Beban Ekonomi Semakin Berat, Kaum Dhuafa Membludak Berebut Zakat, 21 Warga Tewas
Syabab.Com - Sengsaranya hidup di tengah jeratan kapitalisme. Akibat kezaliman penguasa yang menyebabkan beban ekonomi yang semakin tinggi mendorong sekitar 5.000 orang berdesak-desakkan untuk berebut zakat senilai Rp. 20.000, Senin (15/09/08). Sekitar 21 orang miskin tewas saat berjuang untuk memperoleh zakat tersebut untuk biaya hidup itu. Sementara 13 orang lainnya luka-luka.
Membludaknya warga miskin yang memburu zakat tersebut mengakibatkan panitia tak bisa menangani insiden tersebut. Kebanyakan yang tewas adalah lansia dan ibu-ibu, karena terinjak-injak, tergencet dan tak bisa bernapas di lautan lautan manusia yang antri menerima zakat.
Warga yang semuanya perempuan itu mulai berdatangan sekitar pukul 06.00 di Musholah al-Roudhotul Jannah, Kelurahan Purutrejom, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan. Pembagian zakat yang berlangsung tahunan sejak 1990-an itu diprakarsai Haji Soikhon, warga setempat.
Mereka berasal dari penjuru Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan. Sekitar pukul 08.00, massa menyesaki gang selebar 4 meter di depan mushala. Di bawah panas matahari, mereka menunggu pembagian zakat. Panitia sempat menyiramkan air kepada massa yang kepanasan itu.
Bagi kaum dhuafa, uang senilai Rp. 20.000 itu sangat berharga. Terlebih di tengah-tengah kesulitan ekonomi akibat kebijakan penguasa yang menaikan BBM.
Tragedi ini semakin menunjukkan betapa kemiskinan di depan mata semakin tinggi. Sementara pihak penguasa sebagai pengayom mereka yang bertanggungjawab untuk memberikan kesejahteraan pada mereka malah lebih memikirkan diri dan kelompok mereka sendiri.
Sebagian pihak mengatakan negeri ini telah menjadi negara korporasi. Di mana penguasa telah menjadi pengusaha. Aset milik umat dengan mudah diserahkan untuk kesejahteraan asing bukan bagi rakyat. Demikianlah potret kegagalan sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini hanya menjadikan orang kaya semakin kaya, sementara orang miskin semakin merajalela.
Berbeda halnya dengan sistem Islam yang menjamin kesejahteraan bagi rakyat. Sistem Islam mengharuskan kekayaan milik umat dikelola untuk umat bukan untuk segelintir orang. [f/kmps/syabab.com]
Membludaknya warga miskin yang memburu zakat tersebut mengakibatkan panitia tak bisa menangani insiden tersebut. Kebanyakan yang tewas adalah lansia dan ibu-ibu, karena terinjak-injak, tergencet dan tak bisa bernapas di lautan lautan manusia yang antri menerima zakat.
Warga yang semuanya perempuan itu mulai berdatangan sekitar pukul 06.00 di Musholah al-Roudhotul Jannah, Kelurahan Purutrejom, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan. Pembagian zakat yang berlangsung tahunan sejak 1990-an itu diprakarsai Haji Soikhon, warga setempat.
Mereka berasal dari penjuru Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan. Sekitar pukul 08.00, massa menyesaki gang selebar 4 meter di depan mushala. Di bawah panas matahari, mereka menunggu pembagian zakat. Panitia sempat menyiramkan air kepada massa yang kepanasan itu.
Bagi kaum dhuafa, uang senilai Rp. 20.000 itu sangat berharga. Terlebih di tengah-tengah kesulitan ekonomi akibat kebijakan penguasa yang menaikan BBM.
Tragedi ini semakin menunjukkan betapa kemiskinan di depan mata semakin tinggi. Sementara pihak penguasa sebagai pengayom mereka yang bertanggungjawab untuk memberikan kesejahteraan pada mereka malah lebih memikirkan diri dan kelompok mereka sendiri.
Sebagian pihak mengatakan negeri ini telah menjadi negara korporasi. Di mana penguasa telah menjadi pengusaha. Aset milik umat dengan mudah diserahkan untuk kesejahteraan asing bukan bagi rakyat. Demikianlah potret kegagalan sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini hanya menjadikan orang kaya semakin kaya, sementara orang miskin semakin merajalela.
Berbeda halnya dengan sistem Islam yang menjamin kesejahteraan bagi rakyat. Sistem Islam mengharuskan kekayaan milik umat dikelola untuk umat bukan untuk segelintir orang. [f/kmps/syabab.com]
Tidak ada komentar