Header Ads

Ganti Siti Fadilah & Pakai Endang, SBY Tunduk Pada AS

Dokter Endang Rahayu Sedyaningsih menjadi Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid II. Nama Endang muncul menggantikan Nila Juwita Anfasa Moeloek yang sebelumnya dijagokan duduk di kursi tertinggi Departemen Kesehatan (Depkes).

Siapa sebenarnya Endang? Berdasarkan data yang dikumpulkan detikcom, Rabu (21/10/2009), Endang mendapatkan gelar keserjanaannya di bidang kedokteran dari Universitas Indonesia pada tahun 1979. Wanita yang berasal dari Indonesia Timur ini juga mendapatkan gelar doktornya di Universitas Harvard, Amerika Serikat, di bidang kesehatan masyarakat.

Saat ini, Endang berkantor Pusat Penelitian & Pengembangan Biomedis dan Farmasi, di Institut Nasional Pengembangan dan Penelitian Kesehatan sebabagi direktur. Dalam berbagai penelitiannya, Endang cenderung pada penanganan penyebaran HIV/AIDS dan Flu Burung (H1N1).

Mantan Menkes Siti Fadilah Supari menyebut Endang merupakan orang yang paling dekat dengan Namru 2 (The US Naval Medical Research Unit Two). Dia memiliki akses untuk keluar masuk dengan bebas di Namru.

Sebagai seorang peneliti, karya-karya Endang lumayan terbilang banyak baik dari dalam dan luar negeri. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Jaringan Virologi dan Epidemiologi Influenza di Indonesia. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2007).

2. Karakteristik kasus-kasus flu burung di Indonesia, Juli 2005 – Mei 2006 (Characteristics of human H5N1 cases in Indonesia, July 2005 – May 2006).

3. Kajian penelitian sosial dan perilaku yang berkaitan dengan Infeksi Menular Seksual, HIV / AIDS di Indonesia, 1997-2003 (Review of Social and Behavioral Studies Related to STI, HIV/AIDS in Indonesia,(1997-2003). (detikNews, 21/10/2009)

Presiden SBY memilih Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan menggantikan Siti Fadilah Supari. Dengan ini SBY dinilai tunduk pada kepentingan AS karena Endang merupakan orang paling dekat dengan Namru-2 milik AS.

“Ini kabinet neoliberal yang cenderung tunduk pada kepentingan Amerika. Ibu Siti ditendang. Padahal dia berhasil karena bisa melawan negara besar seperti Amerika dan WHO,” kata pengamat politik LIPI Syamsudin Haris pada detikcom, Kamis (22/10/2009).

Syamsudin menyayangkan SBY yang tidak lagi memakai Siti yang dia nilai telah berhasil. “Sayangnya SBY nggak pakai lagi. Mungkin karena SBY terlalu tunduk pada Amerika dan WHO,” kata Syamsudin.

Selain itu dia juga menganggap audisi menteri yang dilakukan SBY sebenarnya tidak perlu. Sebab calon yang diaudisi hanya 1 untuk tiap pos kementerian, kecuali untuk jabatan Menkes. Jika berniat audisi, seharusnya 1 pos kementerian minimal 2 orang.

“Kasihan juga dengan Ibu Nila, dia satu-satunya yang gagal. Padahal sudah ada karangan bunga dan ucapan selamat segala macam,” kata ucap Syamsudin.

Dia menilai, sebagai seorang presiden yang menang dengan perolehan suara tinggi, SBY terlalu tidak bernyali. SBY tidak berinisiatif membangun kabinet profesional yang diisi dengan orang-orang yang kompeten di bidangnya. “Padahal dia memiliki mandat yang jauh lebih kuat,” kata Syamsudin. (detikNews, 22/10/2009)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.