Tata Cara Rujuk
Tanya :
Ustadz, bagaimana cara suami rujuk kepada isteri? Haruskah akad nikah ulang atau cukup suami bilang,’Saya mau rujuk lagi sama kamu’? (Dian, Cibubur)
Jawab :
Rujuk menurut istilah syar’i adalah kembali pada pernikahan setelah terjadi talak tak ba`in dengan tatacara tertentu. (Taqiyuddin Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, 2/108). Talak tak ba`in (thalaq ghair ba`in), atau talak raj’i, adalah talak yang masih dibolehkan rujuk, yaitu jatuhnya talak satu atau talak dua dan masih dalam masa iddah. Jika suami rujuk kepada isterinya dalam masa iddah, tak perlu akad ulang dan mahar baru. (Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam, hal. 154).
Adapun jika masa iddah sudah habis dan tak dilakukan rujuk, talaknya menjadi talak ba`in. Ada dua macam talak ba`in. Pertama, talak ba`in sughra, yaitu jatuhnya talak satu atau talak dua dan tak dilakukan rujuk dalam masa iddah. Dalam kondisi ini, jika suami ingin kembali kepada isterinya, wajib akad ulang dengan mahar baru.
Kedua, talak ba`in kubra, yaitu jatuhnya talak tiga. Dalam kondisi ini, jika suami ingin kembali kepada isterinya, wajib terwujud lima perkara berikut pada wanita tersebut; (1) menjalani masa iddahnya, (2) menikah dengan laki-laki lain (suami kedua), (3) pernah digauli suami keduanya, (4) ditalak suami keduanya dengan talak ba`in, atau suami keduanya wafat, dan (5) telah habis massa iddahnya. Jika lima perkara ini terwujud, suami pertama berhak kembali kepada bekas isterinya dengan akad ulang dan mahar baru. (Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah Al-Fuqaha`, 24 & 169; Taqiyuddin Al-Husaini, ibid., 2/109; Taqiyuddin An-Nabhani, ibid., hal. 155; M. Mutawalli al-Shabbagh, Al-Idhah fi Ahkam An-Nikah, hal. 259).
Masa iddah adalah masa menunggu bagi wanita yang ditalak atau yang suaminya wafat untuk mengetahui kebersihan rahimnya. (Rawwas Qal’ah Jie, ibid., hal. 233). Masa iddah ada 4 macam; Pertama, untuk wanita yang masih haid, lamanya adalah tiga quru` (QS Al-Baqarah : 228). Menurut Imam Taqiyuddin An-Nabhani, tiga quru` artinya tiga kali haid (seperti pendapat ulama mazhab Hambali dan Hanafi), bukan tiga kali suci (pendapat ulama mazhab Maliki, Syafi’i, dan Ja’fari). (Taqiyuddin An-Nabhani, ibid., hal. 161). (2) Kedua, wanita yang sedang hamil, masa iddahnya sampai ia melahirkan. (QS Ath-Thalaq : 4). Ketiga, wanita yang sudah tak haid lagi (menopause), atau anak perempuan yang belum haid, masa iddahnya tiga bulan (QS Ath-Thalaq : 4). Keempat, wanita yang ditinggal mati suaminya, masa iddahnya 4 bulan 10 hari. (QS Al-Baqarah : 234). (Shalih Fauzan Al-Fauzan, Tanbihat ‘Ala Ahkam Tukhtashshu bi Al-Mu`minat, hal. 67-68).
Tatacara rujuk menurut pendapat yang rajih bagi kami, adalah hanya sah dengan ucapan (bil-kalam), tak sah dengan jima’ (bil-fi’li). Imam Syafi’i berkata,”Adalah jelas bahwa rujuk hanya dengan ucapan, bukan dengan perbuatan seperti jima’ dan yang lainnya.” (Imam Syafi’i, Al-Umm, 5/1950). Rujuk dengan ucapan, misalnya suami berkata kepada isterinya,”Saya rujuk lagi kepadamu.” (Taqiyuddin Al-Husaini, ibid., 2/108).
Disyaratkan ada 2 (dua) orang saksi laki-laki, sehingga tak sah rujuk tanpa dua saksi yang mempersaksikan rujuk. (Taqiyuddin An-Nabhani, ibid., hal. 115). Dalilnya firman Allah SWT (artinya),”Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu.” (QS Ath-Thalaq : 2). Ayat ini menunjukkan wajibnya dua saksi dalam rujuk. Ini salah satu pendapat mazhab Syafi’i. (Imam Syairazi, Al-Muhadzdzab, 2/103; Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 2/68).
Kesimpulannya, selama masih dalam masa iddah, suami berhak merujuk isterinya, tanpa akad nikah ulang dan mahar baru. Caranya hanya dengan ucapan dan wajib dipersaksikan dengan dua orang saksi laki-laki yang adil. Wallahu a’lam
Yogyakarta, 25 Maret 2011
Muhammad Shiddiq Al-Jawi
www.khilafah1924.org
Ustadz, bagaimana cara suami rujuk kepada isteri? Haruskah akad nikah ulang atau cukup suami bilang,’Saya mau rujuk lagi sama kamu’? (Dian, Cibubur)
Jawab :
Rujuk menurut istilah syar’i adalah kembali pada pernikahan setelah terjadi talak tak ba`in dengan tatacara tertentu. (Taqiyuddin Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, 2/108). Talak tak ba`in (thalaq ghair ba`in), atau talak raj’i, adalah talak yang masih dibolehkan rujuk, yaitu jatuhnya talak satu atau talak dua dan masih dalam masa iddah. Jika suami rujuk kepada isterinya dalam masa iddah, tak perlu akad ulang dan mahar baru. (Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam, hal. 154).
Adapun jika masa iddah sudah habis dan tak dilakukan rujuk, talaknya menjadi talak ba`in. Ada dua macam talak ba`in. Pertama, talak ba`in sughra, yaitu jatuhnya talak satu atau talak dua dan tak dilakukan rujuk dalam masa iddah. Dalam kondisi ini, jika suami ingin kembali kepada isterinya, wajib akad ulang dengan mahar baru.
Kedua, talak ba`in kubra, yaitu jatuhnya talak tiga. Dalam kondisi ini, jika suami ingin kembali kepada isterinya, wajib terwujud lima perkara berikut pada wanita tersebut; (1) menjalani masa iddahnya, (2) menikah dengan laki-laki lain (suami kedua), (3) pernah digauli suami keduanya, (4) ditalak suami keduanya dengan talak ba`in, atau suami keduanya wafat, dan (5) telah habis massa iddahnya. Jika lima perkara ini terwujud, suami pertama berhak kembali kepada bekas isterinya dengan akad ulang dan mahar baru. (Rawwas Qal’ah Jie, Mu’jam Lughah Al-Fuqaha`, 24 & 169; Taqiyuddin Al-Husaini, ibid., 2/109; Taqiyuddin An-Nabhani, ibid., hal. 155; M. Mutawalli al-Shabbagh, Al-Idhah fi Ahkam An-Nikah, hal. 259).
Masa iddah adalah masa menunggu bagi wanita yang ditalak atau yang suaminya wafat untuk mengetahui kebersihan rahimnya. (Rawwas Qal’ah Jie, ibid., hal. 233). Masa iddah ada 4 macam; Pertama, untuk wanita yang masih haid, lamanya adalah tiga quru` (QS Al-Baqarah : 228). Menurut Imam Taqiyuddin An-Nabhani, tiga quru` artinya tiga kali haid (seperti pendapat ulama mazhab Hambali dan Hanafi), bukan tiga kali suci (pendapat ulama mazhab Maliki, Syafi’i, dan Ja’fari). (Taqiyuddin An-Nabhani, ibid., hal. 161). (2) Kedua, wanita yang sedang hamil, masa iddahnya sampai ia melahirkan. (QS Ath-Thalaq : 4). Ketiga, wanita yang sudah tak haid lagi (menopause), atau anak perempuan yang belum haid, masa iddahnya tiga bulan (QS Ath-Thalaq : 4). Keempat, wanita yang ditinggal mati suaminya, masa iddahnya 4 bulan 10 hari. (QS Al-Baqarah : 234). (Shalih Fauzan Al-Fauzan, Tanbihat ‘Ala Ahkam Tukhtashshu bi Al-Mu`minat, hal. 67-68).
Tatacara rujuk menurut pendapat yang rajih bagi kami, adalah hanya sah dengan ucapan (bil-kalam), tak sah dengan jima’ (bil-fi’li). Imam Syafi’i berkata,”Adalah jelas bahwa rujuk hanya dengan ucapan, bukan dengan perbuatan seperti jima’ dan yang lainnya.” (Imam Syafi’i, Al-Umm, 5/1950). Rujuk dengan ucapan, misalnya suami berkata kepada isterinya,”Saya rujuk lagi kepadamu.” (Taqiyuddin Al-Husaini, ibid., 2/108).
Disyaratkan ada 2 (dua) orang saksi laki-laki, sehingga tak sah rujuk tanpa dua saksi yang mempersaksikan rujuk. (Taqiyuddin An-Nabhani, ibid., hal. 115). Dalilnya firman Allah SWT (artinya),”Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu.” (QS Ath-Thalaq : 2). Ayat ini menunjukkan wajibnya dua saksi dalam rujuk. Ini salah satu pendapat mazhab Syafi’i. (Imam Syairazi, Al-Muhadzdzab, 2/103; Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 2/68).
Kesimpulannya, selama masih dalam masa iddah, suami berhak merujuk isterinya, tanpa akad nikah ulang dan mahar baru. Caranya hanya dengan ucapan dan wajib dipersaksikan dengan dua orang saksi laki-laki yang adil. Wallahu a’lam
Yogyakarta, 25 Maret 2011
Muhammad Shiddiq Al-Jawi
www.khilafah1924.org
Tidak ada komentar