Anggota Densus 88 Terlibat Penyerangan HMI Sulsel
Jakarta - Anggota Sub Bidang Mediasi Komnas HAM, Ridha Saleh membenarkan anggota Densus 88 terlibat dalam penyerangan dan perusakan ke sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Selatan, Kamis (4/3/2010).
Seorang anggota Densus 88, terlibat dalam penyerangan Kantor Sekretariat HMI di Makassar Sulawesi Selatan," katanya, Ahad (7/3/2010).
Menurut Ridha, oknum anggota Densus 88 sudah ditahan di Polda Sulsel. Ditambahkannya, Komnas HAM akan menindaklanjuti insiden penyerangan dengan membentuk tim untuk menindaklanjuti keterlibatan polisi tersebut. "Hari ini kami akan melobi Kapolda," tegasnya.
Akbar mengaku sudah meminta langsung kepada Kapolri Bambang Hendarso Danuri agar meredam gerakan mahasiswa jangan menggunakan cara-cara represif. Akbar menambahkan mahasiswa adalah aset bangsa dan masih memiliki idealisme yang tinggi.
Polisi Semakin Tidak Profesional Menangani Mahasiswa
Menanggapi penyerangan polisi ke kantor HMI Makassar tersebut, Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Akbar Tandjung meminta pihak kepolisian jangan represif dalam menangani gerakan mahasiswa. Sebab hal itu bisa membuat kinerja pemerintahan SBY-Boediono menjadi semakin blunder.
"Mahasiswa merupakan calon intelektual muda dan masih memiliki idealisme yang tinggi. Desakan mereka ditolak dengan kekerasan tentu membuat mereka menjadi tidak senang. Penanganan mereka harus dengan cara-cara yang komunikatif," kata Akbar.
Sementara itu pengamat politik Yudi Latif mengatakan tindakan represi yang dilakukan kepolisian akan semakin membuat pemerintahan SBY-Boediono blunder. Dia juga mengatakan tindakan aparat yang represif dalam menangani aksi mahasiswa menunjukkan tidak profesionalnya aparat kepolisian.
"Tindakan represif membuat polisi semakin tidak profesional," katanya.
Bahkan Yudi mengingatkan jika setiap penanganan aksi mahasiswa dilakukan seperti itu bukan tidak mungkin rakyat Indonesia bisa berbuat anarkis.
Harus Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Damaikan Makassar
Pasca bentrok mahasiswa dan polisi terkait demonstrasi kasus Century, para tokoh masyarakat yang berpengaruh di Sulawesi Selatan diminta ikut andil mendinginkan suasana di Makassar.
Sejarawan, Anhar Gonggong mengatakan polisi harus melakukan pendekatan damai kepada mahasiswa. "Gunakan tokoh-tokoh yang berpengaruh, misalnya Pak Jusuf Kalla," kata dia, Senin (8//3/2010).
"Jangan salah, jangan gunakan tokoh pemerintah," tambah dia.
Menurut Anhar ada yang unik dari masyarakat Indonesia Timur. "Cepat naik darah, tapi cepat reda juga," tambah dia.
Aksi turun ke jalan mahasiswa masih terjadi hingga Sabtu 6 Maret 2010. Ratusan mahasiswa kembali melakukan penutupan jalan utama di Kota Makasar sebagai bentuk protes mereka akibat penyerangan sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makasar dan penganiayaan terhadap kadernya.
Penutupan jalan utama Urip Sumoharjo dilakukan Mahasiswa dari universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Universitas 45 Makassar, sejak pukul 16.00.
Akibatnya akses menuju jalan utama itu dialihkan. Mereka menutup jalan secara total dengan membakar ban dan menutup jalan dengan kayu dan bambu.
Ketegangan mahasiswa, khususnya HMI dengan aparat polisi terjadi menyusul pecahnya bentrokan mahasiswa, polisi dan warga di Makassar Kamis (4/3/2010).
Bentrokan tersebut dipicu oleh penyerangan Sekretariat HMI di Jalan Botolempangan, Makassar Rabu lalu, pasca aksi unjuk rasa kasus Century. Bentrok di Makassar juga 'menular' ke beberapa daerah, termasuk Jakarta. [taz/kp21, viva, primair]
Seorang anggota Densus 88, terlibat dalam penyerangan Kantor Sekretariat HMI di Makassar Sulawesi Selatan," katanya, Ahad (7/3/2010).
Menurut Ridha, oknum anggota Densus 88 sudah ditahan di Polda Sulsel. Ditambahkannya, Komnas HAM akan menindaklanjuti insiden penyerangan dengan membentuk tim untuk menindaklanjuti keterlibatan polisi tersebut. "Hari ini kami akan melobi Kapolda," tegasnya.
Akbar mengaku sudah meminta langsung kepada Kapolri Bambang Hendarso Danuri agar meredam gerakan mahasiswa jangan menggunakan cara-cara represif. Akbar menambahkan mahasiswa adalah aset bangsa dan masih memiliki idealisme yang tinggi.
Polisi Semakin Tidak Profesional Menangani Mahasiswa
Menanggapi penyerangan polisi ke kantor HMI Makassar tersebut, Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Akbar Tandjung meminta pihak kepolisian jangan represif dalam menangani gerakan mahasiswa. Sebab hal itu bisa membuat kinerja pemerintahan SBY-Boediono menjadi semakin blunder.
"Mahasiswa merupakan calon intelektual muda dan masih memiliki idealisme yang tinggi. Desakan mereka ditolak dengan kekerasan tentu membuat mereka menjadi tidak senang. Penanganan mereka harus dengan cara-cara yang komunikatif," kata Akbar.
Sementara itu pengamat politik Yudi Latif mengatakan tindakan represi yang dilakukan kepolisian akan semakin membuat pemerintahan SBY-Boediono blunder. Dia juga mengatakan tindakan aparat yang represif dalam menangani aksi mahasiswa menunjukkan tidak profesionalnya aparat kepolisian.
"Tindakan represif membuat polisi semakin tidak profesional," katanya.
Bahkan Yudi mengingatkan jika setiap penanganan aksi mahasiswa dilakukan seperti itu bukan tidak mungkin rakyat Indonesia bisa berbuat anarkis.
Harus Minta Bantuan Jusuf Kalla untuk Damaikan Makassar
Pasca bentrok mahasiswa dan polisi terkait demonstrasi kasus Century, para tokoh masyarakat yang berpengaruh di Sulawesi Selatan diminta ikut andil mendinginkan suasana di Makassar.
Sejarawan, Anhar Gonggong mengatakan polisi harus melakukan pendekatan damai kepada mahasiswa. "Gunakan tokoh-tokoh yang berpengaruh, misalnya Pak Jusuf Kalla," kata dia, Senin (8//3/2010).
"Jangan salah, jangan gunakan tokoh pemerintah," tambah dia.
Menurut Anhar ada yang unik dari masyarakat Indonesia Timur. "Cepat naik darah, tapi cepat reda juga," tambah dia.
Aksi turun ke jalan mahasiswa masih terjadi hingga Sabtu 6 Maret 2010. Ratusan mahasiswa kembali melakukan penutupan jalan utama di Kota Makasar sebagai bentuk protes mereka akibat penyerangan sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Makasar dan penganiayaan terhadap kadernya.
Penutupan jalan utama Urip Sumoharjo dilakukan Mahasiswa dari universitas Muslim Indonesia (UMI) dan Universitas 45 Makassar, sejak pukul 16.00.
Akibatnya akses menuju jalan utama itu dialihkan. Mereka menutup jalan secara total dengan membakar ban dan menutup jalan dengan kayu dan bambu.
Ketegangan mahasiswa, khususnya HMI dengan aparat polisi terjadi menyusul pecahnya bentrokan mahasiswa, polisi dan warga di Makassar Kamis (4/3/2010).
Bentrokan tersebut dipicu oleh penyerangan Sekretariat HMI di Jalan Botolempangan, Makassar Rabu lalu, pasca aksi unjuk rasa kasus Century. Bentrok di Makassar juga 'menular' ke beberapa daerah, termasuk Jakarta. [taz/kp21, viva, primair]
Tidak ada komentar