Header Ads

Romantisme di Balik “Koin Untuk Australia”

Romantisme di Balik “Koin Untuk Australia”
Romantisme di Balik “Koin Untuk Australia”
Oleh Hanif Kristianto (Lajnah Siyasiyah HTI Jawa Timur)


Mulutmu harimaumu. Apa yang terucap akan senantiasa dikenang bagi yang mendengarnya. Tak terkecuali ucapan PM Australia Tony Abbott yang mengungkit kembali bantuan atas korban Tsunami. Ungkapan itu terlontar ketika hubungan Australia-Indonesia memanas terkait eksekusi mati gembong narkoba Bali Nine. Meski eksekusi diundur, tampak sekali bahwa lobi politik Australia begitu kuat untuk Indonesia.



Dahulu ketika Schaple Corby dibebaskan atas kasus narkoba, presiden SBY pun ramai-ramai didemo rakyat. Tak ayal, niat untuk menegakan hukum pada pemberantasan narkoba, pupus sudah harpan rakyat. Penguasa tampak lebih mementingkan loby politik. Begitu pula, ketika presiden Jokowi ingin mengeksekusi dan menolak semua grasi atas pelaku narkoba, lagi-lagi pemerintah Australia bikin ulah. Suatu hal naif, ketika Australia begitu semangat mendukung eksekusi mati trio Bomber Bom Bali. Di sisi lain, mereka pun berkoar-koar atas nama bantuan dan hak asasi manusia pada gembong Bali Nine.

Rakyat Indonesia saat ini lebih peka pada isu-isu politik yang menyangkut harkat dan martabat negara. Ungkapan Tony Abbott dijawab dengan aksi pengumpulan koin demi membayar lunas bantuan Australia. Kalangan Mahasiswa di Jawa Timur pun melakukan aksi “koin untuk Australia”. Sebagaimana Mahasiswa di Jember melakukan aksi selama dua hari. Begitu pula di Malang dan daerah lainnya. Jika dianalisis secara cermat, gerakan ‘koin untuk Tony Abbott’ merupakan bukti kekesalan dan rasa kecewa rakyat. Tampaknya Australia ketika memberi bantuan tak pernah ikhlas. Ada udang di balik batu. Pasti mempunyai tujuan tertentu.

Di sisi lain, ada pertanyaan yang patut diajukan. Seberapa besar bantuan Australia dan negara lain pada pembangunan Aceh pasca tsunami? Siapakah yang bertanggung jawab mengelola dana sumbangan dari negara asing dan lembaga donor? Serta peruntukan untuk apa dana pembangunan untuk Aceh? Semua itu publik pun tidak pernah tahu. Bahkan orang-orang penting yang berada di balik itu juga tidak pernah melaporkannya. Maka siapa saja, baik pejabat, tokoh, dan orang yang berkepentingan ketika itu harus menjelaskan pada rakyat!

Tidak dimungkiri bahwa bantuan dari Australia begitu besar. Bisa jadi Tony Abbott merasa kecewa ketika dana bantuan diselewengkan dan masuk kepada kas pribadi di kalangan orang-orang yang diminta mengurusi pembangunan Aceh pascatsunami. Maka ungkapan Tony Abbott itu pun pada dasarnya ada fakta yang tersembunyi. Inilah yang seharusnya diwaspadai dan diketahu oleh semua. Baik kalangan yang saat ini getol menggalang koin untuk Tony Abbott ataupun kalangan pejabat negara.

Menyibak Romantisme Australia-Indonesia

Posisi Autralia dan Indonesia dalam pentas politik dunia memang tidak seimbang. Pengalaman dan rujukan dalam berpolitik mempunyai nilai tawar tinggi di dunia internasional. Adapun Australia merupakan negera satelit, yaitu negara yang politik luar negerinya terikat dengan negara lain dalam ikatan kepentingan, bukan ikatan sebagai pengikut. Selama ini Australia menjadi satelit bagi AS dan Inggris.

Lain halnya dengan Indonesia yang di satu waktu menyatakan diri terbebas dari kepentingan politik negara lain. Di suatu waktu mengikuti arahan politik negara lain. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi negara pengikut, meski tak tampak mengikuti negara lain.

Hubungan Autralia dan Indonesia meski kadang memanas, itu hanya pada permukaan semata. Selama ini Australia dan Indonesia mempunyai hubungan dan keterikatan panjang satu dan lainnya. Sebagaimana dilansir AFP Rabu (23/07/2014) Tony Abbottt (PM Australia) menyampaikan bahwa hubungan dengan Indonesia ialah hal yang sangat luar biasa penting bagi kami. Pemerintah Australia akan mencari cara untuk bekerja lebih dekat dengan Anda. Ungkapan itu disampaikan pada awal keterpilihan Jokowi sebagai presiden.

Pertemuan dengan Presiden Jokowi pada Rabu (25/2/2015) rupanya membuat PM Tony Abbott optimis bahwa rencana eksekusi mati duo Bali Nine, Andrew Chan dan Myu Sukumaran mungkin akan dibatalkan. “Saya pikir dia (Joko Widodo) hati-hati mempertimbangkan posisi Indonesia,”kata PM Australia kepada sejumlah wartawan di Canberra, dilansir Sydney Morning Herald dan ABC, Kamis (26/2/2015) pagi.

Pernyataan PM Australia jelas mengindikasikan bahwa posisi Australia masih di atas Indonesia. Posisi Indonesia bagi Australia sangat penting sebagai jalur perdangan dan ekonomi. Secara politik, Australia juga membangun pangkalan militer AS di Darwin. Kedutaan Besar Autralia di Indonesia menjadikan kelanggengan hubungan Australia dan Indonesia. Kedua negara juga saling bertukar dalam hal pendidikan, peneliti, hingga bantuan pengembangan pendidikan dan budaya. NGO AUSAID menjadi wadah penting bagi Australia untuk lebih dekat dengan masyarakat Indonesia.

Hubungan Australia-Indonesia begitu romantise semenjak dahulu hingga saat ini. Maka penting bagi siapa pun memahami konstelasi kepentingan Australia di Indonesia. Keinginan Autralia bagi Indonesia di antara lain: menjadikan Indonesia bagian dari Islam moderat, memperkokoh demokrasi, meningkatkan perang melawan terorisme, menjadikan pendidikan jauh dari nilai agama (Islam), memastikan Indonesia dalam bagian AS dan Inggris, dan mencegah kebangkitan Islam di Indonesia.

Oleh karena itu momen galang koin untuk Australia dapat dijadikan sebagai penjelasan hubungan Australia dan Indonesia sesungguhnya. Dalam kerangka sistem Demokrasi dan Kapitalisme, hubungan suatu negara senantiasa dilandasi kepentingan dan tekanan satu sama lain. Begitu pula, bagi Indonesia ini akan menjadi kerugian besar, jika Indonesia tak mampu berdiri di kaki sendiri. Maka kepastian jadi atau tidaknya eksekusi mati Bali Nine, akan menjadi jawaban bagi rakyat. Benarkah penguasa mampu berdiri sendiri dan memiliki kedaulatan?

Pelajaran Berharga

Indonesia sebagai negeri muslim terbesar hendaknya menjadi tauladan bagi negeri muslim lainnya. Populasi yang besar seharusnya juga menjadi daya tawar tinggi di dunia Internasional. Alih-alih Indonesia berdaulat di dunia internasional, yang terjadi negara kafir Barat senantiasa menjadikan Indonesia obyek penjajahan dan penindasan. Hal ini dikarenakan pemimpin negeri kaum muslimin tak memiliki izzah dan keberanian secara politik sebagaimana digariskan dalam Islam.

Jika eksekusi Bali Nine tidak dilaksanakan maka kepercayaan rakyat akan hilang. Di satu sisi menekankan pemberantasan narkoba, namun di sisi lain membebaskan gembong narkoba. Sungguh aktifitas sia-sia dan tak menyelesaikan masalah. Suatu idealita jauh dari realita.

Keputusan pemerintah terkait kerjasama dengan asing, AS dan sekutunya, Australia, China, Jepang, dan negeri lainnya sering merugikan Indonesia. Sebagaimana keputusan perpanjangan kontrak PT Freepot Mc Moran untuk mengeruk kekayaan alam di Indonesia. Begitu pula merebaknya produk industri dari China dan Jepang di Indonesia yang menjadikan rakyat bersikap konsumtif dan miskin inovatif. Maka sudah saatnya bagi semua elemen yang memiliki kepedulian untuk menyatakan “Save Indonesia dari berbagai ancaman”. Allah tidak akan sekali-kali menjadi orang kafir menguasai kehidupan orang-orang muslim. Maka sudah seharusnya Indonesia sebagai bagian terbesar negeri kaum muslim menjadikan syariah Islam untuk mengatur kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan. Inilah esensi untuk menyelamatkan indonesia dari Neo-Imprealisme dan Neo-Liberalisme. [www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.