Header Ads

Ismail Yusanto: Pencekalan, Bukti Ketakutan terhadap Kebangkitan Islam

Hari ini Konferensi Media di Beirut, Libanon, berlangsung. Namun utusan dari Indonesia, di antaranya wartawan Republika dan tvOne masih di Tanah Air. Mengapa? Apa pula urgensinya konferensi tersebut? Terkait dengan pertanyaan itu wartawan mediaumat.com Joko Prasetyo mewawancarai Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto. Berikut petikannya.


Apa latar belakang diadakannya Konferensi Media di Beirut, Libanon?



Ini seperti konferensi lainnya yang diadakan Hizbut Tahrir. Misalnya, seperti Konferensi Internasional di Kuortum, Sudan pada 2009. Hal itu dilakukan setidaknya dengan dua alasan.

Pertama, Sebagai bagian dari upaya menumbuhkan kesadaran politik umat. Seperti kita ketahui saat ini banyak sekali masalah yang dihadapi dunia Islam, seperti masalah politik, ekonomi, disintegrasi, penjajahan, dsb.

Hizbut Tahrir ingin menjelaskan masalah-masalah tersebut dan memberikan solusi yang sebaikanya dilakukan atau ditempuh untuk menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Sehingga tumbuh kesadaran di tengah masyarakat internasional.

Kedua,ingin menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir memang bekerja untuk umat. Khusus mengenai konferensi di Beirut ini, disebut dengan Konferensi I’lami (media). Konferensi ini diselenggarakan oleh tim I’lami Hizbut Tahrir pusat. Karena itu acara ini dikhususkan kepada media massa di seluruh penjuru dunia. Harapannya terjalin hubungan yang lebih baik antara Hizbut Tahrir dengan media massa di berbagai belahan dunia dan ide Hizbut Tahrir bisa menyebar ke seluruh pelosok dunia.

Bagaimana tanggapan Anda dengan orang yang mengatakan untuk apa sih konferensi terus?



Hizbut Tahrir sering menggelar konferensi saja pemahaman umat masih sebegitu rupa. Apalagi kalau kita lambat-lambat atau ogah-ogahan menyelenggarakan kegiatan semacam itu. Itu akan lebih lambat lagi tumbuhnya proses kesadaran politik di tengah umat.

Memang Hizbut Tahrir seringkali melaksanakan konferensi. Konferensinya pun diselenggarakan dengan segmen yang berbeda-beda. Misalnya, Konferensi Khilafah Internasional (KKI) 2007 di Jakarta, itu untuk masyarakat umum. Muktamar Ulama pada tahun lalu itu untuk para Kiai dan Ustadz. Muktamar Mubalighah 2010 untuk para mubalighah. Konferensi Ekonomi Islam di Quortum, Sudan, tahun lalu untuk para ekonom. Sekarang ini di Beirut, Libanon, untuk para wartawan.

Itu semua menunjukan usaha detail dari Hizbut Tahrir untuk menggarap segmen tertentu di dalam proses penyadaran. Memang kita tahu bahwa sesungguhnya pekerjaan untuk menyadarkan umat itu harus dilakukan secara terus menerus. Hizbut Tahrir menilai justru yang dilakukannya selama ini masih kurang. Jadi aneh bila ada pihak yang mengatakan bahwa Hizbut Tahrir terlalu sering melakukan konferensi karena pemahaman umat masih sebegitu rupa.

Siapa saja delegasi dari Indonesia untuk Konferensi Media?



Satu politisi, dua wartawan yakni Republika dan tvOne, kemudian saya sendiri Jubir HTI, dan lainnya termasuk pimpinan HTI, sehingga totalnya berjumlah tujuh orang.

Beberapa jam lagi konferensi dimulai, tetapi mengapa Anda masih di Tanah Air?

Iya, sampai sekarang delegasi Indonesia tidak bisa berangkat karena visanya belum keluar. Kita merasa heran. Kok, sedemikian sulit padahal Indonesia dan Libanon itu sama-sama negeri Muslim. Dan pengurusan visa pun sudah cukup lama sekitar satu bulan. Tapi toh sampai hari H-nya konferensi ini visa tersebut tidak keluar. Kita membaca ternyata delegasi dari Pakistan juga dihalang-halangi sehingga tidak bisa berangkat juga.

Pengurusan visa itu memang tergantung kepada negara masing-masing ya. Saya pikir sebulan itu sudah cukup. Kalau kita ke berbagai negara lain juga malah terkadang sehari juga kelar. Ada yang tiga hari. Paling lama dua minggu.

Apa yang menyebabkan visa tidak segera keluar?

Ini memang otoritas pemerintah Libanon. Kita sendiri juga belum tahu alasannya, tapi nanti kita, insya Allah, akan menanyakan masalah ini kepada panitia konferensi mengapa visa delegasi Indonesia tidak keluar.

Apakah pencekalan seperti ini juga pernah terjadi sebelumnya?

Iya, pada KKI 2007 lalu. Ya Abu Anas mengalami deportasi. Imran Wahid dari Inggris juga begitu.

Ini semua sebenarnya menunjukkan jargon kebebasan berpendapat dan berkumpul itu tidak sungguh-sungguh terjadi terlebih kalau itu menyangkut Hizbut Tahrir. Padahal apa yang dilakukan Hizbut Tahrir itu kan hanya menyampaikan gagasan, dalam hal ini melalui sebuah forum seperti konferensi, seminar, dsb.

Jadi ternyata kebebasan itu hanya diberikan kepada mereka-mereka yang sekuler dan anti kepada Islam. Karena faktanya untuk menyuarakan Islam sendiri kebebasan itu tidak ada.

Lebih luas lagi, sekarang ini juga tengah gencar upaya-upaya yang dilakukan untuk pelarangan burka (salah satu model busana Muslimah) di Perancis. Padahal memakai burka itu semestinya dianggap wajar kan? Karena itu merupakan pakaian pribadi yang tidak mengganggu siapa pun.

Apa yang anda lihat di balik setiap pencekalan dan pelarangan itu?

Ya ketakutan yang berlebihan terhadap setiap usaha untuk proses kebangkitan Islam. Jadi kita baru bicara saja mereka sudah takut.

Apa tindak lanjut dari KKI 2007 dan Konferensi Media ini?



Konferensi Beirut ini diharapkan akan mempererat hubungan Hizbut Tahrir dengan berbagai media massa. Sehingga mereka menjadi lebih tahu tentang apa yang dipikirkan dan diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir khususnya mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh berbagai wilayah di dunia ini. KKI 2007 juga semakin menyadarkan mereka-mereka yang hadir.

Tindak lanjutnya menjadikan mereka lebih bersemangat berjuang bersama Hizbut Tahrir untuk menegakkan syariah dan khilafah.[]



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.