Menyibak Benang Merah Pepi, DK, & Gories Mere
Jakarta - Sosok Pepi Fernando (32) menjadi sorotan setelah terungkap sebagai dalang di balik aksi teror bom buku dan upaya peledakan pipa gas di Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Pepi diketahui lulusan Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2001. Sebelum menjadi pembuat film dokumenter, Pepi pernah bekerja di dunia infotainmen.
Saat kuliah maupun ketika masih menggeluti dunia infotainmen, Pepi dikenal sebagai sosok gaul bahkan agak urakan. Menurut teman-temannya saat kuliah, Pepi senang bermain kartu gaple dan bukanlah aktivis Islam.
"Tiap malam suka main gaple di kos-kosan sama teman-teman," ujar Dede, rekan satu kos Pepi di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten kepada INILAH.COM.
Berdasarkan informasi, Pepi memiliki istri berinisial DK yang bekerja di Badan Narkotika Nasional (BNN) pimpinan Komjen Pol Gories Mere. Sebelum bekerja di BNN, DK juga pernah bekerja di sebuah production house (PH) infotainmen.
Mabes Polri maupun BNN belum mengonfirmasi apakah benar bahwa DK istri Pepi itu staf humas BNN. Terlepas dari itu, temuan fakta ini sangat menarik untuk dicermati.
Pepi sang sutradara film dokumenter yang saat ini diduga tergabung dalam kelompok teroris, punya istri bernama DK, anak buah Gories Mere yang tak lain mantan Kepala Densus 88 Antiteror.
Fakta temuan menarik lainnya, Densus 88 menemukan aneka rangkaian bom aktif di kediaman mertua Pepi, orang tua DK, di Jalan Seruni II No 14 Blok CE, RT 08/19 Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Bekasi Barat.
Bahan peledak yang ditemukan itu antara lain, satu buah granat nanas, satu pipa berdiameter 3 cm berisi campuran bahan peledak, kemasan bom model roket belum terisi, lima bom model kaleng yang satu di antaranya sudah siap dengan isinya, dua bahan bom yang sudah jadi, satu kemasan bom model kotak, satu solder, potongan pipa besi, dan timer jam dinding.
Rangkaian-rangkai bom tersebut bukanlah bom sederhana, rangkaiannya sangat rumit dan membutuhkan keterampilan sekelas instruktur untuk merangkainya. Inilah yang akhirnya menimbulkan kecurigaan, apakah benar Pepi belajar secara otodidak dalam membuat bom.
Berangkat dari temuan fakta-fakta tersebut, akhirnya publik bertanya adakah benang merah antara Pepi, DK, dan Gories Mere? Kita tunggu saja bagaimana penjelasan Mabes Polri mengenai kelanjutan pengusutan kasus ini. (inilah)
Pepi diketahui lulusan Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2001. Sebelum menjadi pembuat film dokumenter, Pepi pernah bekerja di dunia infotainmen.
Saat kuliah maupun ketika masih menggeluti dunia infotainmen, Pepi dikenal sebagai sosok gaul bahkan agak urakan. Menurut teman-temannya saat kuliah, Pepi senang bermain kartu gaple dan bukanlah aktivis Islam.
"Tiap malam suka main gaple di kos-kosan sama teman-teman," ujar Dede, rekan satu kos Pepi di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten kepada INILAH.COM.
Berdasarkan informasi, Pepi memiliki istri berinisial DK yang bekerja di Badan Narkotika Nasional (BNN) pimpinan Komjen Pol Gories Mere. Sebelum bekerja di BNN, DK juga pernah bekerja di sebuah production house (PH) infotainmen.
Mabes Polri maupun BNN belum mengonfirmasi apakah benar bahwa DK istri Pepi itu staf humas BNN. Terlepas dari itu, temuan fakta ini sangat menarik untuk dicermati.
Pepi sang sutradara film dokumenter yang saat ini diduga tergabung dalam kelompok teroris, punya istri bernama DK, anak buah Gories Mere yang tak lain mantan Kepala Densus 88 Antiteror.
Fakta temuan menarik lainnya, Densus 88 menemukan aneka rangkaian bom aktif di kediaman mertua Pepi, orang tua DK, di Jalan Seruni II No 14 Blok CE, RT 08/19 Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Bekasi Barat.
Bahan peledak yang ditemukan itu antara lain, satu buah granat nanas, satu pipa berdiameter 3 cm berisi campuran bahan peledak, kemasan bom model roket belum terisi, lima bom model kaleng yang satu di antaranya sudah siap dengan isinya, dua bahan bom yang sudah jadi, satu kemasan bom model kotak, satu solder, potongan pipa besi, dan timer jam dinding.
Rangkaian-rangkai bom tersebut bukanlah bom sederhana, rangkaiannya sangat rumit dan membutuhkan keterampilan sekelas instruktur untuk merangkainya. Inilah yang akhirnya menimbulkan kecurigaan, apakah benar Pepi belajar secara otodidak dalam membuat bom.
Berangkat dari temuan fakta-fakta tersebut, akhirnya publik bertanya adakah benang merah antara Pepi, DK, dan Gories Mere? Kita tunggu saja bagaimana penjelasan Mabes Polri mengenai kelanjutan pengusutan kasus ini. (inilah)
Tidak ada komentar