Header Ads

Mewaspadai Sikap Kaum Munafik

Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"; dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati (TQS Ali Imran [3]: 119).

Dalam pergaulan kehidupan, setiap Muslim harus mengetahui siapa yang sesungguhnya menjadi kawan atau lawan mereka. Apabila salah mengindentifikasi perkara ini, yakni menganggap dan memperlakukan kawan sebagai lawan atau sebaliknya; bisa berakibat fatal.

Ayat ini adalah di antara ayat yang memberikan panduan kepada kita mengenai siapa yang sesungguhnya menjadi musuh dan lawan kita berikut sikap yang harus diambil.

Jangan Mencintai Kaum Membenci
Allah SWT berfirman: Hâ antum ûlâi tuhibbûnahum wa lâ tuhibbûnakum (beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu). Tema ayat ini masih berkait erat dengan ayat sebelumnya. Dalam ayat sebelumnya, kaum Mukmin dilarang mengangkat orang-orang kafir sebagai bithânah (orang dalam yang menjadi kepercayaan). Ditegaskan bahwa mereka tidak henti-hentinya menimbulkan kemudaratan dan menyukai apa yang menyusahkan kaum Mukmin. Kebencian mereka terhadap kaum Mukmin juga telah nyata dari mulut-mulut mereka. Bahkan apa yang disembunyikan dalam hati mereka jauh lebih besar.

Huruf al-hâ' di awal ayat ini bermakna tanbîh (peringatan). Sedangkan dhamîr antum (kalian) dalam ayat ini pun merujuk kepada mukhâthab (pihak yang diseru) dalam ayat sebelumnya: al-ladzîna âmanû. Oleh karena itu, seruan ayat ini ditujukan kaum Mukmin. Atau secara lebih khusus, sebagaimana dipaparkan al-Syaukani dan al-Baidhawi, mereka adalah kaum Mukmin yang salah dalam ber-muwâlah dengan non-Muslim.

Ayat ini kemudian menjelaskan tentang kesalahan tindakan tersebut, yakni: tuhib-bûnahum wa lâ tuhibbûnakum (kalian menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kalian). Jika dibaca secara keseluruhan, dhamîr hum (mereka) yang berkedudukan sebagai maf'ûl (objek) adalah kaum Munafik. Memang ada yang membatasi bahwa mereka adalah munafik dari kalangan Yahudi atau munafik dari kalangan Ahli Kitab. Alasannya, ketika ayat ini turun kaum Anshar masih yang memiliki hubungan khusus dengan kaum Yahudi. Akan tetapi, sebagaimana diterangkan Abu Hayyan al-Andalusi dalam Tafsîr al-Bahr al-Muhîth, kata ganti mereka itu merujuk kepada bithânah selain Muslim dalam ayat sebelumnya. Sehingga, kata ganti mereka mencakup seluruh munafik, termasuk di dalamnya munafik dari kalangan musyrikin.

Menurut Abu Hayyan al-Andalusi, al-mahabbah di sini berarti kecenderungan manusiawi yang disebabkan oleh kekerabatan, persusuan, atau persekutuan. Fakhruddin al-Razi memaknai lebih luas. Semua hal yang menyebabkan kecintaan kaum Muslim terhadap kaum kafir tercakup dalam ayat ini. Sebaliknya, sebagaimana dijelaskan al-Baghawi, mereka tidak menyukai kalian lantaran perbedaan agama di antara kalian dengan mereka. Realitas ini menunjukkan, mereka tidak layak dicintai. Menurut al-Razi, pemberitahuan tentang kebencian mereka itu menjadi pendorong baik secara thabi'î maupun syar'i agar kaum Mukmin membenci mereka.

Apabila masih saja mencintai mereka, kerugianlah yang akan didapat. Berkaitan dengan ini, menarik juga disimak QS al-Mumtahanah [60]: 1. Dalam ayat tersebut Allah SWT melarang kaum Mukmin karena dorongan kasih sayang-- menjadikan kaum kafir sebagai wali (teman setia) seraya membocorkan rahasia kaum Muslim kepada mereka. Padahal, keimananlah yang menjadi penyebab munculnya permusuhan mereka terhadap Rasulullah SAW dan kaum Muk-min. Oleh karena itu, orang yang mengangkat musuh Allah SWT dan kaum Mukmin itu akan menuai kerugian besar. Bukan hanya mendapatkan dosa, tetapi kecintaannya juga tidak berbalas. Lebih dari itu, dia bahkan diperlakukan sebagai musuh. Allah SWT berfirman: Jika mereka menangkap kamu, niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir (TQS al-Mumtahanah [60]: 2).

Selain itu, juga: wa tu'mi-nûna bi al-Kitâb kullihi (dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya). Kata al-Kitâb di sini mengandung makna li al-jins, sehingga mencakup semua jenis kitab yang diturunkan Allah SWT. Itu artinya, demikian papar al-Syaukani, kalian telah beriman terhadap semua kitab Allah SWT, termasuk kitab mereka. Lalu, mengapa kalian mencintai mereka, padahal mereka tidak beriman kepada kitab kalian? Ini merupakan tawbîkh syadîd (teguran keras) terhadap mereka. Sebab, orang yang berada dalam kebenaran seharusnya lebih berhak untuk bersikap tegas dan keras daripada orang yang berada dalam kebatilan. Bertolak dari realitas ini, Ibnu Katsir juga menyatakan bahwa seharusnya kalianlah yang lebih benci kepada mereka; melebihi kebencian mereka terhadap kalian.

Besarnya Kebencian Mereka
Kemudian Allah SWT membuka kedok mereka yang sebe-narnya dengan firman-Nya: Wa idzâ laqûkum qâlû âmannâ (apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: "Kami beriman"). Ayat ini memberitakan bahwa tatkala bertemu dengan kaum Mukmin, mereka tidak menunjukkan permusuhan sama sekali. Bahkan, mereka pun berani berdusta dengan mengaku sebagai sebagai orang yang beriman. Namun karena pengakuan mereka didasarkan pada sikap nifaq, maka setelah pertemuan usai, sikap mereka berubah seratus delapan puluh derajat. Allah SWT berfirman: Wa idzâ khalaw 'azhzhû 'alaykum al-anâmil min al-ghayzh (dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terha-dap kamu). Inilah sikap mereka yang sesungguhnya. Ini adalah sikap kaum Munafik sebagaimana diberitakan dalam QS al-Baqarah [2]: 14.

Kata al-anâmil berarti athrâf al-ashâbi' (ujung jari). Sedangkan al-ghayzh berarti al-hanaq atau al-ghadhab (marah). Ungkapan bahwa mereka menggigit jari lantaran marah bisa menunjukkan besarnya kemarahan mereka. Demikian penjelasan Ibnu Katsir dan al-Jazairi. Kata menggigit, menurut al-Qurthubi, merupakan ungkapan untuk menunjukkan dahsyatnya kemarahan mereka, akan tetapi tidak mampu melampiaskannya.

Terhadap besarnya kebencian mereka Allah SWT berfir-man: qul mûtû bighayzhikum (katakanlah [kepada mereka]: "Matilah kamu karena kemara-hanmu itu"). Beberapa mufassir, seperti al-Razi, al-Zamkhsyari, al-Samaqandi, dan al-Baidhawi perintah ini berarti doa. Ada pula yang menafsirkannya, sebagaimana disitir Abu Hayyan, kalimat tersebut bukan doa, tetapi sebagai al-tawbîkh wa al-taqrî' (tegur-an dan celaan keras). Alasannya, seandainya doa, maka mereka semua akan mati dalam keadaan demikian. Padahal ada di antara yang beriman kemudian setelah ayat ini turun. Ibnu Katsir mengatakan, "Selama kalian mendengki dan membenci kaum Mukmin, maka ketahuilah bahwa Allah memenuhi kenikmatan-Nya kepada hamba-Nya yang Mukmin, menyempurnakan agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya, dan memenangkan agama-Nya, maka matilah kalian dengan kebencian kalian."

Mereka pun diingatkan ten-tang sia-sianya kedustaan dan kemunafikan mereka. Allah SWT berfirman: Innal-Lâh 'Alîm bi dzât al-shudûr (sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati). Jangankan yang tampak lahir, yang masih tersimpan di dalam dada pun Allah SWT mengetahuinya. Sebagaimana dijelaskan al-Razi, yang dimaksud dengan dzât al-shudûr adalah segala yang timbul dalam hati, berbagai motif dan perilaku hati. Termasuk besarnya kebencian mereka yang disembunyikan dalam hati mereka (lihat QS Ali Imran [3]: 118).

Ayat ini menunjukkan ke-pada kita secara jelas siapa musuh kita, dan bagaimana memperlakukan mereka. Jangan sampai kita salah menempatkannya menjadi orang yang dicintai, teman setia. atau pemimpin yang ditaati. Jika demikian, masih adakah yang menganggap mereka sebagai kawan karena alasan pluralisme? Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb.

Ikhtisar
  1. Kebencian kaum kafir terhadap kaum Mukmin amat besar. Bagaimana mungkin kaum Mukmin bisa mencintai mereka?
  2. Kita tidak boleh terlena dengan sikap nifaq dan manis muka mereka.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.