Fatah-Hamas Berdamai, Washington Ancam Putus Bantuan Finansial
Sejumlah anggota Kongres Amerika Serikat geram menyikapi kesepakatan damai antara Fatah dan Hamas dan mengancam bahwa hal itu akan berdampak buruk pada bantuan finansial Amerika kepada Otorita Ramallah.
Koran Haaretz terbitan Israel Kamis (28/4) menulis, Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Kongres Amerika Serikat, Ileana Ros-Lehtinen, dalam konferensi persnya mengatakan, "Arti dari penandatanganan kesepakatan antara Fatah dan Hamas adalah bahwa gerakan muqawama (Hamas) akan menjadi bagian dari pemerintah Otorita Ramallah. Dan oleh karena itu, pajak dari warga Amerika Serikat tidak boleh dikucurkan untuk membantu pihak yang mengancam keamanan Amerika Serikat kepentingannya, serta keamanan Israel dan juga para sekutu Amerika."
Ditambahkannya, para pejabat Palestina khususnya Mahmoud Abbas sekali lagi membuktikan bahwa mereka tidak mendukung "proses perdamaian" dan berpihak kepada kelompok yang menginginkan kehancuran Israel.
Di lain pihak, Gary Ackerman, anggota Kongres dari partai Demokrat, menilai kesepakatan Fatah dan Hamas itu sebagai sebuah tragedi yang mungkin akan berujung pada tewasnya orang-orang Zionis "tak berdosa".
Sejak pertengahan dekade 90, Amerika Serikat secara rutin menyalurkan bantuan sebesar 3,5 miliar dolar kepada Otorita Palestina pimpinan Mahmoud Abbas.
Kesepakatan damai antara Fatah dan Hamas di Mesir (27/4) merupakan mimpi buruk bagi para pejabat Israel dan Amerika Serikat yang selama ini berusaha memecah belah gerakan muqawama Palestina. Kesepakatan tersebut akan mengakhiri seluruh konflik internal Fatah-Hamas dan akan membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan independen Palestina.
Netanyahu Berang: Fatah, Pilih Israel atau Hamas?!
PM Israel Benjamin Netanyahu Rabu (27/4), mengultimatum Fatah untuk memilih: damai dengan Israel atau Hamas. Netanyahu menunjukkan keberangannya atas rekonsiliasi Fatah dengan Hamas yang disponsori Mesir.
Dalam keterangan persnya Netanyahu mengatakan, “Otoritas Palestina (Fatah) harus memilih antara berdamai dengan Israel atau dengan Hamas.” Netanyahu mengatakan, tidak mungkin Fatah berdamai dengan kedua-duanya, Israel dan Hamas.
Netanyahu menyatakan keinginannya agar Otoritas Palestina (Fatah) tetap memilih berpihak kepada penjajah Zionis itu.
Sementara itu anggota Knesset, Zeev Elkin, yang juga pemimpin koalisi Zionis, mengatakan, apabila Mahmud Abbas memilih berdamai dengan Hamas, yang menurut Zionis adalah teroris, maka penjajah Zionis tidak akan membiarkannya mendirikan suatu negara Palestina apa pun.
Al-Aqsa Voice dan Paltimes memberitakan bahwa perjanjian rekonsiliasi antara Fatah -yang sebelumnya selalu bekerja sebagai kaki tangan Zionis- dengan Hamas yang mati-matian membela rakyat Palestina, telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, dengan Mesir sebagai mediator.
Rekonsiliasi dan persatuan nasional Palestina tersebut diharapkan menjadi udara segar bagi rakyat Palestina. (republika.co.id, 28/4/2011)
Koran Haaretz terbitan Israel Kamis (28/4) menulis, Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Kongres Amerika Serikat, Ileana Ros-Lehtinen, dalam konferensi persnya mengatakan, "Arti dari penandatanganan kesepakatan antara Fatah dan Hamas adalah bahwa gerakan muqawama (Hamas) akan menjadi bagian dari pemerintah Otorita Ramallah. Dan oleh karena itu, pajak dari warga Amerika Serikat tidak boleh dikucurkan untuk membantu pihak yang mengancam keamanan Amerika Serikat kepentingannya, serta keamanan Israel dan juga para sekutu Amerika."
Ditambahkannya, para pejabat Palestina khususnya Mahmoud Abbas sekali lagi membuktikan bahwa mereka tidak mendukung "proses perdamaian" dan berpihak kepada kelompok yang menginginkan kehancuran Israel.
Di lain pihak, Gary Ackerman, anggota Kongres dari partai Demokrat, menilai kesepakatan Fatah dan Hamas itu sebagai sebuah tragedi yang mungkin akan berujung pada tewasnya orang-orang Zionis "tak berdosa".
Sejak pertengahan dekade 90, Amerika Serikat secara rutin menyalurkan bantuan sebesar 3,5 miliar dolar kepada Otorita Palestina pimpinan Mahmoud Abbas.
Kesepakatan damai antara Fatah dan Hamas di Mesir (27/4) merupakan mimpi buruk bagi para pejabat Israel dan Amerika Serikat yang selama ini berusaha memecah belah gerakan muqawama Palestina. Kesepakatan tersebut akan mengakhiri seluruh konflik internal Fatah-Hamas dan akan membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan independen Palestina.
Netanyahu Berang: Fatah, Pilih Israel atau Hamas?!
PM Israel Benjamin Netanyahu Rabu (27/4), mengultimatum Fatah untuk memilih: damai dengan Israel atau Hamas. Netanyahu menunjukkan keberangannya atas rekonsiliasi Fatah dengan Hamas yang disponsori Mesir.
Dalam keterangan persnya Netanyahu mengatakan, “Otoritas Palestina (Fatah) harus memilih antara berdamai dengan Israel atau dengan Hamas.” Netanyahu mengatakan, tidak mungkin Fatah berdamai dengan kedua-duanya, Israel dan Hamas.
Netanyahu menyatakan keinginannya agar Otoritas Palestina (Fatah) tetap memilih berpihak kepada penjajah Zionis itu.
Sementara itu anggota Knesset, Zeev Elkin, yang juga pemimpin koalisi Zionis, mengatakan, apabila Mahmud Abbas memilih berdamai dengan Hamas, yang menurut Zionis adalah teroris, maka penjajah Zionis tidak akan membiarkannya mendirikan suatu negara Palestina apa pun.
Al-Aqsa Voice dan Paltimes memberitakan bahwa perjanjian rekonsiliasi antara Fatah -yang sebelumnya selalu bekerja sebagai kaki tangan Zionis- dengan Hamas yang mati-matian membela rakyat Palestina, telah ditandatangani oleh kedua belah pihak, dengan Mesir sebagai mediator.
Rekonsiliasi dan persatuan nasional Palestina tersebut diharapkan menjadi udara segar bagi rakyat Palestina. (republika.co.id, 28/4/2011)
Tidak ada komentar