Header Ads

Pancasila Sakti? (Suatu Refleksi)

Pancasila Sakti? (Suatu Refleksi)
Pancasila Sakti? (Suatu Refleksi)
Oleh : Indra Fakhruddin (Pengamat Sosial Politik di Al Amri Institute)

50 tahun yang lalu pemerintah orde lama menetatapkan tanggal 1 Oktober sebagai hari Kesaktian Pancasila. Sejarah mencatat pada malam 30 September 1965 telah terjadi tragedi G-30 S/PKI. Ada enam jendral korban kebiadaban PKI yang ingin melakukan kudeta. Pemerintah menganggap mereka gagal untuk mengganti ideologi Pancasila, maka tepat tanggal 1 Oktober 1965 ditetapkan sebagai hari kesaktian Pancasila hingga detik ini.

Namun demikian kita sebagai bagian pewaris negeri ini harus memiliki nalar kritis. Benarkah pancasila betul-betul sakti? Kata sakti memiliki konotasi kuat, tahan menghadapi segala tantangan dan mampu berbuat diluar kuasa manusia. Bangsa ini telah melewati 70 tahun dari masa kemerdekaannya. Apakah selama itu pancasila telah menunjukkan kesaktiannya pada bangsa dan negaranya?


Tulisan-tulisan saya sebelumnya telah banyak mengupas jati diri pancasila dari tinjauan kajian ideologi [baca : Masih Sakralkah Pancasila?]. Ternyata dari kajian yang ideologis pancasila tidak lulus sebagai nominator ideologi. Pancasila tak lebih sebatas falsafah bangsa yang tidak steril dari tafsiran rezim yang berkuasa. Bahkan pancasila kedok bagi ideologi lain untuk menutupi jwajah asli ideologi yang bersembunyi dibalik topeng pancasila. Pancasila pernah berwajah sosialis. Pada masa orde baru saat Soeharto naik tahta keprisidenan, pancasila berwajah kapitalisme. Dalam perjalanan berikutnya memasuki era reformasi polesan kapitalisme makin tebal.

Pamer Kesaktian

Kita semua tidak ingin bangsa ini terus berpura-pura pamer kesaktian yang semu. Bangsa ini bukan arena sirkus. Rakyat indonesia bukan kelinci percobaan. Dilihat dari jauh –dari negara lain- negeri ini layaknya dagelan yang lucu. Bagaimana tidak. Penguasanya ramai-ramai menjual aset-aset sumber daya alamnya yang melimpah kepada asing. Beberapa waktu yang lalu pernah diungguh video salah seorang peringgi negara Singapura yang menertawakan Indonesia karena “gobloknya” menjual aset-asetnya kenegara negara lain.

Masih banyak persoalan bangsa ini yang tidak cukup dirangkai dalam beberapa lembar tulisan sederhana ini. Cukup search di google  tentang persoalan bangsa indonesia terpaparlah jutaan data mengerikan kondisi kesakitan bangsa Indonesia.

Sekali lagi pancasila sangatlah rapuh untuk sekedar bertahan. Pancasila telah dijadikan boneka kapitalisme. Pejabatnya keasyikan jadi mainan hingga lupa terhadap esensi persoalan bangsa. Retorika demi retorika dibangun untuk membela pancasila yang makin sakit dihadapkan pada persoalan yang makin mendera.

Ideologi Rapuh

Sebenarnya ideologi kapitalisme dan sosialime/komunisme merupakan ideologi yang sangat rapuh. Kalau pun toh kelihatan digdaya itu hanya fatamorgana. Kegagahan sesaat yang sesat. Al-Quran memberikan perupamaan yang sangat jelas sebagai berikut;

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ(24)
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ(25)

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (TQS. Ibrahim 24-25)

Dan di ayat berikutnya,

وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun. (TQS. Ibrahim 26)

Ayat diatas Allah Swt membuat perumpamaan bahwa kalimat yang baik (“Laa ilaaha illallooh”) seperti pohon yang baik [QS 14: 24-25]. Dan Kalimat yang buruk (“kalimatul kufri”) seperti pohon yang buruk [QS 14: 26]. Bukankah tegaknya pohon ditentukan oleh kekokohan akar? Bila akar rapuh, maka robohlah pohon. Demikianlah, aqidah sebagai asas (akar) dari ideologi.  Asas dari ideologi kapitalisme dan sosialime/komunisme sangatlah rapuh . Benar-salahnya aqidah menjadi ukuran kebenaran dan kesalahan ideologi.

Wajar saja, suatu bangsa yang dibangun atas ideologi yang rapuh tanpa menunggu lama akan segera kering dan hancur. Pancasila bukan hanya rapuh tapi sangat rapuh. Dalam ayat lain Al-quran menyindir dengan sarang laba-laba.

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.(TQS. Al-Ankabut [29] :41)

Stop Penipuan

Jika sudah gamblang masihkah kita ngotot untuk mensakralkan kesaktian pancasila. Orang cerdas pasti akan berfikir dalam dan jernih bukan ikut-ikutan. Stop penipuan masal ini. Jika ingin selamat dunia dan akhirat,  marilah kita mengambil ideologi islam yang datangnya dari Dzat Yang Maha Sakti. Apakah sulit membedakan kesakitan dengan kesaktian? Mikir! [www.al-khilafah.org]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.