Header Ads

Di Pawai Akbar, HTI Ingatkan Ancaman Neoliberalisme

Di Pawai Akbar, HTI Ingatkan Ancaman Neoliberalisme
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DIY, melaksanakan pawai dan rapat akbar tegakkan khilafah yang berlangsung dari pagi pukul 07.00 sampai 11.00. Pawai sendiri dimulai dari Parkiran Abu Bakar Ali, menuju Malioboro, dan berakhir di Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta.



Ratusan prajurit pawai membawa Al-liwa (bendera hitam berlafadz lailahailallah) dan Arrayah (bendera putih berlafadz lailahailallah). Masing-masingnya membentuk pasukan secara berkelompok. Ada yang menggunakan pakaian putih, berseragam lurik, dan banyak lagi.

Adapun yang berasal dari kalangan mahasiswa, mereka menggunakan almamaternya. Arak-arakan pawai ini kemudian diikuti oleh peserta pawai yang berjumlah sekitar 15 ribuan. Di sepanjang jalan Malioboro mereka disambut dengan orasi dan yel-yel Allahuakbar. Bendera hitam putih pun berkibar-kibar dihembus angin pagi Kota Yogja.

Para peserta pawai datang dari berbagai wilayah DIY, dan dari berbagai latar belakang. Termasuk para pengusaha dan pekerja. Tujuan mereka hanya satu, mengikuti seruan penegakan khilafah dari HT. "Banyak masyarakat yang berpanas-panasan hingga siang hari, ini merupakan bentuk pengorbanan dalam penegakan khilafah," tutur Ketua DPD DIY HTI, Rosyid Supriyadi di Alun-alun Utara, Ahad (10/4).

Menurutnya pawai di Yogja kali ini merupakan rangkaian pawai akbar yang diselenggarakan di 35 kota lainnya. Puncak acaranya sendiri akan digelar pada 30 Mei 2015 di Gelora Bung Karno. "Agenda ini dilaksanakan untuk memahamkan masyarakat tentang pentingnya penegakkan khilafah," ujarnya.

Tokoh DPP HTI, Kusman Sadik menambahkan, acara ini juga merupakan upaya untuk menyadarkan masyarakat akan bahaya neoliberalisme dan neoimperialisme. Sebab saat ini, Indonesia sudah sangat menderita. Kasus korupsi merajalela di mana-mana, harta kekayaan Indonesia dikeruk tanpa sedikit pun masyarakat mencicipinya.

"Ini merupakan ancaman besar yang kita hadapi bersama," katanya.

Ia menceritakan saat ini ada 70 draft UU yang dirancang untuk menyukseskan liberalisasi aset negara oleh swasta. Ini jelas mengancam keberlangsungan hidup bangsa. Karena tidak akan ada lagi, pihak yang menjamin kesejahteraan masyarakat.

Dalam orasinya, Rasyid menyampaikan agar masyarakat sabar dan terus berjuang dalam menegakan khilafah. Ia berharap agar masalah yang senantiasa membelit Indonesia tidak membuat umat muslim putus arang dalam berjuang.

Kemudian Rasyid menggarisbawahi, memperjuangkan khilafah adalah kewajiban bagi umat muslim. "Kita selalu memerhatikan penerapan syaroah dalam ibadah kita. Tapi kita lupa pelaksanaannya dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti dalam elonomi, hukum, dan politik," ujarnya. Setelah orasi, pawai dan rapat akbar pun ditutup dengan pembacaan doa bersama. [syariahpublication/www.al-khilafah.org]

Sumber : http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/05/10/no4n18-di-pawai-akbar-hti-ingatkan-ancaman-neoliberalisme

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.