Header Ads

MATERI HALAQOH ONLINE JUM'AT, 10 JULI 2009 "Tim Ekonomi tak Mau Tahu Utang Membengkak"

JAKARTA — Berulang kali kritik terhadap pemerintah tentang utang yang membengkak, berusaha ditepis oleh tim ekonomi Indonesia, yang sedang menjabat hingga saat ini. Mereka hanya mengajukan asumsi ekonomi yang diyakini benar dan tidak mau tau dengan efek utang yang membengkak.

Hal ini dikemukakan Pengamat Ekonomi, Ichsanuddin Noorsy dan Direktur Indonesia Democracy Watch Ridwan Saidi, kepada wartawan, di Jakarta, Senin. Menurut Ichsan, data Tim Indonesia Bangkit (TIB), dalam lima tahun terakhir, justru utang Indonesia meningkat 31 persen menjadi Rp1.667 triliun.

Utang terbesar Indonesia sepanjang sejarah itu, memberi beban yang cukup berat bagi masyarakat, karena utang per kapita Indonesia pun melonjak dari Rp5,8 juta per kapita tahun 2004 lalu, menjadi Rp7,7 juta pada Februari 2009 lalu.

Namun, bagi tim ekonomi, antara lain Menteri Keuangan sekaligus pejabat Menko perekonomian Sri Mulyani Indrawati itu, utang yang melonjak 31 persen dari Rp1.275 triliun pada Desember 2003 menjadi Rp1.667 triliun pada bulan Januari 2009, atau naik kurang Rp392 triliun lebih itu, dinilai masih wajar.

“Padahal kondisi ini telah menempatkan Indonesia pada rekor utang terbesar sepanjang sejarah,” katanya. Bagi mereka, tambah Ichanuddin, tak masalah dengan utang yang membengkak, meski telah mengganggu martabat negara, menjerat, dan mengganggu kedaulatan ekonomi.

“Kepala BPK, Anwar Nasution saja sampai mengeluarkan keprihatinan mendalam soal suku bunga yang sempat melonjak tinggi. Padahal, Anwar adalah bagian dari institusi pemerintah. Ini merupakan tamparan bagi Tim Ekonomi lainnya.”

Icshan sendiri melihat, kalau negara ini dianalogikan dengan mobil, yang sopirnya adalah tim ekonomi, mereka membawa mobil ini lebih dari ugal-ugalan. Akibatnya, di tangan mereka negara bisa masuk jurang.

Hal ini, sudah lama ditengarai Ichsanuddin, yang mendapat dokumen perjanjian utang Indonesia dengan IMF dan Bank Dunia. “Kalau diteliti lebih dalam, Indonesia berutang mengatasnamakan orang miskin, namun hasil utang itu lebih banyak dinikmati oleh orang kaya. Itu artinya, orang miskin yang menopang orang kaya,” ujarnya.

Sedangkan Ridwan mengatakan, pernyataan tim ekonomi yang mengatakan utang dalam negeri masih dalam taraf wajar adalah merupakan pernyataan yang mengentengkan masalah. Sebab, tim ekonomi ini menilai bahwa mereka tidak selamanya berada dalam kekuasaan dan ini adalah mental pejabat yang tidak peduli terhadap rakyatnya.

Menurut Ridwan, utang itu adalah sifatnya konsumtif walau digunakan untuk BLT. “Sangat disayangkan mentalitas pejabat seperti ini, padahal utang itu nantinya masyarakat juga yang menanggung,”ujarnya.
(Republika online, 06/07/2009)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.