Header Ads

Teror Terhadap Muslim: Wabah Yang Diabaikan

Teror Terhadap Muslim: Wabah Yang Diabaikan
Oleh: Shohana Khan

Ketika saya melihat Suzanne Barakat berbicara di televisi nasional, beberapa jam setelah pembunuhan kakaknya, Deah Barakat, adik iparnya Yusor Abu Salha dan adiknya Razan Abu Salha; Saya tidak hanya bisa merasakan kesedihan, tapi juga merasakan keinginannya untuk menyampaikan siapa mereka. Tidak dapat disangkal tiga orang itu berprestasi dalam hidup mereka, secara pribadi dan dalam pelayanan mereka terhadap umat manusia; yang harus diingat dan dipuji. Namun hal itu membuat saya bertanya-tanya, bahwa ketika mengenai kaum Muslim – Mengapa terasa perlu bagi mereka untuk membuktikan nilai-nilai serta kesetiaan mereka kepada masyarakat dimana mereka tinggal?


Tampaknya bahwa umat Islam di media harus selalu membuktikan bahwa mereka bukanlah penjahat potensial, atau orang-orang yang bermasalah.

Kekhawatiran tentang teroris di tengah-tengah kita

Dapat dikatakan bahwa terorisme yang dilakukan oleh Muslim membentuk pandangan atas siapakah kami.

Setiap masyarakat terdiri dari berbagai macam orang, dari semua lapisan masyarakat. Di Inggris, dari jumlah kami yang dua juta orang terdapat orang-orang yang sudah melakukan kejahatan, sebagaimana yang dilakukan oleh tiap masyarakat lain. Tetapi dalam masyarakat lainnya tidak ada klaim bahwa nilai-nilai, praktek-praktek tertentu yang dilakukan oleh masyarakat bertanggung jawab atas tindakan ilegal oleh sebagian orang. Kami telah menyaksikan banyak kasus skandal seks pelecehan anak dari banyak orang, di Inggris – Namun apakah karena hal ini, entah bagaimana caranya, berarti semua orang di Inggris rentan terhadap pedofilia? Tentu saja tidak.

Tidak sulit untuk melihat bagaimana kriminalisasi terhadap masyarakat luas telah terjadi jika seseorang mempelajari premis kebijakan anti-teror pemerintah, dan sekarang telah menjadi undang-undang. Ide bahwa seluruh komunitas Muslim harus diawasi jika mereka taat kepada Islam, yang kemudian akan menyebabkan berpotensi melakukan kegiatan kriminal, mendasari UU Pencegahan and CTS. Diharapkan bahwa dengan kebijakan tersebut dan retorika yang sesuai, masyarakat akan mulai melihat masyarakat Muslim yang hidup sesuai dengan Islam sebagai suatu masalah, komunitas pelaku kriminal yang harus dikucilkan.

Sebagai penambahan yang penting atas hal ini, kami telah melihat para politisi yang keluar masuk media berbicara tentang berbagai isu Islam yang tidak ada hubungannya dengan terorisme. Setiap masyarakat memiliki berbagai praktek yang berbeda, namun hanya Muslim yang menghadapi pengawasan media yang intens, negatif dan berkepanjangan. Kaum Muslim bukan satu-satunya komunitas yang melakukan pemisahan gender, berpakaian berbeda atau memiliki sekolah-sekolah agama. Tapi ‘perbedaan’ Muslim tersebut telah disorot tanpa henti, dan dilakukan dengan suatu cara yang telah dirasakan sebagai ancaman.

Dampak nyata dari narasi tentang Muslim

Alasan mengapa hal ini begitu penting adalah karena narasi tentang Muslim yang telah menyebabkan hal ini di seluruh dunia Barat. Suzanne Barakat tidak hanya harus menjelaskan hal-hal yang menakjubkan dari kakaknya, istrinya dan adik iparnya, namun dia harus hidup dengan efek dari narasi seperti ini – Pembunuhan berdarah dingin terhadap mereka.

Ada sebuah sekolah Islam yang dibakar hingga habis di Houston pada pekan ini. Seorang remaja Muslim tewas di Kansas dua bulan yang lalu, seorang pria Muslim tewas di Perancis bulan lalu, seorang wanita Muslim yang diserang mengakibatkan lengannya patah di Australia empat bulan lalu; seorang wanita Muslim tewas di Essex, Inggris tahun lalu. Dan tidak bisa terlupakan seorang wanita Muslim yang sedang hamil diserang di Perancis dan mengakibatkan keguguran pada pertengahan tahun 2013.

Ini adalah beberapa insiden yang paling serius yang terjadi satu atau dua tahun lalu. Tapi kita tahu bahwa katalog kejahatan yang dipicu kebencian anti-Muslim berjumlah lebih dari 700 kasus selama periode 2013-2014 di Inggris. Di Perancis, angka itu melonjak pada Januari ini dengan jumlah yang lebih tinggi dari jumlah total serangan anti-Muslim pada tahun sebelumnya. Dan di Amerika Serikat, serangan anti-Muslim lima kali lebih tinggi daripada sebelum 11/9.

Ada korelasi yang jelas dari kekerasan terhadap Muslim dengan serangan tertentu oleh umat Islam, seperti 11/9 dan pembunuhan di kantor Charlie Hebdo. Namun pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa yang mendorong kekerasan sebagai respon terhadap kejahatan, ketika hal ini berkaitan dengan Muslim?

Orang-orang melakukan kejahatan dari berbagai komunitas dan dipandang bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, apakah penembakan ini terjadi di sekolah atau pelecehan terhadap anak. Tetapi jelas, ketika berkaitan dengan Muslim, komunitas Muslim pada umumnya dibuat menderita atas tindakan beberapa muslim lain. Perbedaannya tentu saja, adalah dengan cara bahwa serangan oleh umat Islam dibicarakan dan dilaporkan. Randolph Linn pada tahun 2012, menggambarkan hal ini dengan mengakui dia menjadi ‘kesal’ oleh berita Fox News, yang mendorongnya untuk membakar sebuah masjid.

Membangun epidemi ini

Kita dihadapkan dengan kabut yang tebal dan gelap yang telah merembes ke dalam jiwa orang di Barat pada umumnya, yang mendorong mereka melakukan kejahatan keji karena tumbuhnya kebencian. Rasanya hampir menjadi kegilaan bahwa sebuah komunitas bisa mendapat beban suatu tingkat kebencian dan tidak ada debat nasional atau debat lintas benua tentang hal itu. Tidak ada kekhawatiran yang resmi, tidak ada protes. Tidak ada apapun.

Penting untuk diingat bahwa kita melihat kembali pada suatu periode sejarah Barat dengan bertanya-tanya bagaimana kebencian terhadap satu komunitas tertentu bisa dimulai dari permusuhan, menjadi pemusnahan massal.

Kecuali kita bangun dari apa yang terjadi, tampaknya kita bersedia untuk membuka jalan atas hal itu lagi. (riza) [www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.