi lemas menghampiri Zaid. Mereka, banyak yang terbunuh. Mereka banyak yang telah menjadi darah-darah pertama yang telah disaksikan para malaikat sebagai pejuang Islam. mendakwahkan Islam mengikuti perintah Rasul. Berharap surga, menyerahkan diri mereka pada Islam. Berharap kemuliaan mereka dapatkan saat kelak Allah memanggil satu-satu dihadapanNya.

Lalu, apa yang terjadi pada Zaid? Perjalanan pulang ke Madinah mereka lakukan. Menghadap Rasul dang siap memberikan kabar, bahwa mereka kali ini belum mendapat kemenangan mengalahkan Bani Farizah. Ya.. kala itu. Saat keberangkatan pertama ternyata Allah belum memberikan kemenangan pada Panglima Zaid.

Namun, perjalanan ke Madinah ketika itu Zaid telah bersumpah. Ia bersumpah untuk tidak menyentuh kepalanya ketika mandi janabat (hadast besar) sampai ia memerangi Bani Fazarah. Ketika lukanya mulai mengering. Disaat lukanya tidak lagi dirasa sakit. Dan setelah lukanya benar-benar sembuh. Ia mulai lagi bergerak.

Pada bulan Ramadhan, Rasulullah mengirimkannya dengan pasukannya ke bani Fazarah. Kemudian ia memerangi mereka di Wadzhil Qura’. Ia berhasil menahan Ummu Qurafah Fatimah bintu Rabi’ah bin Badar dan kedua putrinya. Ummu Qurafah adalah wanita tua yang disegani dan dihormati. Kemudian Zaid membunuhnya sebab wanita tua itu telah lancang mencaci dan menghina Rasululloh saw.

Banyaknya peristiwa yang dijalani Rasululloh telah rapih dikisahkan oleh Ibnu Ishaq. Peristiwa tersebut memberi banyak pelajaran pada umat Rasululloh. Halangan da’wah yang dirasakan Nabi bukan lantas menjadi jalan henti untuk umatnya. Justru, jalan itulah yang akan menunjuki pada kita, bahwa da’wah itu bukan perkara yang mudah. Bahwa jalan da’wah bukanlah perkara yang sepele. Hingga akhirnya, keberhasilan Rasululloh menjadikan Madinah kota pertama yang menerapkan syari’at Islam. Hingga akhirnya, Madinah menjadi titik tolak daerah-daerah dimuka bumi itu merasakan perjalanan mulia menerapkan Islam.

Setelah Rasululloh saw. Memasuki Madinah al-Munawwaroh, dan beliau sudah bertekad bulat untuk mendirikan Negara Islam di Madinah, maka beliau harus menciptakan keamanan dan stabilitas di dalam Madinah, agar beliau sendiri dan orang-orang yang ada disekitar beliau mencurahkan tenaga, pikiran, waktu untuk membangun Negara Islam, dan agar mereka tidak disibukkan atau dihambat oleh gangguan-gangguan internal yang menjadikan mereka lupa akan tugas membangun Negara Islam, yaitu negara yang akan menjadi pelindung berbagai perselisihan dan pertengkaran antara Suku Aus dan Khazraj.

Rasululloh saw. Dengan pandangan politiknya yang cemerlang dan pengaturannya yang baik terhadap berbagai persoalan, dan mampu merajut persatuan kelompok yang ada, sehingga menjadikan mereka sangat loyal dengan kepemimpinanya. 2

Keberhasilan Madinah menjadi kota Islam pertama bukan titik henti contoh perjalanan da’wah. Madinah menjadi tonggak da’wah Islam tetap harus ada. Menyeru umat dimuka bumi untuk menjadikan Islam sebagai mabda’. Mengingat, merefleksikan perjuangan Rasul dan para Sahabat sebelum dan setelah Madinah berhasil tertakhlukkan menjadi perkara pasti. Menjadikan setiap gerak da’wah para umat mulia sebuah pacuan untuk da’wah umat muslim saat ini.

Sejarah telah menjadikan kisah indah untuk umat muslim. Berdarah-darah, itu kejadian yang ada meski tidak semuanya. Dan jalan dakwah akan menjadi jalan hidup bagi umat yang memilih untuk menjadi bagian darinya. Memilih surga yang hendak didapatnya. Memilih ridho Allah hingga mengikuti jalan yang dilakukan Rasululloh. Hingga Khilafah ‘alaa minhaji nubuwwah kehidupan umat muslim akan mulia hingga saatnya Allah menetapkan pada suatu masa semuanya akan dibangkitkan.

Wallohu ‘alam bisshowab

Rizka Kusuma R

Divisi intelektual BEM J Sejarah dan kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga

Jogjakarta, 17 Januari 2015


  1. Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spritual (Jawa Barat: Al Azhar Press), hlm.246.
  2. Rawwas Qol’ahji, Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Rsululloh saw., 2010 ( Bogor: Al Azhar Press), hlm.158. 


[www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.